webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Kangen

Tiga hari sudah berlalu, dan selama itu pula Jeka berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan atensi Unaya. Juga selama itu pula Unaya terus berfikir positif dan tak henti datang kerumah sakit untuk menemui Jeka, meski pada akhirnya ia selalu mendapatkan penolakan. Gadis itu mulai lelah, usahanya diabaikan siapa yang tahan?

Sekuat tenaga ia mencoba menebalkan muka, mencoba abai saat terus-terusan dibentak dengan kata-kata kasar. Siapa yang tidak malu? Bahkan mungkin antek-antek Jeka yang menjadi saksi selama ini berfikir jika ia adalah gadis murahan yang tak tahu malu. Sudah ditolak masih saja punya muka untuk terus datang.

Dan malam ini, Unaya masih dirumah Ririn. Gadis itu memutuskan untuk tidak pulang kerumah sampai lebam di wajahnya sembuh. Untung saja Papa dan Mama-nya tidak curiga, berkat kelihaian Ririn dalam berbohong tentu saja. Unaya menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan, malam ini haruskah ia kembali menemui Jeka? Ingin tapi juga takut. Huft!

"Mau sampai kapan galau kayak gitu? Please wake up! Cowok bukan cuma Jeka doang Na di dunia ini. Loe bukan kayak Unaya yang gue kenal. Sejak kapan urusan cowok bisa sampai bikin loe gak fokus sekolah kayak gini? Loe mengenaskan kalau gue boleh jujur". Perkataan Ririn cukup pedas bagi Unaya. Namun tak dipungkiri jika perkataan Ririn seratus persen benar. Tiga hari ini Unaya sudah seperti mayat hidup, tatapan matanya juga kosong, dan wajahnya pucat. Unaya yang biasanya aktif dikelas mendadak sering tidak fokus dan berujung berdampak pada nilai-nya.

Hell! Ririn benar! Sejak kapan Unaya Salsabila kehilangan fokus tentang urusan sekolah? Bukankah pendidikan lebih penting dari segala-galanya? Apalagi yang membuatnya hilang fokus adalah; cowok! Gadis itu menggebrak meja belajar Ririn kemudian matanya berapi-api.

"Loe benar Rin! Gue ini Unaya cewek teladan di sekolah! Masa cuma gara-gara cowok modal gombal kayak Jeka, gue jadi begini?! Hah! Cowok gak cuma dia kali, gue bisa dapat yang lebih!". Seru Unaya dengan menggebu namun sedikit ragu diakhir kalimatnya. Mendapatkan yang lebih dari Jeka? Emang ada? :(

"Nah! Gitu dong! Ini baru sahabat gue! Loe harus kelihatan seakan baik-baik aja di depan dia! Biar dia nyesel pernah perlakuin loe gak baik, tunjukin kalau loe bisa hidup tanpa dia!". Sahut Ririn tak kalah menggebu. Jika Unaya terus merengek pada Jeka, yang ada pemuda itu malah semakin menjadi. Biarlah Jeka memikirkan semuanya dengan matang, pemuda itu pasti butuh waktu. Dan untuk sementara Unaya memang harus berhenti berada disekitar Jeka, coba lihat apakah mereka akan baik-baik saja jika tak saling bersua?

"Tapi Rin, apa gue bisa? Apa gue sanggup bersikap baik-baik aja didepan Jeka sementara faktanya gue gak baik-baik aja?". Tanya Unaya dengan suara melemah. Ternyata semangatnya hanya bertahan sekejap, membohongi diri sendiri memang sulit.

"Kalau belum dicoba ya mana tahu. Kasih dia ruang buat sendiri dulu Na. Gue yakin kok ada waktunya dia bakal datengin loe lagi. Sedih boleh tapi jangan sampai ngerugiin diri loe sendiri". Nasehat Ririn sambil menepuk pundak Unaya lembut. Unaya tersenyum kecil kearah Ririn, untung ada Ririn yang bisa diajak berbagai. Setidaknya bebannya lebih terasa ringan, gadis itu memeluk Ririn erat.

"Makasih ya Rin, loe emang temen ter-the best! Gak tahu apa jadinya gue tanpa loe". Kata Unaya dengan tulus.

"Eummm... tanpa gue loe itu kayak ambulans tanpa uwiiiww. Uwiww... uwiiwww...". Canda Ririn sambil tertawa garing. Unaya reflek melepaskan pelukannya dan menatap Ririn dengan tatapan sendu.

"Ihhhhhhh... loe ngomongin ambulans gue jadi inget rumah sakit kan! Pingin kesana lihat Jeka huhu". Rengek Unaya membuat Ririn menepuk dahinya frustrasi.

