webnovel

Bab 13* Terjebak*

Mendengar suara minta tolong, dengan sigap Danes mengalihkan pembicaraan dengan Intan. Hati yang tadinya gelisah, kini seketika menjadi tenang. Sedangkan Intan pun juga sudah mengetahui jika suara itu berasal dari rekaman speaker bluetooth yang sudah dia rancang bersama Randy sebelum mereka berangkat ke rumah Clarissa. Tetapi, semua ide berasal dari Clarissa yang sudah merencanakan pembalasan demi pembalasan untuk suaminya itu. Intan pun segera mengikuti langkah Danes sambil tersenyum kecil. Ketika sampai di teras,Danes berhenti untuk mengamati sumber suara dan setelah dia amati, suara itu berasal dari kamar tamu yang ada di bawah. Dia langsung berpamitan kepada Intan untuk memasuki kamar itu sendirian.

"Intan, kamu tunggu saja di sini ya, aku tidak ingin tubuhmu ada yang terluka. Pokoknya jangan ikut masuk ke dalam. Oke, " ucap Danes dengan perhatiannya.

"Baik Mas,hati-hati ya kamu di dalam, " balas Intan dengan berpura-pura mengucapkan perkataan perhatian agar Danes tidak curiga.

Ketika Danes mulai masuk ke dalam kamar, Intan langsung memberi kode kepada Randy untuk segera mengunci kamar dari luar. Dengan cekatan Randy pun menutup pintu dan menguncinya. Sementara Danes yang masih konsentrasi mencari suara minta tolong di dalam kamar, dia belum sadar jika pintu kamar telah di kunci dari luar. Sedangkan Randy dan Intan saling tertawa di depan pintu. Melihat Intan dan Randy saling bercengkrama, Bi Asih yang bekerja menjadi asisten rumah tangga di rumah Clarissa,pun menghampiri karena merasa curiga.

"Eh Non! Kalian pada saling kenal ya? Saya perhatikan tadi Bapak masuk ke dalam kamar dan kenapa kok di kunci dari luar? " tanya Bi Asih yang penasaran.

"Maaf Bi Asih, Bibi harus mengetahui jika Clarissa belum meninggal. Kalau Bibi tidak percaya, ini aku ada fotonya. Ini semua juga ide dari Clarissa yang meminta kita untuk mengerjai Danes. Perlu Bibi tau, bahwa yang mencelakai Clarissa adalah Danes, suami yang ingin merebut hartanya dan rumah ini, " balas Intan sambil memperlihatkan foto Clarissa pada layar ponselnya.

Bi Asih dengan seksama memperhatikan foto yang ada di ponsel Intan dan dia terkejut jika selama ini telah di bohongi Danes.

"Haduh, kasihan Non Clarissa ya, wajahnya begitu pucat dan masih lengkap dengan peralatan medis, keterlaluan sekali Bapak! " gerutu Bi Asih sambil mengepal kedua tangannya.

Randy yang melihat Bi Asih sudah percaya, dia pun berinisiatif meminta Bi Asih untuk bekerjasama dalam mengawasi gerak-gerik Danes selama di rumah ini. Tanpa pikir panjang, Bi Asih langsung memotong pembicaraan Randy yang masih terus memberi arahan kepadanya.

"Wih, saya mau! Mau! Pokoknya Bibi mau. Apapun nanti yang Non dan Mas arahkan, pasti akan saya lakukan! Ih, aku sangat kesal dengan suaminya Non Clarissa. Tapi, di sisi lain saya kasihan loh, sama Non Clarissa dan Nyonya besar. Mereka sudah lama ingin mendapatkan yang benar-benar serius menikah dengannya namun dari dulu selau di tinggal sebelum pertunangan dengan alasan yang tidak jelas. Eh, taunya dapat lelaki yang mau sampai menikah malah ingin menguasai hartanya saja. Haduh, malang sekali nasipnya Non Clarissa ya, " Bi Asih mengucapkan dengan perkataan yang sedih.

Sedangkan Intan dan Randy saling berpandangan ketika melihat raut wajah Bi Asih yang menunduk. Di tengah-tengah mereka saling diam setelah berbincang, ponsel Randy bergetar. Dia langsung melihat ke layar ponselnya yang ternyata pesan dari Clarissa yang menyuruhnya segera melacak perhiasan yang telah di curi Danes. Karena waktu Danes mencuri perhiasannya, sebenarnya dia tidak tidur beneran tetapi hanya berpura-pura saja. Randy pun pamit kepada Bi Asih bahwa dia akan memasuki kamarnya Clarissa bersama dengan Intan. Namun, Bi Asih yang tergolong orang yang suka penasaran dan rasa sayang kepada Clarissa yang sudah menganggapnya seperti anak kandung sendiri, dia pun ikut melontarkan suara sebelum Intan dan Randy pergi.

