webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Poni Ajaib

Unaya berjalan kearah meja guru sembari menunduk dalam. Gadis itu menahan tangisnya, pengawas yang tadi mengambil lembar jawaban Unaya nampak tak peduli. Beliau pura-pura tidak menyadari keberadaan Unaya. Sementara itu Yoga si biang kerok merutuki dirinya dalam hati, alamat kena omelan si Bos. Tapi secuil otaknya berpikir, kan si Bos juga ikutan nyontek jawabannya Unaya. Ya meskipun Jeka tidak tahu sih jika jawaban yang diberikan Yoga padanya itu hasil nyontek Unaya.

"Bu, tapi saya belum selesai". Cicit Unaya dengan suara seraknya. Ririn yang melihat jadi iba. Unaya belum pernah seperti ini, gadis itu terkenal teladan. Sudah pasti Unaya sedang terkena tekanan batin sekarang, poor Unaya.

"Terus kalau belum selesai, kenapa kasih contekan ke dia? Dia pacar kamu?". Tanya pengawas galak. Unaya langsung menggeleng cepat, gadis itu mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Pengawas kembali tidak peduli hingga mau tak mau Unaya mengambil tas-nya yang ia letakkan di depan papan tulis dan langsung keluar dari ruang ujian.

"Hiks... hiks...". Unaya menangis sesenggukan di depan kelas. Ia takut nilainya jelek gara-gara belum selesai mengerjakan. Ini semua gara-gara Yoga! Pokoknya nanti Unaya mau meminta Jeka untuk menghajar Yoga sampai jadi peyek.

Sementara itu, Jeka keluar dari ruang ujian sambil mengacak rambutnya frustrasi. Bagaimana caranya mengatakan pada Unaya jika ponsel gadis itu disita pengawas? Kalau Jeka bilang jujur, yang ada gadis itu bakalan marah untuk yang kesekian kalinya.

"Sial!". Umpat Jeka. Pemuda yang hendak turun kelantai bawah itu tertegun melihat Unaya menangis sendirian di depan ruang ujiannya. Tanpa basa-basi Jeka langsung mendekati gadis itu dan duduk disampingnya.

"Siapa yang bikin loe nangis?!". Bentak Jeka. Unaya berjengit kaget kemudian semakin meraung.

"Lembar jawaban UTS gue diambil pengawas gara-gara dicontek. Huweeeeeeeee". Jeka merangkul Unaya kemudian berseru 'cup-cup-cup'.

"Wah kurang ajar tuh orang! Siapa yang nyontek sampe bikin lembar jawaban loe diambil?! Biar gue gibeng tuh orang!!!!". Tanya Jeka dengan emosi menggebu. Kurang ajar banget beraninya bikin tuan putri nangis, dia aja sampai susah payah bikin Unaya senyum. Eh, senyumnya dicuri gitu aja. Begitulah batin Jeka.

"Yoga hiks...".

"Wah! Kurang ajar biar nanti....". Jeka mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Hah? Yoga? Tadi Yoga memberikannya jawaban lewat chat dan karena itu ponsel Unaya disita. Dan tak tahunya jawaban yang dikirim Yoga hasil nyontek dari Unaya. Jeka meneguk ludahnya susah payah. Secara tidak langsung ia terlibat dalam hal ini.

"Hah? Yoga ya?". Jeka nyengir bodoh. Unaya yang menyadari sesuatu-pun langsung melepaskan rangkulan Jeka.

"Kata Yoga, jawaban yang dia contek bakalan dikasih ke loe! Berarti lembar jawaban gue diambil juga gara-gara loe Jeka. Jahat! Jahat!". Unaya memukuli Jeka dengan papan kayu yang ia gunakan untuk alas saat ujian. Jeka menangkis pukulan Unaya berkali-kali dan mencoba menenangkan gadis itu.

"Eh? Iya-iya Maaf Unaya, maaf. Tenang dulu dong". Jeka menggenggam kedua tangan gadis itu lembut sebelum menjelaskan. Rumit ini rumit, belum lagi masalah soal ponsel yang disita.