"Yaelah Na, baru juga beberapa menit yang lalu loe sadar dan sekarang udah gitu lagi?! Emang udah bucin akut loe!". Sahut Ririn sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk mencegah Unaya datang ke rumah sakit.

++

Jeka berbaring diranjang rumah sakit dengan tatapan kosong, pemuda itu bosan berbaring terus. Ini bukan dirinya, ia adalah pemuda yang kuat bukan lemah seperti ini. Jeka melirik ke arah jam yang menempel di tembok ruangan, tumben jam segini Unaya belum datang. Biasanya gadis itu akan datang menjenguknya setiap pukul tujuh malam meski setiap harinya ia akan berpura-pura tidur atau bahkan membentaknya dengan kata-kata kasar.

Maunya Jeka bukan seperti itu, ia bahkan selalu menangis setelah memperlakukan Unaya dengan buruk. Ia menyumpahi dirinya sendiri yang sudah melukai hati gadis sebaik dan setulus Unaya. Tapi mau tak mau ia harus melakukannya, ini demi Unaya. Demi gadis itu agar belajar membencinya, atau jika boleh meminta Jeka ingin sekali memutar waktu dimana ia dan Unaya belum saling mengenal sehingga ia tidak perlu melukai gadis itu seperti ini.

"Nungguin doi Bos?". Ledek Wonu sembari menahan tawa. Sejak tadi ia dan yang lain memperhatikan gerak-gerik si Bos. Terlihat gelisah dan tak henti menatap kearah jam dinding. Jeka kontan tergagap begitu Wonu menyadari tingkah aneh-nya.

"Ngomong apa sih loe? Gue cuma bosan kali". Kilah Jeka kemudian berpura-pura memainkan ponselnya. Padahal di dalam hati pemuda itu bertanya-tanya mengapa Unaya belum datang? Apa gadis itu baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu di jalan sehingga gadis itu tak kunjung datang?

"Vi tolong...".

"Tanyain ke Ririn kenapa Bu Bos belom datang? Sebelum loe suruh udah gue tanyain Bos, tapi sayang cuma di read doang". Sahut Victor sembari mengangkat ponselnya yang menunjukan room chat-nya dengan Ririn. Jeka menghembuskan nafas berat, susahnya mencoba tak peduli pada Unaya. Ingat Jeka pernah bilang kalau Unaya sudah ada dihatinya kan? Wajarlah jika pemuda itu merasa khawatir saat tak mendengar kabar Unaya hari ini.

"Nanya sendiri kenapa sih Bos, punya nomornya kan? Gak usah gengsi, kalau sayang mah tunjukin aja". Sahut Jimi.

"Gak semudah itu Sat! Gue masih kaget aja pas tahu dia ternyata saudara tiri gue. Dunia sempit banget anjir!". Umpat Jeka yang tidak habis pikir. Bisa-bisanya ia pacaran dengan anak ibu tirinya.

"Cuma saudara tiri Bos! bukan saudara kandung, gak sedarah. Gak masalah kalau ada hubungan". Kata Jaerot takut-takut.

"Iya gue tahu! Tapi gak semudah itu, bokap gue belum tentu sepemikiran sama loe pada, begitu juga gue. Bagi gue sekarang Unaya itu udah kayak Yeri tahu gak! Agak canggung dan aneh kalau gue pacaran sama dia, apalagi faktanya dia anak nyokap tiri gue". Jelas Jeka panjang lebar, semuanya mengangguk paham.

"Iya sih Bos, hubungan cinta antar saudara tiri juga masih awam dimata orang-orang. Ya semoga cepat ketemu aja deh Bos solusinya, gue mah cuma bisa do'ain yang terbaik buat loe". Kata Bambang dengan tulus sekaligus merasa prihatin dengan kisah percintaan Bos-nya yang selalu gagal.

"Thanks Bam. Akh! Tapi gue udah bosan banget disini". Keluh Jeka sembari mengubah posisinya menjadi duduk dengan susah payah. Pemuda itu langsung melepas infus ditangannya begitu saja hingga membuat yang lain menatapnya dengan kaget.

"Bos! Jangan aneh-aneh, loe belum sembuh woy!". Teriak Haykal yang hendak menghentikan aksi nekat Jeka namun tangannya malah ditepis kasar.

"Gue udah sehat! Kelamaan gak gerak yang ada badan gue malah sakit!". Jeka turun dari ranjang dan melepas baju rumah sakitnya.

"Ambilin kaos gue...". Perintah Jeka.

"Tapi Bos kalau bokap loe tahu, dia bakal marah". Sahut Wonu yang memang sudah diwanti-wanti sebelumnya oleh Pablo untuk menjaga Jeka.

