webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Khawatir

"Hih! Bang Jeka mana sih?! Katanya tadi mau jemput, kok belum nongol juga? Mana hape-nya mati lagi". Gerutu Yeri yang berdiri seorang diri didepan tempat Bimbel. Si Abang berjanji akan menjemputnya, namun entah lupa atau bagaimana hingga batang hidungnya belum terlihat. Yang jelas Yeri mendadak merinding karena tempat bimbel sudah sangat sepi.

Gadis itu mengganti jadwal bimbel-nya menjadi malam hari agar siang-nya bisa hangout bersama teman-temannya. Sonia yang biasanya menjemput-pun malam ini absen dulu karena harus menemani Pablo di pesta kolega bisnisnya. Yeri mencoba menghubungi Jeka sekali lagi namun tetap saja suara operator yang menyahut. Gadis itu mendengus dan memberanikan diri untuk berjalan ke halte terdekat.

"Sumpah Si Abang jahat banget kalo sampe ngelupain gue". Gumam Yeri sembari mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Sekarang sudah jam delapan malam dan jalanan yang ia lewati lumayan sepi. Gadis mana yang tidak takut berjalan menyusuri jalan sepi sendirian? Ini Jakarta Bro, kota dengan tingkat kriminalitas lumayan tinggi.

Yeri menghentikan langkahnya saat melihat segerombolan pemuda berjalan kearahnya. Gadis itu meremat buku-buku yang ia peluk erat-erat. Mau sembunyi tapi kaki-nya terasa kaku, para pemuda itu juga sudah terlanjur me-notice dirinya. Kalau menurut sinetron yang ia tonton, para pemuda itu pasti akan mengejarnya jika ia berlari. Oke lebih baik pura-pura tidak lihat saja. Yeri langsung berdiri kaku sembari menatap ke arah jalan raya yang hanya dilewati oleh beberapa pengendara saja. Mulut gadis itu komat-kamit membaca doa.

"Ada cewek cakep, montok. Samperin yuk!". Pekik salah satu pemuda dengan heboh. Yeri mengumpat di dalam hati, dasar cowok kalo lihat yang montok dikit aja langsung oleng.

"Wah iya, yuk buru samperin". Yeri meneguk ludahnya susah payah. Gerombolan pemuda itu benar-benar menghampiri Yeri yang tengah berdiri ketakutan.

"Cewek suit-suit. Mau kemana malem-malem gini?". Goda salah satu pemuda yang menurut Yeri wajahnya mirip kera sakti, jelek banget sumpah!

"Pulang!". Sahut Yeri ketus.

"Cantik-cantik jutek amat, hahaha". Entah apa yang lucu Yeri juga tidak tahu, tapi pemuda-pemuda itu terbahak begitu puas.

"Mending ikut Abang seneng-seneng aja yuk". Salah satu pemuda mulai kurang ajar dengan menyentuh tangan Yeri tiba-tiba. Yeri reflek menyentaknya dan menatap pemuda itu tidak suka. Meski Abang-nya sendiri memiliki komplotan bangsat seperti pemuda-pemuda didepannya ini, tapi gadis itu tahu jika komplotan Abang-nya tidak pernah kurang ajar pada seorang gadis.

"Gak usah pegang-pegang!". Bentak Yeri dengan berani, melupakan fakta jika jumlah pemuda didepannya saat ini tidak sebanding dengannya.

"Yaelah sok jual mahal banget sih loe jadi cewek!". Yeri terus ditarik paksa oleh pemuda-pemuda tersebut hingga gadis itu hampir menangis. Dan parahnya tidak terlihat satu batang hidung-pun orang yang hendak menolongnya.

Hingga secercah harapan datang...

Sret!

Grept!

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang memakai helm-full face merangkul dirinya.

"Sayang, aku cari-cari dari tadi ternyata kamu disini". Kata pemuda itu tiba-tiba yang membuat Yeri bingung.

"Ha?". Sahut Yeri dengan tampang blo'on.

"Loe siapa?!". Tanya pemuda yang tadi berniat jahat pada Yeri.

"Lah loe siapa?! Gue cowoknya! Ngapain loe ngerubungin cewek gue!". Bentak pemuda itu yang membuat segerombolan pemuda tadi kicep.

"Cabut aja yuk, ada pawangnya". Bisik salah satu pemuda kemudian pergi begitu saja. Melihat segerombolan pemuda itu pergi, Yeri lega luar biasa. Pemuda yang merangkulnya tadi beringsut menjauh.