"Gue gak pernah minta Yoga buat minta contekan ke-loe. Gue juga gak tahu kalo contekan yang dikasih Yoga itu hasil nyontek dari loe. Kalo gue tahu, udah pasti gue gak akan ngijinin Yoga nyontek loe. Percaya kan sama gue?". Jeka menjelaskan dengan terlampau halus membuat Unaya jadi luluh. Gadis itu mengangguk kecil, Jeka tersenyum kemudian mengacak rambut Unaya gemas.

"Udah dong jangan nangis lagi". Ujar Jeka sembari mengusap air mata Unaya dengan ibu jarinya. Setelahnya pemuda itu mencubit lembut sebelah pipi Unaya.

"Tapi nanti loe harus kasih pelajaran ke Yoga ya? Kalo perlu dibikin benyek kayak rempeyek!". Kata Unaya sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat. Gadis itu dendam kesumat pada pemuda yang bernama Yoga.

"Eh? Oke! Hehe". Sahut Jeka sambil tertawa garing.

Tak lama setelahnya, bel tanda ujian selesai-pun berbunyi. Murid-murid berbondong-bondong keluar dari ruang ujian. Mereka semua sempat melirik kearah Unaya yang tadi diambil lembar jawabannya, sudah pasti ia bakalan jadi bahan gosip di sekolah. Unaya menunduk karena malu, sementara itu Jeka melotot kearah murid-murid yang melirik kearah Unaya sambil berbisik-bisik.

"Apa loe liat-liat?! Mau gue congkel matanya?!". Ancam Jeka galak hingga membuat murid-murid kocar-kacir karena takut.

Sementara itu si tersangka yang membuat tuan putri menangis hendak kabur dengan cara bersembunyi dibalik gerombolan gadis-gadis yang tengah mengobrol. Jeka yang menyadarinya-pun langsung menarik kerah baju Yoga dari belakang bak tengah menangkap seekor kucing.

"Mau kemana?". Desis Jeka. Yoga langsung nyengir bodoh.

"Eh? Ada si Bos. Apa kabar Bos?". Tanya Yoga sambil menyalami Jeka. Jeka menepis tangan Yoga yang hendak menyalaminya. Pemuda itu berbisik-bisik pada Yoga.

"Loe kok malah minta contekan ke Unaya sih? Mana lembar jawabannya diambil lagi sampe dia nangis-nangis. Bego emang ya loe!". Jeka menempeleng Yoga bolak-balik hingga pemuda itu dibuat kliyengan.

"Ya jangan salahin gue dong Bos. Kan loe juga nikmatin hasilnya, hayooo...". Yoga menunjuk Jeka dengan wajah jenaka.

"Iya sih, tapi....".

"Jeka dibikin benyek kayak rempeyek ya!". Seru Unaya mengingatkan. Jeka menoleh sembari tersenyum kikuk, sementara itu Yoga bingung. Apanya yang mau dibikin benyek kayak rempeyek?

"Siap beres". Sahut Jeka sambil mengacungkan jempolnya keatas kemudian kembali menatap kearah Yoga. Unaya diam menyimak.

"Sorry nih Ga tapi loe udah bikin cewek gue nangis...". Bisik Jeka sebelum melayangkan sebuah bogem mentah kewajah tampan Yoga.

Buaghhhh....

Yoga langsung tersungkur kelantai. Tapi pemuda itu tidak marah, ia tahu Jeka melakukannya agar Bu Bos tidak sedih lagi. Ikhlas kok, Yoga ikhlas karena ia mengaku salah.

"Maaf ya Bos, Bu Bos. Gak lagi-lagi deh gue nyontek punya loe". Kata Yoga sambil menyalami Jeka dan Unaya bergantian.

"Ya udah sono cabut! Awas ya loe kalo berani nyontek dia lagi!". Ancam Jeka. Yoga langsung mengangguk patuh dan buru-buru pergi dari sana. Unaya tersenyum lebar karena Jeka benar-benar memberi pelajaran pada Yoga seperti permintaannya.

