1 Apa yang mesti aku lakukan

Usiaku saat itu baru beranjak 10 tahun, aku merupakan anak tunggal dari pengusaha sukses di kota Jayakarta.

Pandang semua orang memang benar adanya, aku sangat bahagia dan berkecukupan. Bagaimana tidak, aku selalu diantar jemput oleh supir. Mami dan papi selalu memberikan apa yang aku inginkan, saat aku berulangtahun ke 10. Aku sangat menginginkan sekali untuk mengadakan acara ulang tahun besar-besaran di sekolah, tanpa aku merengek. Keinginanku terwujud, mami dan papi menyulap aula sekolah menjadi tempat pesta.

Tidak heran jika aku banyak disukai oleh teman-temanku, bahkan sering sekali teman-temanku yang sekedar ingin bermain dirumahku.

Kebahagiaanku ternyata tidak bertahan lama, tepat menjelang ulangtahunku yang ke 13. Orangtuaku mengalami kecelakaan saat mereka akan mengurus soal bisnis di luar kota, hatiku sangat - sangat hancur ketika itu. Kesedihan yang mendalam, sangat aku rasakan.

Belum sembuh total kesedihanku akan kehilangan kedua orangtuaku, kini aku harus dibawah pengawasan om dan tanteku yang sangat ketat.

Mereka datang saat pengacara orangtuaku datang kerumah.

Tingtong... Tingtong... Suara bel berbunyi.

"Selamat siang rere" ucap pak ketut (pengacara).

"Selamat siang pak, silakan masuk" ucap rere.

"Bapak ingin minum apa?" tanya bi inah (pembantu).

"Apa saja bi" ucap pak ketut.

10 menit kemudian, bi inah pun datang dengan membawakan minuman sekaligus sungguhan untuk pak ketut.

"Silakan pak diminum" ucap bi inah.

"Terima kasih bi, oiya ibu amara dan pak saga belum datang ya rere?" tanya pak ketut.

"Belum pak, kenapa? Kok bapak tanya mereka?" tanya rere dengan penuh keheranan.

"Tidak apa-apa, ini masalah harta warisan rere. Sebentar saya telp dulu" ucap pak ketut yang pergi menjauh dari rere.

Setelah 15 menit pak ketut menelpone, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Dan tepat sekali, mereka yang sedang pak ketut tunggu - tunggu.

"Halo pak" ucap om dan tanteku.

"Iya pak" ucap pak ketut.

"Maaf sudah menunggu lama" ucap om saga.

"Tidak apa-apa pak, maaf rere disini yang tinggal bersama rere siapa saja?" tanya pak ketut.

"Dirumah ini hanya aku, bibi inah, pak tejo. Karena nenek lagi pulang kampung dulu pak, besok baru kemari lagi" ucap rere.

"Iya sudah kalau gitu tidak apa-apa, yang terpenting disini ada yang bsa jadi saksi" ucap pak ketut.

"Baik pak, bacakan saja isi wasiat itu" ucap tante amara.

"Baiklah. Yang bertandatangan dibawah ini. Saya Raden Abimanyu Santoso, menyatakan bahwa seluruh harta yang saya miliki akan jatuh kepada Ratu Ajeng Rere Santoso pada usia 18 tahun. Selama dia belum berusia tersebut, maka segala urusan perusahaan saya berikan hak dan kewajiban penuh kepada adik kandung satu - satunya Raden Saga Santoso. Semoga surat wasiat imi bisa digunakan sebagaimana mestinya dan saya membuat dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan siapapun" ucap pak ketut.

"Jadi nona rere nanti pada usia 18 tahun harus mulai belajar tentang perusahaan orangtua nona, saya harap apa yang sudah saya bacakan dapat dimengerti sepenuhnya. Saya permisi dulu" ucap pak ketut sambil berjabat tangan.

avataravatar
Next chapter