Letter sign besar bertuliskan "LakuLaku" terpampang di puncak gedung 30 lantai di bilangan jl. sudirman, Jakarta. Perusahaan e-commerce yang baru saja memboyong predikat unicorn ini terkenal sebagai kantor impian para budak korporasi. Fresh graduate, profesional muda, hingga ekspatriat berlomba lomba mengirim CV terbaik mereka agar bisa menjadi bagian dari perusahaan yg diisi para anak muda profesional pencari nafkah di ibukota ini.
Tahun ini tahun ke 3 Rendra bergabung di perusahaan startup ini sebagai digital marketing manager. Dari awal karirnya sebagai marketing staff, dia langsung kerasan dengan lingkungan kerjanya yang cukup fleksibel sehingga dia bisa meluangkan waktu untuk menggeluti hobi menggambar komiknya yang di display dalam sebuah akun Instagram ber followers 50rb++, lumayan lah.
Rendra langsung menuju lift untuk mencapai ruangannya yang ada di lantai 25 setelah melalui perjuangan panjang mencari parkir kosong , hal yang harus dihadapi tiap karyawan yang datang kesiangan. Rambut coklat gelap yang tertata rapih, wajah manis berkulit putih dihiasi mata ramah yang memikat dengan badan tegap hasil gym seminggu 3x yang dilengkapi gaya casual khas pekerja kantoran Jakarta Selatan, cowok ini memang selalu menarik kaum hawa, juga beberapa Adam, untuk sekedar melirik atau bahkan terang-terangan memandangi dia untuk mengagumi sambil bertanya dalam hati:
Duh udah punya pacar blom ya?
Tapi untuk para teman dan koleganya, pertanyaan itu mengalami sedikit revisi:
Kok bisa ni orang belom punya pacar?
Kejombloan Rendra memang selalu jadi trending topic dilingkungan pergaulannya. Tidak sedikit wanita yang terang-terangan menunjukkan gestur "eh gw suka sama lo nih, notice gw dong" tapi berakhir di status "cuma temen aja" di tangan pria satu ini.
Terlalu cuek atau emang ga peka sih dia?
Rendra sedang menyapa beberapa temannya yang sama-sama sedang menunggu lift yang akan mengangkut mereka ke lantai masing-masing sebelum suara notifikasi chat message di HPnya menghentikan obrolan mereka.
Ayas
Entah kenapa, tanpa dia sendiri sadari, senyum kecil terbentuk dibibirnya ketika membaca nama itu.
Ayas: mas ren, ganggu ga?
Rendra: ga kok yas, baru aja sampe kantor nih
Ayas: baguslah klo ganggung, gw pikir lo lagi nyetir.
Ayas: *ga ganggu
Rendra tertawa kecil
Rendra: kenapa yas? Tumben lo chat gw pagi2
Ayas: Mo nanya, nanti lo dateng ke meeting illlustation ga?
Illustation adalah komunitas komik tempat dua anak ini bergabung. Sejak awal namanya selalu jadi bahan ejekan mereka, abisnya norak.
Rendra: Jam 7 kan ya janjiannya? Dateng sih gw kayaknya, kebetulan gw sore ini ada meeting diluar, jadi bisa langsung jalan abis itu
Ayas: oh gitu ya, ya udah deh kalo gitu...
Rendra: kenapa emang yas?
Ayas: gpp sih, gw pikir tadinya lo berangkat dari kantor, gw mau nebeng, soalnya hari ini gw kuliah sampe jam 5.
Ayas: Tapi kalo lo keluar dulu takutnya jadi muter2, jadi gw naik ojek aja
Jalan menuju coffee shop tempat meeting illustation memang searah dengan kampus Ayas.
Rendra: ga usah naik ojek yas, nanti gw jemput aja ya, kebetulan tempat meeting nya jg masih sekitaran kantor kok
Ayas: serius ga usah mas ren kalo repot, santai kok gw
Rendra: jam 1/2 6 gw tunggu di kantin kampus lo
Ayas: ih maksa
Rendra: deal?
Ayas: ya oklah kalo gitu, nanti gw traktir afogato sebagai balas budi
Rendra: invoice kemaren udah cair?
Ayas: hehehe 👌👌
Rendra: + nasi goreng kambing kalo gitu
Ayas: paling tega lo emang
Rendra: 😗🎶🎶
sorakan kegembiraan kecil para karyawan kesiangan ini pun mulai terdengar menyambut lift yang sudah dinanti nanti. Semua orang berebut masuk kedalam. Dengan terpaksa, Rendra menghentikan obrolannya degan Ayas dan memasukan HPnya kedalam kantong sambil berusaha untuk masuk kedalam lift yang sudah penuh sesak.