"Unaya ikut saya ke ruang guru!". Kata pengawas yang baru saja keluar dari ruang ujian. Senyum Unaya langsung pudar seketika, gadis itu mengangguk dan mengikuti pengawas dari belakang. Unaya sempat menatap kearah Jeka, Jeka melambaikan tangan sembari tersenyum seakan-akan memberitahukan semua akan baik-baik saja.

"Bos! Disuruh pengawas ke ruang kepala sekolah sekarang!". Teriak Victor dari lantai atas. Jeka mendongak, apalagi ini?

--Bangsat Boys--

Jeka dan Unaya duduk bersisian di depan kepala sekolah. Kepala sekolah menatap keduanya bergantian, yang satu murid teladan dan yang satunya lagi murid blangsak. Dan anehnya hari ini mereka sama-sama berhadapan dengan kepala sekolah. Unaya menunduk dalam karena takut, ini pertama kalinya ia berhadapan dengan kepala sekolah atas perbuatan tak terpuji yang ia lakukan. Sementara itu Jeka nampak santai, sudah langganan dipanggil kepala sekolah. Jadi pemuda itu tidak takut sama sekali, bahkan ia masih sempat bersiul-siul asal.

Melihat tangan Unaya yang bergerak tidak nyaman, Jeka berinisiatif meraih sebelah tangan Unaya dan ia genggam di bawah meja kepala sekolah. Unaya menoleh kearah Jeka, pemuda itu menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum jenaka.

"Hai cantik". Ujarnya kurang ajar padahal didepan mereka ada kepala sekolah.

"Ekhemmmmm.....". Antensi keduanya langsung teralihkan kearah kepala sekolah. Kepala sekolah meletakkan lembar jawaban dan ponsel keatas meja. Unaya memicingkan matanya, kok ia merasa familiar dengan ponsel yang ada di meja kepala sekolah? Sementara itu Jeka mendadak gugup, pemuda itu melengos kearah lain saat Unaya menatapnya dengan tatapan seakan meminta penjelasan.

"Hari ini kalian melanggar peraturan UTS. Unaya memberi contekan pada peserta ujian yang lain, dan Jeka mencontek saat ujian ditambah membawa ponsel saat ujian berlangsung. Menggunakan ponsel tersebut untuk meminta contekan pada peserta ujian yang lain". Kata kepala sekolah sembari menatap Jeka dengan jengkel. Ya ampun kepala sekolah sampai pusing menghadapi pentolan sekolah yang satu ini. Unaya menganga dibuatnya, jadi ponselnya dipakai Jeka untuk meminta contekan? Gadis itu langsung menoleh kearah Jeka dengan mata yang berapi-api.

"Unaya karena kamu salah satu murid teladan di sekolah ini dan baru melakukan kesalahan sekali, maka setelah ini kamu boleh menyelesaikan sisa soal yang belum sempat kamu kerjakan....". Unaya lega luar biasa saat kepala sekolah berkata demikian. Setidaknya nilainya tidak akan anjlok karena sepuluh soal yang belum selesai tadi. Tapi ponselnya?

"Jeka ponsel kamu akan kami sita sampai UTS selesai". Jeka yang tadinya bersandar santai di kepala kursi reflek menegakkan tubuhnya, sementara itu Unaya lemas seketika. Ponsel dijaman Milenial begini bak nyawa bagi orang-orang. Apa yang akan ia lakukan tanpa ponsel? Huhu...

"Apa gak bisa dikasih dispensasi Pak? Saya ikhlas dihukum apa saja asal hape saya balik, masalahnya itu bukan hape saya". Cicit Jeka diakhir kalimatnya sembari melirik kearah Unaya yang cemberut padanya.