"Hah! Akhirnya pergi juga. Btw makasih udah bantuin tadi". Kata Yeri dengan tulus sembari menatap mata tajam dibalik helm-full face yang dipakai oleh pemuda didepannya ini.

"Heum, cewek malem-malem di pinggir jalan sendirian mau ngapain? Bahaya. Rumah loe dimana?". Ujar pemuda itu sembari mengutak-atik ponselnya.

"Gue tadi nunggu jemputan di tempat Bimbel situ, tapi gak dateng-dateng ya udah gue jalan aja siapa tahu ada taksi yang lewat. Rumah gue di perumahan xxx". Sahut Yeri sembari menunjuk tempat Bimbel-nya.

"Kenapa gak pesen Gojek aja?". Tanya pemuda itu yang membuat Yeri menepuk dahinya sendiri. Haduh kok bodoh ya, sampai lupa kalau ada Gojek di dunia ini.

"Ah? Gojek! Ya ampun lupa gue, bentar deh gue pesen dulu".

"Udah gue pesenin, bentar lagi dateng". Gerakan Yeri yang hendak mengambil ponselnya terhenti, mata gadis itu beralih untuk menatap pemuda yang bahkan tidak ia ketahui siapa namanya.

"Gue pesenin Go-Car, malem-malem gini naik motor dan gak pake jaket ntar masuk angin". Lanjut pemuda itu yang membuat hati Yeri mendadak menghangat. Beberapa menit hanya hening yang tercipta, hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka.

"Pesanan atas nama Mario Hendrawan?". Tanya sopir Go-Car tersebut.

"Iya Pak, tolong anterin dia pulang". Kata Mario sembari menuntun Yeri masuk kedalam mobil. Yeri masih saja diam, mata gadis itu tak lepas menatap pemuda yang ia ketahui bernama Mario Hendrawan tersebut.

Blam!

Hingga Mario menutup pintu mobil, Yeri masih belum tersadar dari lamunannya.

"Mario Hendrawan, kayaknya gue suka deh sama loe". Cicit Yeri. Haduh Yeri, dasar anak kecil huhu.

--Bangsat Boys--

Sementara itu, masih di kedai ice cream. Jeka benar-benar memesan semua menu ice cream hingga membuat Unaya dan Ririn mau muntah karena kebanyakan makan ice cream. Mereka sudah melambaikan tangan berkali-kali karena tidak kuat tapi Jeka memaksa agar keduanya menghabiskan ice cream tersebut. Satu kalimat yang terdengar begitu menyebalkan di telinga Unaya;

"Dihabisin! Ntar mubadzir. Emang loe kira gue dapet duit cuma tinggal metik?".

"EMANG SIAPA YANG NYURUH BUAT BELI SEMUA MENU ICE CREAM, SAT!". Batin Unaya meronta. Unaya memasukkan sesendok lagi ice cream ke dalam mulutnya hingga pipinya menggembung. Gadis itu menatap Jeka yang tengah merokok dan bercanda bersama antek-anteknya dengan penuh dendam. Ingin ia mencokolkan ice cream sekaligus gelas-gelasnya kedalam mulut pemuda itu tapi apalah daya tidak berani huhu.

"Huek!". Semuanya langsung menatap kearah Unaya saat gadis itu terlihat mau muntah.

"Na, loe gak papa?!". Tanya Ririn tidak jelas karena mulutnya penuh ice cream.

"Huek! Huek!". Unaya langsung berlari kearah toilet karena mendadak mual. Antek-antek Jeka langsung menatap si Bos dengan mata memicing.

"Jangan-jangan Bu Bos...". Kata Haykal menggantung. Jeka menarik sebelah alisnya kearah pemuda itu.

"Ha....". Semua menatap Haykal dengan mata membulat termasuk Ririn. Jeka juga jadi ikutan gugup, masa sih Unaya begitu?! Kan gak pernah ngapa-ngapain, kecuali di dalam mimpi. Tapi masa begituan di dalam mimpi bisa jadi anu di dunia nyata sih. Batin Jeka meronta-ronta.

"Ha.... tchim...". Haykal bersin begitu saja hingga membuat penonton kecewa.

"Apaan sih loe Kal! Kirain ha-ha apaan, gak tahunya hatcim!". Gerutu Wonu dengan sebal.