"Yah setidaknya hari ini akan ditutup dengan menyenangkan" pikirnya
Lantai 25 LakuLaku building seperti biasa dipenuhi para penghuni divisi marketing yang sibuk hilir mudik.
"Lo boleh kerja dimana aja di setiap sudut kantor, asal kerjaan beres, target achieved & deadline ga meleset" kata CEO mereka yang dijadikan ideologi bekerja di perusahaan ini.
Makanya ga heran kalau banyak bean bag, sofa, ataupun ruangan kecil yang disediakan untuk para karyawan untuk bekerja selain meja mereka. Salah satu tempat favorit ada di meja bulat dibawah pohon plastik besar yang di letakkan di tengah ruangan bernuansa putih biru. Banyak karyawan yang duduk disana untuk bekerja, sekadar nongkrong dan nogobrol ataupun makan siang bareng untuk para pembawa bekal.
"Ren...Rendra" panggil seorang pria berambut preppy dari sana.
Rendra yang masih asik membalas chat Ayas, setelah agak tertunda karena langsung dihadang untuk kenalan dengan anak baru sesaat setelah keluar dari lift, acuh mendengar panggilan itu.
"WOI LADY KILLER!!" Teriak pria itu yang disambut riuh sorakan dan tawa dari seisi ruangan.
"Anjrit, apaan sih lo mad?" Kata Rendra yang mukanya memerah dan salah tingkah ketika Ahmad memghampiri dia.
Cowok satu ini memang paling gampang salah tingkah. Dibalik pembawaanya yang supel dan agak pendiam, dia adalah sosok pria yang gampang malu kalau tiba-tiba jadi pusat perhatian. Mukanya bisa merah padam kalau sudah berhadapan dengan sesuatu yang bikin dia degdeg-an.
"Ya lo kan emamg lady killer, coba lo hitung berapa banyak cw yg udah lo tolak selama ini?" Ahmad mengikuti rendra jalan ke ruangannya.
"Gw ga pernah nolak, mereka aja ga nembak, apa yg mau gw tolak?" Rendra mengambil buku notesnya di meja danlangsung berjalan menuju ruang meeting setelah meletakkan tas nya di atas meja.
"Ah itu mah lo nya aja ga peka, kode mereka udah keras banget gitu"
"Hmm.."
"Lo tuh ga boleh gitu ren, sayang muka lo ga dimanfaatkan"
"Hmm..."
"Sebagai teman, gw tuh..."
"....."
"...."
".."
"Chat sama pacar Ren?" Celetuk Ahmad ketika sadar bahwa sedari tadi omongannya tidak di gubris Rendra yang ternyata sedang asik mengetik di HPnya.
"Hah? Bukan...bukan" mukanya kembali memerah
"Hmmmm...kok panik bgt kayaknya?" Ahmad melihat atasannya dengan senyum mengejek
"Siapa sih emang?" Dengan gerakan tiba-tiba Ahmad mengintip layar HPnya
"Woi kepo!!" Rendra berusaha menutup layar HPnya, sebuah usaha yang terlambat.
"Ayas? Siapa tuh ren? Kok cantik PP*nya?"
*Profile picture
"temen gw di komunitas komik"
"ayas yang itu? komikus yang followersnya hampir sejuta itu??"
Rendra tertegun, ternyata Ayas seterkenal itu sampai orang seperti Ahmad yang baca komik kadang-kadang doang ini sampai tau
"lo tau?"
"Tau lah, gw follow IGnya, gambarnya jago banget trus anaknya juga cantik gitu. Kenalin ke gw dong Ren"
"Ga bakalan, ga tega gw ngenalin dia ke lo"
"Ngomong-ngomong dia umurnya berapa sih Ren?"
"21"
Ahmad menepuk pundak Rendra
"Ren gw pikir selama ini lo ga punya pacar karena lo ga suka cw...ternyata lo pedo ya..."
"Anjrit ga gitu lah! lagian gw sama Ayas cuma temen doang" muka Rendra terlihat agak kesal. Tuduhan ga suka perempuan aja udah bikin dia sebal, tambah lagi nih label baru.
"Lagi ngapain sih lo ngikutin gw terus?" Tanya Rendra dengan ketus
"Lo mau monday meeting kan?"
"Iya"
"mau bahas campaign di sosmed kan?"
"iya"
"anak content sosmed lo siapa?"
"lo"
"nah ya udah"
"oh ya juga"
Dan mereka pun masuk ke ruangan meeting.