"Kalo mau ponsel kamu balik, suruh orangtua kamu menghadap saya". Jeka langsung kicep. Ia lebih baik dihukum daripada meminta orangtua-nya menghadap kepala sekolah. Pemuda itu malas diomeli Papa-nya dan berakhir diatur ini-itu. Lebih baik ia menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Ada pertanyaan?". Tanya kepala sekolah karena Unaya dan Jeka diam saja.

"Pak, boleh saya ambil SIM card yang ada di hape itu?". Pinta Jeka.

Setelah mendapat petuah panjang lebar, dua sejoli ini keluar dari ruang kepala sekolah. Unaya duduk disebuah bangku dan mengusap wajahnya frustrasi, gadis itu menunggu guru mata pelajaran Bahasa Inggris selesai dengan urusannya sebelum nanti ia mengerjakan sisa soal ujian Bahasa Inggris yang belum sempat ia selesaikan tadi.

"Maaf gue emang ceroboh, nih loe bisa pake hape gue". Kata Jeka sembari mengulurkan ponselnya, pemuda itu sudah memindahkan SIM card Unaya ke ponselnya.

"Terus loe gimana?". Tanya Unaya sembari menatap ponsel hitam milik Jeka. Pemuda itu tersenyum kecil sebelum menjawab;

"Gue gampang, yang penting loe". Dengan ragu Unaya menerima ponsel yang diulurkan Jeka.

"Makasih". Jawab Unaya sembari tersenyum tipis.

--Bangsat Boys--

Setelah semua urusannya beres, Unaya langsung menghampiri Ririn yang tengah menunggunya di kantin sekolah. Memang sahabat terbaik, bahkan Ririn sampai rela menunggu Unaya hingga urusan gadis itu selesai. Padahal ujian selesai pukul setengah dua belas dan sekarang sudah pukul satu siang.

"Rin, yuk kerumah gue. Mama masak makaroni". Ajak Unaya sambil merangkul Ririn. Ririn langsung tersenyum lebar.

"Asyik makaroni, yuk!". Ririn mengulurkan es Marimas anggur kearah Unaya. Unaya tersenyum kemudian menyeruputnya sedikit, keduanya langsung melenggang menuju gerbang sekolah.

"Eh? Doi tuh". Tunjuk Ririn. Unaya reflek menghentikan langkahnya, gadis itu sedang tidak mood untuk bertemu Jeka. Meski ia tidak marah pada Jeka, namun Unaya merasa Papa-nya benar. Jika pengaruh anak badung itu membahayakan. Buktinya ia yang selama ini tidak pernah bermasalah, jadi bermasalah gara-gara bergaul dengan Jeka.

Unaya melangkah cepat untuk menghampiri Jeka, pemuda itu tengah merokok di depan sekolah dengan antek-anteknya. Unaya juga melihat mobil Jeep Jeka sudah ada disana. Melihat kedatangan Unaya, Jeka langsung mematikan rokoknya dan mendekat kearah gadis yang hanya berdiri kaku di dekat mobil Jeep-nya.

"Udah? Yuk langsung balik aja". Jeka membukakan pintu mobil untuk Unaya seperti biasanya.

"Gue balik sama Ririn". Sahut Unaya cepat. Jeka menghentikan gerakannya, pemuda itu menatap kearah Unaya.

"Kenapa?".

"Ya gak apa-apa, lagi kangen Ririn aja". Dan setelah itu Unaya melenggang pergi bersama Ririn. Jeka menatap punggung Unaya yang mulai menjauh dan masuk kedalam angkot. Jeka tahu, Unaya pasti marah padanya. Pemuda itu maklum karena ini adalah pengalaman pertama Unaya membuat kesalahan di sekolah.

"Pinjem motor loe bentar Bro". Kata Jeka kemudian langsung menyusul angkot yang dinaiki Unaya menggunakan motor Jaerot. Antek-antek Jeka mendadak merasakan suasana menjadi mellow. Apalagi saat melihat wajah sendu Jeka yang mendapat penolakan dari Unaya tadi.