"Bos loe itu, gue apa dia?". Tanya Jeka dengan galak.

"Ya elo sih". Cicit Wonu.

"Ya udah sini buru ambilin kaos gue! Yang harusnya loe patuhi perintahnya itu gue, bukan dia". Omel Jeka. Wonu akhirnya menuruti perintah Jeka. Setelah menerima kaos-nya, Jeka langsung memakainya secepat kilat, memberi instruksi agar segera pergi dari sana.

"Bos loe yakin bakal pergi dengan kondisi kayak gini? Loe masih sakit Bos". Kata Jimi yang sudah mengikuti langkah Jeka untuk keluar dari rumah sakit. Jeka berjalan tanpa ragu, pemuda itu bahkan sudah terlihat tidak sakit sama sekali.

"Loe liat kan gue bisa jalan kayak gini? Itu artinya gue udah baik-baik aja". Sahut Jeka. Akhirnya mereka semua meng-iya kan saja kemauan Jeka. Malam ini Jeka kabur dari rumah sakit tanpa hambatan. Tak peduli esok hari bakal kena omel Papa-nya lagi, gak apa-apa udah biasa.

"Ke markas aja ya. Gue malas pulang ke rumah. Siapin rokok aja, sama minum dikit juga boleh". Kata Jeka dengan santainya. Mantap, baru keluar dari rumah sakit udah minta rokok sama minum.

"Minum apa Bos? Ale-ale apa Yakult?". Tanya Victor dengan polosnya yang langsung mendapatkan tatapan tak suka dari Jeka.

"Bercanda loe?!". Desis Jeka.

"Lah salah ngomong ya gue? Maksudnya minuman itu Ale-ale kan?". Yang lain hanya mampu mendengus malas. Astaga dasar antek-antek stupid.

"Hey What's up Bro! Minuman yang dimaksud itu vodka Man, masa iya si Bos dikasih minum Ale-ale". Kata Jaerot sambil menoyor kepala Victor.

"Hah? Wah parah, udah lama Man kita gak minum begituan. Bukannya kita udah sepakat gak nyentuh vodka lagi?". Sahut Victor mengingatkan.

"Sekali-kali gak apa-apa lah! Gue lagi pingin, penat banget". Kata Jeka sembari menyerahkan beberapa lembar uang pada Victor.

"Gue tunggu di markas". Lanjutnya sebelum berlalu pergi dibonceng oleh Jimi. Hingga tersisalah Victor dan Jaerot yang menatap uang Jeka dengan perasaan bimbang.

"Yakin mau dibeliin vodka? Gue masih takut dosa Man". Kata Victor sok alim, padahal pingin juga.

"Ya udah sih beliin aja. Toh yang bakal minum si Bos, kita tinggal gak ikutan minum kan beres". Sahut Jaerot.

"Bukan gitu Jae, ini masalahnya duit-nya sayang kalau cuma buat beli vodka sebotol doang hehe". Kata Victor sembari memasukkan beberapa lembar uang ke dalam saku celananya, Jaerot cengo melihatnya.

"Mending kita beliin Sprite aja, kita masukin tuh Sprite ke dalam botol vodka". Lanjut Victor memberi usul.

"Lah gimana ceritanya sih? Orang disuruh beli vodka malah dibeliin Sprite. Sakit loe!". Umpat Jaerot sembari melepas rangkulan Victor.

"Dengerin dulu putih! Si Bos kan masih sakit masa udah minum vodka. Gue sih sayang sama Bos, tega loe kalau misal dia kenapa-napa setelah minum vodka?". Jaerot menggeleng dengan polosnya.

"Nah makannya mending dibeliin Sprite aja, yuk buru! Nanti mampir ke rumah Bang Rey bentar minta botol vodka". Victor langsung saja menarik tangan Jaerot, pasrah saja lah. Suka-suka Victor dengan segala ide absurd-nya.

king.jk0197

❤️1,679261637/771likes

Semua kata rindu-mu semakin membuatku tak berdaya, menahan rasa ingin jumpa~

Lihat komentar sebelumnya...