"Gue tuh mau bilang jangan-jangan Bu Bos masuk angin gara-gara kebanyakan makan ice cream makannya muntah gitu. Mikirin apaaan hayooo?!". Goda Haykal dengan menyebalkan. Jeka berdecak kemudian berjalan menuju toilet untuk menyusul Unaya. Dasar Haykal, gara-gara pemuda itu Jeka jadi sempat berfikiran yang macam-macam.

"Huek-huek!". Unaya terus memuntahkan ice cream yang telah ia telan di wastafel sampai tubuhnya lemas. Sumpah rasanya enek banget sampai-sampai bikin mual. Jeka nekat masuk kedalam toilet perempuan dan dengan sigap memegangi rambut Unaya agar tidak kena muntahan. Untung toilet sedang sepi, Unaya agak kaget dengan keberadaan Jeka.

"Jek... Huek". Unaya lagi-lagi muntah hingga Jeka berinisitif memijit tengkuk gadis itu.

"Keluarin aja semua". Bisik pemuda itu sembari terus memijit tengkuk Unaya.

"Lemes". Keluh Unaya yang menopangkan punggungnya didada Jeka. Beberapa ibu-ibu mulai masuk kedalam toilet dan melirik-lirik kearah Jeka dan Unaya.

"Ya ampun anak jaman sekarang, liat deh masih pakai seragam SMA tapi udah mau punya anak. Ya ampun krisis moral memang Indonesia ini". Jeka dan Unaya reflek memutar bola mata malas. Haduh Ibu-ibu ini dimana-mana tidak ada bedanya, tukang gosip tapi tidak tahu faktanya.

"Kasihan itu bayinya ntar mau dikasih makan apa? Jangan-jangan kalau udah lahir dibuang ke Kebon lagi. Hiii ngeri banget". Unaya mengerucutkan bibirnya kearah Jeka seakan meminta pemuda itu untuk menyelepet mulut ibu-ibu yang sotoy tersebut. Jeka menggangguk kemudian mengusap-usap perut Unaya.

"Anak Papa, jangan nakal dong di dalam sana. Kasihan Mama kerepotan loh". Unaya menganga tak percaya, ibu-ibu yang tadi berbisik ria langsung bergidik ngeri kemudian masuk ke bilik toilet untuk menyelesaikan urusan perut.

Brugh!

"Aw!".  Jeka reflek mundur saat Unaya menyikut perutnya.

"Maksud loe apaan ngomong kayak begitu di depan ibu-ibu julid tadi?!". Omel Unaya sembari berkacak pinggang. Jeka masih meringis kesakitan sembari mengusap perutnya sendiri.

"Buset deh, ganas banget ini cewek". Gumam Jeka. Unaya melotot tidak terima saat dikatai ganas.

"Gue denger ya!". Omel Unaya lagi dengan galak.

"Eh? Iya-iya maaf, maaf banget. Gak maksud kok sayang hehe". Sahut Jeka sambil cengengesan. Dipanggil sayang, Unaya langsung lumer. Heuuuu lemah.

"Jangan kayak gitu lagi, ambigu tahu! Udah yuk balik". Ajak Unaya sambil mengulurkan tangannya kedepan. Jeka menatap tangan Unaya dengan tatapan bingung membuat siempunya mendengus malas.

"Gandeng Jeka! Gue lemes banget!". Teriak Unaya dengan sebal.

"Siap laksanakan!". Sahut Jeka yang langsung menggandeng tangan Unaya dan menuntun gadis itu kembali ke bangku mereka.

"Suami-suami takut istri ya Bu hihi...".

"Iya hihi, kayak suami saya". Bisik ibu-ibu dari bilik toilet.

Semuanya masih betah bercanda di kedai ice cream padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Jeka mengaktifkan ponselnya yang tadi sengaja ia matikan agar tidak ada yang mengganggu kebersamaannya dengan Unaya. Namun begitu ponselnya hidup, notif-nya langsung dipenuhi chat dan panggilan dari Yeri. Jeka dibuat kalut, ia lupa menjemput Yeri. Pemuda itu sangat menyayangi adik-nya, jadi tidak heran jika ia takut terjadi sesuatu pada Yeri.

"Gue cabut ya". Kata Jeka tiba-tiba yang langsung memakai jaketnya. Semua mendadak diam dan menatap Jeka yang terlihat tidak tenang.

"Mau kemana Bos?".

"Gue lupa jemput Yeri". Sahut Jeka yang hendak pergi namun Unaya menahan lengan pemuda itu.

"Jeka?". Jeka tersenyum kecil kemudian mengusap pipi tembam Unaya.