Sementara itu di dalam angkot, Unaya diam saja. Gadis itu memang seharusnya berfikir ribuan kali untuk jatuh cinta pada pemuda seperti Jeka. Selain berbahaya karena pentolan sekolah, pemuda itu juga memberikan pengaruh buruk padanya. Bagaimana jika Papa-nya tahu hari ini ia membuat masalah di sekolah? Sudah pasti Papa-nya akan kecewa.

"Na, loe kenapa sih? Ada masalah sama Jeka?". Bisik Ririn. Unaya menoleh kearah Ririn sejenak.

"Gue cuma ngerasa jadi orang yang berbeda aja semenjak deket sama Jeka". Cicit Unaya.

"Maksudnya?".

"Ya gue jadi bandel aja, gitu Rin. Gue dipanggil kepala sekolah karena bikin kesalahan, itu bukan gue banget!". Rengek Unaya sembari meremat rok abu-abu-nya.

"Ya elah Na. Hidup loe itu terlalu lurus, giliran dapet belokan dikit langsung down. Justru kejadian tadi di sekolah bisa jadi kenangan yang gak bakal loe lupain seumur hidup pas udah lulus SMA nanti. Kalo cuma lurus-lurus aja, apa yang bakal loe kenang?". Unaya terdiam mendengar perkataan sahabatnya. Benar juga, kehidupan remaja Unaya terlalu monoton. Bandel dikit, gak apa-apa lah ya?

Gadis itu menoleh ke samping, matanya membulat kala melihat sosok Jeka yang membuntuti angkotnya dari belakang. Segitu protektif-nya kah sampai-sampai naik angkot saja harus dibuntuti?

Jeka memang sengaja membuntuti angkot yang dinaiki Unaya karena pemuda itu ingin memastikan jika gadis-nya sampai dirumah dengan selamat. Bukan itu saja sih, ini sebagai bentuk tanggung jawab. Gadis itu sudah masuk kedalam hidupnya, maka ia wajib menjaganya.

Unaya mencoba cuek dan pura-pura tidak menyadari jika Jeka membuntuti angkot yang dinaikinya. Bahkan sampai Unaya dan Ririn turun di depan kompleks perumahan, Jeka masih setia mengawasi. Pemuda itu berhenti agak jauh dari kompleks perumahan. Melihat Unaya sudah masuk ke dalam kompleks, Jeka langsung memutar motornya dan kembali ke sekolah. Tuan putri sampai di rumah dengan aman.

Unaya menoleh sedikit kebelakang, gadis itu menyunggingkan senyum tipis saat melihat Jeka yang mulai menjauh dengan motornya.

--Bangsat Boys--

"Rin, kayaknya gue mau potong poni deh". Kata Unaya sambil berbaring di samping Ririn. Ririn yang asyik membaca primbon di ponsel-pun melirik kearah Unaya sekilas.

"Potong poni buat apaan? Bukannya loe gak pede kalo di poni?". Sahut Ririn. Unaya memang sering merasa tidak pede saat mengubah gaya rambut. Untuk itulah dari jaman dahulu kala sampai saat ini, gadis itu masih setia dengan rambut panjang bergelombang tanpa poni.

"Tapi gue mau buang sial Rin. Hari ini rasanya gue apessss banget, siapa tahu kan poni baru gue nanti bisa bikin hoki?!". Kata Unaya menggebu. Ririn mengganti posisi tidurnya menjadi tengkurap.

"Menurut primbon yang gue baca, loe bakalan bahagia bersama doi loe yang sekarang. Jangan-jangan doi beneran bakal jadi jodoh loe....". Sahut Ririn tidak jelas sembari membaca primbon di ponselnya. Unaya mendengus sebal, gadis itu merebut ponsel Ririn dan memasukannya kedalam baju.

"Udah ayok bantuin gue potong poni!!!". Seru Unaya kemudian menarik paksa tangan Ririn dan membawanya kearah dapur.

Stylish Ririn mulai beraksi. Unaya agak ragu saat Ririn memotong poninya secara asal.

