"Oke, ayo bercerai! Apa kamu benar-benar berpikir kalau aku akan terus menyukai pria munafik dan menjijikkan sepertimu ini?!"
"Aku beritahu kamu, meskipun bercerai, tapi aku harus mendapatkan semua properti yang menjadi hakku. Jangan pernah bermimpi untuk mencuri satu sen pun dariku."
"Jika tidak, kita akan bertemu di pengadilan. Saat itu terjadi, ayo kita lihat, siapa yang akan dipermalukan!"
Setelah itu, Du Xiangjun menarik putrinya menuju kamar mereka di lantai satu.
Dulu, Du Xiangjun pikir dengan tetap tinggal bersama keluarga Lu, putrinya akan bisa mendapatkan kembali bagian properti yang menjadi haknya.
Tapi hari ini, Du Xiangjun mulai sadar jika keputusannya bertahun-tahun lalu sudah salah besar.
Dari sikap Lu Bochuan dan Tuan Besar Lu yang sangat membenci putrinya. Bahkan, sang putri tinggal di kediaman Lu seumur hidup, dia tetap tidak akan mendapatkan apapun dari keluarga Lu.
Terlebih lagi, putrinya akan terjebak dalam keluarga Lu seumur hidupnya. Bahkan, menjadi alat tawar-menawar pernikahan yang hanya menguntungkan keluarga Lu.
Du Xiangjun tidak ingin putrinya berakhir seperti itu.
Jadi, dia harus menjauhkan sang putri dari keluarga Lu.
Lu Zijia menyunggingkan seulas senyum melihat punggung Du Xiangjun yang tengah sibuk berkemas.
Awalnya, dia pikir akan sulit membujuk Du Xiangjun untuk meninggalkan kediaman Lu.
Tapi tak disangka, Du Xiangjun sendiri yang melakukannya lebih dulu.
"Nak, maafkan Ibu. Ibu membuatmu kesulitan selama ini."
"Akan tetapi, jangan khawatir. Ibu tidak akan membiarkanmu menderita lagi kedepannya. Tidak ada siapapun yang bisa mengganggumu."
Du Xiangjun mengemasi barang-barangnya dengan cepat. Dia menoleh, melihat senyuman sang putri, tak kuasa membuatnya merasakan kesedihan.
Rasa bersalah yang begitu besar menyelimuti hatinya. Hal tersebut membuatnya tak kuasa mengangkat tangan dan menampar dirinya sendiri.
Namun, Lu Zijia menarik tangannya.
"Ibu, jangan meminta maaf padaku. Keluarga Lu yang jahat, mereka pasti akan mendapat balasan."
"Dan mulai hari ini, aku yang akan melindungi Ibu. Aku tidak akan membiarkan Ibu menderita lagi." Lu Zijia berkata dengan serius. Bola matanya menatap penuh ketegasan.
Mungkin dia telah sepenuhnya mewarisi seluruh ingatan pemilik asli tubuh ini. Selain itu, Du Xiangjun memanglah seorang ibu yang baik dan tidak egois. Lu Zijia memiliki kesan yang baik padanya
Dia diam-diam membuat keputusan bahwa dia akan berbakti dan memperlakukan Du Xiangjun selayaknya ibu kandungnya sendiri.
Saat ini, Du Xiangjun menyadari jika putrinya terlihat sedikit berbeda hari ini.
Dia tidak lagi lemah, sebaliknya, dia justru terlihat misterius dan sulit ditebak.
Du Xiangjun tidak terlalu memikirkan perubahan sang putri. Dia kira, apa yang terjadi tadi malam telah menyebabkan perubahan putrinya.
Memikirkan hal ini, membuat kebencian Du Xiangjun pada gundik itu semakin dalam.
Dia yakin pasti gundik tak tahu malu itulah yang menjadi penyebab ketidak pulangan putrinya tadi malam.
Dan Lu Bochuan, si munafik itu pasti juga tahu. Pria itu mungkin bersekongkol dengan gundiknya untuk menjebak sang putri!
"Oke, oke. Ibu percaya pada Jiajia. Ibu Percaya Jiajia pasti bisa melakukannya."
Du Xiangjun mengangguk senang dengan mata merahnya.
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, putrinya mengucapkan kata-kata yang begitu baik padanya. Hal tersebut membuatnya ingin menangis bahagia.
Mereka tidak punya banyak barang bawaan. Jadi, mereka berkemas dengan cepat.
Saat melewati ruang tamu, Du Xiangjun dengan tegas berjalan keluar kediaman Lu dengan punggung tegap.
Anehnya, meskipun ekspresi Lu Bochuan dan Tuan Besar Lu tidak enak dipandang, tapi keduanya tidak menghentikan mereka.
Meskipun Lu Zijia tidak tahu kenapa mereka membiarkan dia dan Du Xiangjun pergi begitu saja.
Akan tetapi dia bisa menebak jika mereka pasti punya rencana lain.
"Bu, tunggu."
Saat melewati air mancur di taman depan, Lu Zijia tiba-tiba menghentikan Du Xiangjun.
Di bawah tatapan Du Xiangjun, Lu Zijia berjongkok dan berpura-pura merapikan sepatunya.
Faktanya, Lu Zijia tengah melepas kalung kayu yang melingkar di lehernya. Dia diam-diam melemparkannya ke celah dasar kolam.
"Jiajia, kamu….?" Du Xiangjun bertanya dengan bingung melihat apa yang dilakukan sang putri.
Lu Bochuan memberikan kalung kayu ini saat putrinya berusia satu tahun. Selama ini, kalung kayu ini sangat berharga bagi sang putri. Akan tetapi, kenapa sekarang justru membuangnya?"
"Bukan apa-apa. Aku hanya mengembalikannya pada keluarga Lu." Lu Zijia berkata dengan santai. Seolah-olah dia memang hanya mengembalikan benda itu pada keluarga Lu.