Pukul 05:30 pintu kamar diketuk olen tante amara.
"Rere bangun" ucap tante amara.
"Rere bangun" ucap tante amara dengan nada yg agak tinggi.
"Re... Re... bangun" ucap tante amara dengan nada tinggi.
Akhirnya rere terbangun dari tidurnya, dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa tante, ini masih jam setengah 6 pagi" ucap rere yang langsung menutup pintu kamar, namun tante amara langsung mengganjal pintunya dengan sebatang kayu.
"Coba saja kamu tutup pintu, tante tidak akan segan-segan memberikan hukuman" ucap tante amara.
"Tapi tante..." ucap rere.
"Rere, kamu hari ini sekolah kan? Cepat mandi..." seruan tante amara.
"Tapi tante..." ucap rere.
"Dengar ya rere, tante dan om ini diberikan wewenang seutuhnya termasuk wewenang terhadap kamu. Dan kamu tahu, tante akan merubah kebiasaan hidup kamu" ucap tante amara.
"Maksud tante apa?" tanya rere.
"Sudah cepat mandi sana" ucap om saga.
Begitu rere ke kamar mandi, amara mendekati suaminya.
"Sayang apa kita tidak terlalu keras?" tanya tante amara.
"Maksudmu apa?" tanya om saga.
"Iya kamu kan tahu sendiri, rere hidup dengan serba berkecukupan. Masa sekarang dia harus seperti ini?" tanya tante amara.
"Sayang percayalah, aku seperti ini bukan berarti aku tidak sayang kepadanya. Namun aku itu sudah menganggap dia seperti anakku sendiri, aku juga sudah berjanji kepada orangtuanya" ucap om saga.
"Iya aku percaya sama kamu mas" ucap tante amara.
Terdengarlah suara langkah rere yang akan turun ke bawah, om saga dan tante amara langsung memasang muka galak terhadap rere.
"Cepat makan, sudah jam berapa ini?" tanya om saga.
"Iya om" ucap rere.
"Rere, tante minta sama kamu. Mulai hari ini, semua keperluan kamu seperti baju, perlengkapan sekolah, kamar tidur, dan semua keperluan kamu. Kamu kerjakan sendiri, jangan suruh bibi inah" ucap tante amara.
"Lalu kerjanya bibi inah ngapain tante?" tanya rere.
"Kerjanya bibi inah, jagain adik rafa. Karena semua urusan rumah ini, tante ambil alih semua. Faham!" ucap tante amara.
"Baik tante" ucap rere.
"Ya ampun, berarti aku jadi upik abu dirumah aku sendiri" gumam rere.
"Sudah selesaikan sarapannya?" tanya om saga sambil berdiri.
"Iya om" ucap rere yang langsung berdiri juga dan mengambil tas disebelahnya.
Disekolah semua mata tertuju kepada rere, bagaimana tidak. Rere diantar oleh om dengan mengendarai mobil APV yang keluaran 5 tahun lalu.
"Aduh pasti teman-temanku nanti menertawakanku" gumam rere.
"Sudah sampai, kamu tidak ingin turun? Kamu ingin ikut om ke kantor?" tanya om saga.
"Ehh iya om, rere turun om" ucap rere sambil tersenyum nyengir.
Tepat dugaan rere, belum juga dia masuk ke kelas. Teman-temannya sudah mengintrograsi dengan sejumlah pertanyaan ini dan itu, rere hanya bisa diam. Rere bingung ingin mulai menjelaskan dari mana, akhirnya rere memilih untuk keluar dari ruang kelas.
Saat rere sedang duduk termenung, jihan datang.
"Rere kamu ada masalah apa?" tanya jihan.
"Tidak ada apa-apa jihan" ucap rere.
"Tapi rere, bukannya dulu kata kamu, om saga itu galak, ketat dan super nyebelin? Kok bisa sekarang sama kamu?" tanya jihan.
"Iya bagaimana lagi jihan, ini semua amanah dari mami dan papi. Selama aku belum berusia 18 tahun, aku dibawah pengawasan om saga dan tante amara" ucap rere.
"Apa? Selama itu? Lalu nenek kamu bagaimana?" tanya jihan.
"Nenek aku setuju karena menurutnya itu amanah" ucap rere.
"Berarti kita tidak bisa sesuka hati main kerumah kamu?" tanya jihan.
Rere mengangguk kepalanya saja tanpa menjawabnya, bel jam istirahat berbunyi. Rere dan Jihan akhirnya masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran yang ada, sebelum jam pulang sekolah om saga sudah berada di parkiran.
"Re... Rere..." ucap om saga sambil melambaikan tangannya.
"Loh kok om yang jemput? Mana pak tejo?" tanya rere.
"Pak tejo sengaja tidak om kasih wewengnya buat jemput kamu, karena mulai hari ini om yang akan anter jemput kamu" ucap om saga.
"What? Apa?" gumam rere.