"Rin, emang harus banget pake baskom di kepala kayak gini?". Tanya Unaya sembari memejamkan matanya erat-erat saat Ririn kembali memotong rambutnya.

"Sttttttt.... diem aja Na! Biar potongannya rapi, harus dikasih baskom dulu". Unaya mengangguk patuh dan membiarkan Ririn menyelesaikan pekerjaannya. Irene yang hendak mengambil minum didalam kulkas-pun dibuat shock saat melihat rambut yang berceceran di atas lantai dapur.

"Astaghfirullah Unaya! Itu rambut kamu kenapa miring-miring?!". Teriak Irene heboh sekali. Unaya dan Ririn kaget dibuatnya, stylish Ririn gagal menyelesaikan tugas dengan baik.

Dan akhirnya Irene yang mengambil alih tugas Ririn. Unaya menangis terisak-isak saat Irene merapikan poni gagal buatan Ririn. Gadis itu takut kalau penampilannya jadi amburadul gara-gara salah potong poni. Sementara itu Ririn dibuat cemas juga, tapi salah siapa memintanya motong poni padahal ia tidak ahli?

"Udah gak usah nangis lagi. Kamu cantik kok". Unaya menatap penampilan barunya dari kaca yang diulurkan oleh Irene.

"Uwahhhhhh....". Gumam Unaya dan Ririn yang terlihat takjub.

Esoknya di sekolah....

Unaya berasa jadi putri iklan, setiap kakinya melangkah hanya kata pujian yang ia dengar. Bahkan para cowok melongo melihat penampilan baru Unaya. Ririn-pun berasa menjadi Bodyguard gadis itu, mendadak banyak yang minta foto hingga Ririn harus susah payah mengurai keramaian. Sumpah, poni ajaib. Murid-murid yang biasanya biasa saja saat melihat Unaya, kini dibuat menganga lebar dan memuji habis-habisan gadis itu.

"Sekali foto lima ribu! Antri-antri!". Seru Ririn sembari menyambar uang-uang yang diulurkan oleh para cowok yang hendak berfoto selfie dengan Unaya. Meski merasa aneh, tapi Unaya mau-mau saja diajak foto selfie.

"Tanda tangan tiga ribu ya, sini bayar dulu". Seru Ririn lagi sembari mengulurkan kertas pada Unaya, meminta gadis itu untuk menandatanganinya. Unaya menurut, gadis itu membubuhkan tanda tangan di kertas tersebut kemudian mengulas senyum manis. Melihat Unaya tersenyum, para cowok langsung lemas seketika.

Jeka dan antek-anteknya yang baru tiba disekolah dibuat bingung begitu melihat keramaian disepanjang lorong sekolah. Pemuda itu melihat beberapa murid menganga dan ada juga yang mimisan.

"Minggir woy! Kasih jalan!". Teriak Victor. Para murid langsung menyingkir dan memberi jalan bagi leader Bangat Boys untuk lewat.

"Ada apa sih rame-rame gini?". Tanya Jeka pada antek-anteknya. Mata pemuda itu menangkap sosok Ririn yang berdiri diatas kursi sambil menyambar uang-uang bak menerima saweran.

"Gak tahu Bos, samperin yok!". Ajak Wonu. Tanpa menjawab Jeka langsung mendekat kearah kerumunan diikuti antek-anteknya.

"Ekhem....". Kerumunan langsung terurai begitu Jeka berdeham. Semuanya langsung menyingkir hingga pemuda itu bisa melihat punggung gadis berambut coklat gelap yang berdiri memunggunginya.

"Ada apa nih rame-rame gini?". Desis Jeka. Ririn mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sementara itu Unaya langsung berbalik dan....

"Hai". Sapanya manja sembari mengerlingkan matanya kearah Jeka.

Jeka mendadak limbung, untung antek-anteknya siap siaga menahan tubuh pemuda itu. Jeka menganga, Unaya kok jadi....jadi....

Cantik gak ada akhlak gitu?

--Bangsat Boys--