16 Tradisi Mbah Mbah

Alexa Povt

"What Perjodohan!!!" pekik gue kaget sekagetnya.

Gimana nggak kaget coba. Masa dijaman modern kayak gini masih aja tradisi tradisi mbah mbah jaman penjajahan.

Ya kali!!

"Iya perjodohan! Emang apa lagi?" ucap si Manusia Mars santai seolah olah dia tahu kalau bakal ada pesta tradisi mbah mbah.

Gue natap kakak kakak sengklek gue dan mereka nggak ada yang ekspresinya sama kayak gue yaitu syok. Berarti mereka udah tahu dong? Masa gue aja yang nggak tahu.

Kalian jahat.

Kok berasa gue nggak di anggep sama keluarga gue sendiri ya? Masa kayak gini nggak ada yang mau ngasih tahu. Gue dianggep apa coba?

"Kalian jahat!" ucap gue membuat kakak kakak gue bingung.

"Jahat?"

"Jahat kenapa dek?"

"Kalian jahat! Masa gue doang yang nggak tahu! Kau anggap apa aku ini! Hingga kau tega menyimpan ini semua!"

Bodo amat drama, Gue kan emang drama queen, Gue sadar diri kok, tapi tetep bodo amat yang drama queen juga gue sendiri.

"Drama lo dek!" ucap Kevin minta disunat ni anak.

"Yang drama gue ini! Kenapa lo yang sewot!" ucap gue sengit dan kembali menatap kakak gue yang atu.

"Bang?"

"Maksud kita bukan mau bohongin kamu. Tapi cuma buat kejutan.

Lah kejutan apaan guekan juga nggak ulang tahun. Dan apalagi kejutan macam apa kalau kejutannya pesta iya kalau party day lah ini pesta buat tradisi mbah mbah nggak ada wawnya sama sekali.

"Kejutan?"

"Iya kejutan. Apalagi?"

"Ngapain pake dirahasiain, Nggak ada faedahnya sama sekali. Orang juga bukan gue yang dijodohin! Ngapain dirahasiain dari gue." ucap gue sengit.

Tapi tunggu kenapa muka mereka pada datar gitu? Kalau bang Vero mah udah dari sononya datar.

Tapikan buat makhluk korban tikung sama makhluk Mars kan nggak pernah masang muka tembok kayak gini.

Kok gue curiga ya?

"Emang yang dijodohin siapa?"

"Bang Kevin? Nggak mungkin mau, Kan belum bisa move on!" komentar gue dan sukses membuat muka abang tukang bakso itu masam.

Bodo amat, Ora urus.

"Bang Vero? Nggak mungkin abang kan juga belum tua tua amat! Apalagi abang belum bisa move on!"

Bodo amat sama muka asemnya mereka, Udah nggak peduli princess.

"Lo makhluk Mars? Apalagi nggak yakin ada yang mau sama lo, Secara lo kan gila!"

Pletak

"Sakit!!!!!"

Ini beneran sakit sumpah! Kenapa suka banget mukul dahi cetar gue sih, Ini kan perawatannya mahal banget. Terus ntar gue nambah bego gimana?

Bahkan kena pancaran sinar matahari aja nggak bisa, Main dipletak pletak aja.

Kan Alexa nggak bisa tersakiti.

"Apaansih mukul mukul! Kalau mau mukul itu samsak sono! Bukan dahi imut gue! Nggak kuat beli samsak apa? Sini gue beliin! Dasar orang miskin!" ucap gue nggak terima.

Ya siapa yang mau terima kalau hidupnya harus terzolimi seperti ini ya Tuhan, Berikan Alexa duit yang banyak biar tabah!

"Kakak masih bisa beli ya! Asal ngejek aja kamu. Bahkan kalau perlu sepabriknya kakak beli!"

Halah sok tu makhluk Mars, Palingan juga tong kosong bunyi preketek! Nggak percaya gue!

"Sombong lo! Nggak laku baru tahu rasa!"

"Yee gini gini cewek cewek oada ngantri selusin sama gue! Guenya aja yang nggak mau!" halah! Palingan juga disuguhi cewek cuma pake bra sama celana dalam aja lo juga mau!

"Udah udah kalian ini debat mulu! Kapan abisnya!"

"Tahun depan!" ucap gue dan si Ran. Etdah kenapa biss bareng gini! Copas aja itu si makhluk Mars.

"Udah!"

"Ran diem! Dan kamu Alexa! Kamu harus istirahat nanti malem ada pesta. Dan yang dijodohin itu bukan abang , Kevin atau pun Ran!"

Loh kalau bukan mereka siapa dong! Mommy nggak mungkin! Mommy kan cinta mati sama daddy begitu juga sebaliknya. Kan nggak lucu kalau mereka jodohin sendiri sendiri.

"Terus siapa dong?"

Fix gue penasaran pake banget ini. Gimana nggak penasaran kalau yang mau dijodohin itu dari keluarga tercinta gue! Penasaran lah.

Kok perasaan gue nggak enak ya?

"Yang dijodohin itu kamu Alexa Jessie Berlin! Putri bungsu keluarga Berlin!!"

Dan benarkan, Perasaan gue bener. Seharusnya gue nggak usah balik kalau gini.

Tunggu tunggu! Gue mau pingsan dulu! Bye!

Gedubrak

Dan semua gelap.

"Alexa!!"

---------------------------TBC----------------------------

avataravatar
Next chapter