Bapaknya_Yeontan tag tidak ya, tag tidak ya :v @Ririn_imoet yahhh salah tag😫

JimiGans tarak-tak dung~

Ririn_imoet @Bapaknya_Yeontan NGAPAIN NGE-TAG GUE?! DASAR YEONTAN🖕🏻🖕🏻🖕🏻

--Bangsat Boys--

"Ngapain sih tuh cowok anime nge-tag gue difoto-nya Jeka? Jelek gitu fotonya". Omel Ririn. Sementara itu Unaya justru menatap postingan terbaru Jeka tanpa kedip. Ya Tuhan nikmat mana lagi yang engkau dustakan? Bayangkan pemuda setampan Jeka pernah mencium-nya, memeluknya, dan memuja-muja dirinya. Ya meski sekarang udah enggak sih :')

"Ganteng banget tahu Rin". Sahut Unaya tanpa sadar. Ririn menatap Unaya dengan tatapan aneh kemudian merebut ponsel gadis itu begitu saja.

"Gak! Fokus Una, fokus! Ingat loe harus pura-pura gak peduli kalau papasan sama dia!". Sahut Ririn galak. Unaya langsung manyun, gadis itu meletakkan kepalanya diatas meja perpustakaan.

"Mana bisa sih! Lihat fotonya aja gue langsung lemah. Gue kangen banget sama dia Rin". Rengek Unaya dengan suara lirih sudah hampir menangis. Semalam gadis itu susah payah bertarung dengan kata hatinya, ia bahkan menahan diri agar tidak nekat pergi kerumah sakit untuk menemui Jeka. Tadi malam sih berhasil, tapi pagi ini pertahanannya runtuh seketika.

"Gak mau tahu, pokoknya loe harus bisa. Gue awasin! Udah ayo ke kelas, bel tuh". Ujar Ririn sembari menarik tangan Unaya. Unaya mendengus kemudian berjalan mengikuti Ririn dengan langkah gontai.

Sementara itu setelah bel berbunyi, Bangsat Boys baru tiba disekolah bahkan satpam sudah hendak menutup gerbang namun Jeka menabraknya begitu saja. Aura Jeka berbeda, maklum sedang emosi. Alisnya turun dan rahangnya mengeras, pertanda sedang bad mood. Pemuda itu memarkirkan motor Jimi setelah satpam membukakan gerbang. Motor-motor yang menghalangi jalannya langsung ditendang hingga terjatuh.

"Bangsat! Motor siapa sih nih?!". Umpat-nya yang lagi-lagi menendang motor tak berdosa itu hingga jatuh. Yang melihat-pun hanya bisa meneguk ludah susah payah, berharap motor mereka tidak menjadi sasaran kemarahan Jeka.

"Tau nih, ngalangin jalan aja!". Sahut Victor ikut-ikutan menendang motor meski akhirnya meringis kesakitan.

Jeka berjalan dengan angkuh seperti biasanya, melewati lorong sekolah diikuti antek-anteknya. Murid-murid perempuan memekik histeris saat melihat Jeka datang kesekolah setelah tiga hari lamanya absen. Pemuda itu masih sangat tampan meski wajahnya penuh luka, ah justru luka diwajahnya membuat pemuda itu terlihat lebih keren.

Unaya yang tadinya berjalan gontai, begitu melihat Jeka yang berjalan kearahnya mendadak jadi kaku. Mampus lah! Kenapa sih kalau mau ngejauhin seseorang ujung-ujungnya selalu dipertemukan? Jeka juga sempat tertegun namun secepat mungkin mengubah ekspresinya menjadi angkuh kembali.

"Gak usah diliat! Ingat perkataan gue semalam!". Bisik Ririn. Unaya memejamkan matanya rapat-rapat. Oke, ia harus bisa bersikap seolah baik-baik saja didepan Jeka.

Jarak dua meter, Unaya tak sanggup untuk tidak menatap Jeka. Kangen... kangen banget...

Jeka-pun begitu, ingin menatap tapi apa daya ego-nya mengatakan jangan.

Jarak satu meter, Unaya mulai gelisah. Gak bisa! Berat banget rasanya, kepala seolah minta mendongak.

Jeka juga sama, pemuda itu menggaruk tengkuknya merasa gugup namun tetap berusaha terlihat cool.

Hingga pada akhirnya Unaya yang kalah, gadis itu memejamkan mata rapat-rapat sebelum memutuskan untuk menyapa pemuda itu.

"Jeka?". Panggil Unaya. Dan secara reflek Jeka menghentikan langkahnya diikuti antek-anteknya yang lain. Jeka menutup matanya berusaha sekuat tenaga agar tidak luluh, setelah itu ia membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Unaya. Mendadak suasana sunyi senyap, ada beberapa murid yang menonton kejadian itu.

Jeka mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban; mau ngomong apa? Sambil bersedekap dada.

"Maaf semalam gue gak jenguk loe, soalnya...".

"Siapa yang nanya? Loe mau datang apa enggak bukan urusan gue". Potong Jeka dengan sadis. Beberapa murid yang menonton dibuat kaget dengan sikap Jeka pada Unaya. Apa mereka sudah putus?