"Tunggu! Bibi ikutan dong, pokoknya ikut ya, " sahut Bi Asih yang merengek seperti anak kecil.

Seketika Randy dan Intan saling berpandangan kemudian mengangguk ke arah Bi Asih.

Bi Asih pun segera berlari ke arah Intan dan Randy berdiri. Sementara Danes, yang sedang berada di dalam kamar tamu, terus mencari suara minta tolong yang nyaring di dalam kamar dengan kebingungan. Di dalam hatinya terus berbicara sendiri karena heran ada suara orang namun tidak ada orang sama sekali.

"Halo! Siapakah yang meminta tolong? Tolong katakanlah di mana! Aku akan menolongmu!" teriak Danes yang penasaran. Dia sampai bolak-balik ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar dan juga di dalam lemari pakaian. Namun, dia sama sekali tidak menemukan seseorang yang sedang dalam bahaya. Hingga akhirnya, dia lelah dan duduk di atas ranjang. Ketika dia duduk, dia mengamati sumber suara yang semakin nyaring. Dia berusaha mengamati sambil mengobrak abrik selimut dan bantal. Hingga akhirnya, dia menemukan benda gepeng di bawah bantal dengan nada suara minta tolong. Emosinya seketika memuncak karena merasa telah di permainkan.

"Hah! Siapa yang berani mengerjaiku! Apa, jangan-jangan hantunya Clarissa kali ya? " gumam Danes yang tadi suaranya meninggi hingga terdengar melemah karena takut jika memang Clarissa menjadi hantu.

Karena dia merasa merinding, dia pun segera menuju ke pintu untuk keluar. Namun, dia merasa kaget ketika hendak membuka pintu karena tidak bisa di buka. Seketika wajahnya berubah menjadi panik dan berteriak sekencang-kencangnya untuk meminta pertolongan.

"Intan! Intan! Kamu masih duduk di sana kan? Tolong buka pintunya Intan!" teriakan yang sangat kencang sampai urat lehernya kelihatan, membuat suaranya memantul dari kamar Clarissa. Ketika mendengar teriakan Danes, Intan dan Randy pun gugup jika nantinya ketahuan bahwa dialah yang menjebaknya di dalam kamar. Jantung berdebar pun mulai menyerang Randy. Dengan tangan yang gugup, dia meminta Bi Asih untuk meletakkan kotak perhiasan yang telah di pindah alihkan ke dalam koper milik Danes dengan keadaan kosong karena seluruh perhiasan telah di bawa oleh Randy untuk di serahkan kepada Clarissa.

"Intan, kita nanti harus bicara apa pada Danes? Apa dia akan marah ketika mengetahui jika dirinya terkunci di dalam karena aku? " tanya Randy yang panik.

"Tenang Mas Randy, kita dengarkan kembali teriakan Bapak kan menyebut nama Non Intan, kan? " balas Bi Asih dengan perkataan menenangkan.

Mendengar ucapan Bi Asih, Intan menjadi panik karena takut jika di marahi Danes dan rencananya akan ketahuan bahwa semua ini adalah hasil dari yang mengerjainya.

"Aduh Bi Asih, aku malah jadi ikutan takut. Kan, tadi aku di suruh menunggunya di kursi depan, gimana ini, " sambung Intan yang mulai panik.

Namun, dalam kepanikan mereka berubah menjadi lega tatkala mendengarkan dengan seksama teriakan Randy.

"Intan! Tolong aku! Aku telah di kunci oleh hantunya Clarissa! Ampun Clarissa, maafkan aku. Aku yang telah menyebabkan kecelakaan ini, " teriak Randy yang sangat kencang tanpa dia sadari, dia telah menyebutkan identitasnya sendiri jika dialah pelaku perencanaan penyebab kecelakaan itu.

Mendengar teriakan Danes, Intan berinisiatif ingin merekam semua apa yang telah di lontarkan dari mulut Danes dari balik pintu. Serempak, Randy dan Bi Asih setuju dengan memberi kode mengacungkan jempol mereka. Mereka berjalan ke arah kamar tamu yang mana Danes masih terus saja berteriak sambil mohon maaf kepada Clarissa. Ketika sudah sampai depan pintu, Randy segera menyalakan rekaman pada ponselnya dan menekan rekaman dalam durasi lima belas menit. Ketika di rasa semua sudah cukup, barulah Randy pamit dengan Bi Asih untuk pulang terlebih dahulu agar Danes tidak curiga. Sedangkan Intan, akan tetap berada di rumahnya Clarissa untuk sekedar berbasa-basi menghibur Danes. Dia pun segera membukakan pintu untuk Danes.

"Mas Danes? Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali? Terus kenapa kamu teriak-teriak menyebut nama Clarissa?" rentetan pertanyaan dari Intan yang berhasil membuat jantung Danes merasa gugup.

Mendengar perkataan Intan, Danes pun terdiam dan wajahnya berubah menjadi pucat.

Next chapter