"Titip cewek gue". Kata Jeka pada antek-anteknya kemudian melepaskan genggaman Unaya dengan lembut.

"Gue ikut!". Teriak Unaya sebelum Jeka keluar dari kedai.

--Bangsat Boys--

"Hati-hati Jek, Yeri pasti baik-baik aja". Teriak Unaya tepat ditelinga Jeka. Unaya memeluk pinggang Jeka erat-erat karena pemuda itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

"Dia balik jam tujuh dan sekarang udah jam sembilan Na. Tuh anak penakut banget, gue yakin dia gak ada inisiatif buat pesen Gojek atau naik taksi". Sahut Jeka yang terdengar khawatir sekali. Unaya diam, mendadak rasa bersalah menggelayuti hatinya. Gara-gara ia tidak mengangkat telepon Jeka dan membuat pemuda itu khawatir, Jeka jadi lupa menjemput Yeri.

"Maaf ya Jek, gara-gara...".

"Tolong jangan bahas yang lain dulu Na, gue bener-bener kepikiran sama adek gue". Potong Jeka yang membuat Unaya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Gadis itu memilih memeluk erat dan memendamkan kepalanya di punggung Jeka untuk memberikan kekuatan pada pemuda itu. Jeka mengulas senyum tipis dan menggenggam lembut punggung tangan Unaya yang melingkari pinggangnya.

Sesampainya di tempat bimbel, Jeka mengumpat karena tidak menemukan sosok Yeri. Pemuda itu sudah menghubungi berkali-kali tapi kini gantian ponsel Yeri yang tidak aktif.

"Anjing!". Umpat Jeka untuk yang kesekian kalinya.

"Coba deh Jek loe hubungin orang rumah, siapa tahu Yeri udah balik". Kata Unaya memberi saran.

"Males gue, paling yang ngangkat si doi. Gue ogah denger suaranya". Sahut Jeka. Si doi itu maksudnya Sonia, ibu tirinya.

"Ya udah sini biar gue yang telepon". Unaya merebut ponsel Jeka dan mencari kontak nomor rumah Jeka. Setelah menemukan kontak yang bernama 'Rumah Anjing' Unaya langsung mencoba untuk menghubunginya.

Agak lama menunggu hingga suara seorang wanita membuat Unaya mengernyitkan keningnya.

"Halo?". Sapa suara yang ada diseberang sana. Unaya merasa suara ini familiar, tapi siapa?

"Halo Tante, ini temen Yeri. Yeri-nya ada di rumah?". Tanya Unaya kemudian. Ah paling hanya perasaannya saja, begitulah batin Unaya.

"Ada tuh Yeri di rumah, mau dipanggilin? Ini temen-nya Yeri namanya siapa?".

"Yeri udah balik". Bisik Unaya kearah Jeka yang membuat pemuda itu bernafas lega.

"Saya, Un....".

Pip!

"Jeka! gak sopan ih belum selesai ngomong udah ditutup gitu?!". Omel Unaya saat Jeka tiba-tiba merebut ponselnya dan mematikan sambungan telepon begitu saja.

"Gak penting ngomong sama doi, udah yuk gue anterin balik. Udah malem". Kata Jeka sembari mengulurkan helm Little Poni kearah Unaya.

"Ya seenggaknya kasih salam dulu baru ditutup Jeka!". Unaya benar-benar jengkel dengan pemuda satu ini. Gadis itu naik keatas motor Jeka kemudian memukul kepala pemuda itu yang tertutup helm hingga mengaduh kesakitan.

"Iya-iya maaf lagi deh. Sebelum pulang, gue mau ngasih tahu sesuatu yang penting". Kata Jeka mendadak serius.

"Apa?". Unaya memasang baik-baik telinganya sebelum Jeka berbicara.

"Loe udah lihat kan gimana kalo gue lagi khawatir? Gue juga bakal sekhawatir ini kalau seandainya itu terjadi sama loe. Gue minta tolong jangan pernah bikin gue khawatir, Unaya". Setelah mengatakan kalimat yang sukses membuat hati Unaya menghangat? Tanpa intro atau basa-basi, Jeka langsung menancap gas-nya. Unaya rasanya mau nangis aja, baru kali ini gadis itu merasakan dijaga sampai merasa aman oleh lelaki selain Papa-nya.

"Makasih Jeka". Cicit Unaya sembari memeluk Jeka erat-erat. Ahhhh... Jeka :3

--Bangsat Boys--