"Iya sih, maaf gue gak tahu malu banget ya. Udah ditolak masih aja ngejar mulu". Kata Unaya lirih sambil menunduk dalam. Kali ini ia merasa malu, malu sekali dengan tindakan nekatnya. Jeka seolah tak peduli, pemuda itu tak menanggapi Unaya.

"Cabut!". Dan setelahnya Jeka pergi berlalu diikuti antek-anteknya.

"Hiks...". Unaya terduduk lemas di sebuah bangku. Gadis itu kembali merasakan sesak karena perlakuan Jeka padanya. Jeka bersikap demikian tanpa penjelasan, jelas ia dibuat bingung.

"Gue bilang juga apa?! Gak usah batu deh jadi orang...". Omel Ririn kemudian mengambil sticky note dan bolpoint siap menulis sesuatu.

"Apa aja janji yang pernah dia ucapin ke-loe?". Lanjutnya yang membuat Unaya sontak bingung.

"Hah?".

"Jawab aja Unaya?! Janji apa yang pernah dia ucapin ke-loe!". Tanya Ririn sekali lagi dengan jengkel.

"Gak bakal ninggalin gue... hiks... bakal sayang sama gue terus... hiks... gak akan nikah kalau gak sama gue...". Unaya terus menyebutkan janji-janji yang pernah Jeka ucapkan padanya dan Ririn dengan sigap mencatatnya hingga mencapai tiga sticky note. Sungguh luar biasa!

"Hell! Basi juga ya janjinya". Komentar Ririn kemudian pergi begitu saja.

"LOH RIN, RIRIN LOE MAU KEMANA WOY!!". Teriak Unaya yang masih sesenggukan. Gadis itu semakin terisak, Yaelah lagi galau malah ditinggalin.

++

Ririn berjalan dengan penuh amarah menuju kelas Jeka. Gadis itu tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu. Meski ia tahu alasan mengapa Jeka berlaku demikian, namun tak perlu dengan besikap sekasar itu kan? Bahkan tanpa memberikan alasan yang pasti.

Gubrak!!!

Ririn membuka pintu kelas dengan kasar, beruntung guru belum datang. Gadis itu tak peduli ditatap seisi kelas dengan sinis. Mata Ririn hanya menyoroti satu orang, yaitu sosok pemuda yang duduk dibangku pojok paling belakang. Siapa lagi kalau bukan Jeka fucking Nalendra?!

"Maksud loe apa bikin teman gue nangis kayak gitu?!". Desis Ririn sembari menggebrak meja Jeka dengan berani. Jeka menatap Ririn datar, pemuda itu duduk santai dibangkunya. Sementara antek-antek Jeka sudah siap siaga, siapa tahu Ririn hendak melakukan aksi bar-bar.

"Apa urusan loe?! Gak usah ikut campur masalah orang lain bisa?!". Desis Jeka balik. Ririn tertawa sinis dibuatnya.

"Ya jelas urusan gue lah! Una itu sahabat gue! Loe nyakitin dia sama aja nyakitin gue, ngerti?!".

"Ya terus mau loe apa?!". Bentak Jeka dengan emosi. Rahangnya mengeras, matanya melotot. Seisi kelas sudah gemetar ketakutan, tapi Ririn tidak.

"Minta maaf! Jelasin kenapa loe harus jauhin dia! Jangan pakai cara cupu deh Jeka!". Kata Ririn sambil mendorong bahu Jeka dengan telunjuknya.

"Tahu apa loe soal masalah gue?!".

"Gue tahu! Tahu semuanya!". Ririn mendekat kearah Jeka sebelum membisikkan sesuatu.

"Loe ngejauhin Una karena dia saudara tiri loe". Jeka reflek mematung. Pemuda itu menatap Ririn tak percaya.

"Dari mana loe tahu?". Ririn tersenyum remeh.

"Gak penting gue tahu dari mana. Intinya minta maaf sama Una. Dan...". Dengan kurang ajarnya Ririn menempelkan sticky note yang bertuliskan janji-janji Jeka pada Unaya di dahi pemuda itu.

"Ingat janji-janji loe sama Una! Janji doang loe banyakin! Buktiin dong! Cowok jangan cuma omong doang! Awas aja kalau sampai loe nikah sama orang lain, gue obrak-abrik rumah tangga loe!". Omel Ririn untuk yang terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan kelas Jeka. Dan secara reflek antek-antek Jeka bertepuk tangan, mengapresiasi keberanian Ririn yang berhasil membuat Bos mereka K.O hanya dengan kata-kata. Proud of Ririn.

--Bangsat Boys--