webnovel

Part 40 : Game

Sepuluh menit telah berlalu. Singkat, tapi itu detik-detik yang sangat tidak nyaman bagi Advan. Cowok berhidung mancung, mancung ke dalam itu harus bertahan dengan guyuran air terjun yang super dingin. Alhasil dia menggigil terkena hipotermia. Setelah waktu uji nyalinya habis, lelaki bertubuh tambun yang gagal langsing ini langsung mengeringkan diri dengan handuk. Kemudian dia membungkus tubuhnya dengan baju berlapis-lapis. Seolah tak cukup mengusir rasa dingin, dia juga menyelubungi sekujur tubuhnya dengan kain selimut yang tebal.

''Hahaha ...'' Aku, Oppo dan Evcoss jadi terbahak-bahak melihat penampilan Advan yang sudah persis orang Eskimo.

Next, permainan pun dilanjutkan kembali, setelah Advan duduk bersila di tempatnya. Kini giliran dia yang memutar botolnya. Kami kembali menarik napas. Berharap-harap cemas. Seperti menunggu pengumuman kenaikan kelas. Degdegan. Jantung berdegup semakin keras. Saat perputaran botol tersebut semakin melambat jelas. Dan akhirnya berhenti ketika tutup botolnya menunjuk wajah memelas ... _Evcoss.

''Anjriiit!'' pekik Evcoss seperti mendapatkan kejutan yang mematikan. Tangannya refleks memegangi kepalanya. Seolah ia lagi tertekan hebat.

''Hahaha ...'' Aku dan yang lainnya hanya tertawa ngakak.

''Evcoss ... Dare or Truth?'' tanya Advan tak sabar.

''Hehehe ...'' Evcoss nyengir. ''Gue tidak mau nyebur ke kolam atau melakukan hal gila yang akan kalian perintahkan pada gue, jadi gue pilih ... Truth aja!'' ungkapnya.

''Ah, cemen lo, Coss!'' tadah Advan sedikit kesal sembari menjitak kepala Evcoss.

''Hihihi ...'' Evcoss hanya meringis seperti iblis.

''Oke, yang ngasih pertanyaan siapa, nih?'' tanya Advan.

''Lo dong, Van! 'Kan tadi lo yang muter botolnya,'' jawab Oppo.

''Oh ... gitu, oke ... gue mau tanya apa ya, sama cecenguk busuk ini?'' ucap Advan sambil melirik tajam ke arah Evcoss.

''Sue!'' timpal Evcoss sembari meninju dada Advan. Mereka jadi saling memukul. Lucu.

''Hehehe ...'' Aku dan Oppo terkekeh.

''Mmm ...'' Advan mengkerutkan keningnya. Sedang berpikir keras.

''Awas jangan tanya macem-macem lo!'' pekik Evcoss mengancam.

''Hehehe ...'' Advan terkekeh, ''kapan pertama kali lo ngocok kontol, Coss?'' lanjutnya melempar pertanyaan.

Dan pertanyaannya itu benar-benar membuat kami tercengang, terutama si Evcoss. Mukanya seketika itu memerah seperti kepiting bakar.

''What The Fuck! Pertanyaan cabul!'' ungkap Evcoss menggerutu.

''Udah, buruan jawab dengan jujur, sejujur-jujurnya!''

Evcoss memasang wajah ngenes. Aku tersenyum, Oppo tersenyum dan Advan mantuk-mantuk tak sabar menunggu jawaban dari mulut Evcoss.

''Gue ... pertama ngocok, tuh ... kapan ya, gue lupa! Hahaha ...''

''Kampret! Perkirakan aja, Dodol!'' timpal Advan sembari menjitak kepala Evcoss.

''Kalau gak salah sih, waktu kelas satu SMP ... waktu itu gue ngocok di kamar mandi pakai sabun colek ... gak tahan soalnya gue habis ngintip tetangga gue lagi ngewe ...''

''Hahaha ...'' Tawa kami pun pecah berantakan mendengar pengakuan kocak Si Evcoss.

''Anjay ... pakai sabun colek, emang gak ada sabun yang lain apa? Hahaha ...'' komen Oppo.

''Ga ada ... waktu itu juga buru-buru, takut ketahuan ... hahaha ...''

''Gila ya, lo, Coss ... nyoli pakai sabun colek. Emang lo mau nge-loundry!'' cetus Advan yang langsung bikin grrr. Kami makin terbahak-bahak. Ngakak tak tertahan.

''Eh .. Evcoss ... kelas satu SMP itu 'kan masih piyek* banget, emang waktu lo ngocok bisa sampai nge-croot gitu?'' tanyaku. (*piyek = anakan burung dara/merpati).

''Hahaha ...'' Kami tertawa lagi.

''Nge-croot tapi masih bening ... belum ada putih-putihnya seperti sekarang, hehehe...''

''Oh, percum doang, ya?''

''Mungkin ... hehehe ...''

''Hahaha ...'' Kami ngakak lagi.

''Terus kapan terakhir lo ngocok, Coss?'' tanya Oppo.

''Tadi pagi gue ngocok ampe dua kali croot sambil nonton bokep.''

''Busyet ... emang seberapa sering lo ngocok, Coss?''

''Sehari kadang 2-3 kali croot ... wkwkwkw ...''

''Anjayy ... udah kayak minum obat aja, lo,'' timpal Advan kaget.

''Hehehe ...'' Evcoss nyengir kuda. Sok polos. Sok tak berdosa.

''Jangan kebanyakan coli, lo, Coss ...''

''Emang kenapa?''

''Dengkul lo ntar keropos ...''

''Hahaha ...'' Lagi-lagi kami ngakak, tak peduli dengan perhatian orang di sekitar. Tempat ini seolah milik kami berempat. Yang lain kami menganggapnya sebagai figuran saja.

''Udah dong, jangan tanya gue terus ... kita lanjut lagi, yuk game-nya!''

''Oke!'' sahut Aku, Oppo, dan Advan serempak.

Kami kembali duduk melingkar. Melanjutkan permainan nan seru ini. Evcoss bersiap-siap untuk memutar botolnya. Dan saat itu pula kami dilanda rasa dagdigdug seperti sedang melakukan sport jantung. Ser-seran. Cemas, takut, menyenangkan, menggelikan, pokoknya campur aduk jadi satu seperti gado-gado.

Botol pun berputar. Namun sayang saat berhenti tutup botolnya menghadap ke arah Advan. Karena Advan sudah pernah mendapatkan hukuman, maka perputaran botol terpaksa diulangi lagi hingga tutup botol itu akhirnya stuck di depan ... Oppo. __Alhamdulillah, aku tidak kena. Hehehe ...

''Dare or Truth?'' Evcoss langsung menodongkan pertanyaan.

Mata Oppo berputar, melirik ke arah kami bertiga sebelum ia membuka mulutnya,''karena gue laki gue lebih suka tantangan. Hahaha ...'' ucap Oppo bangga. Merasa dirinya gentle.

''Nah, gitu dong, Bro!'' timpal Advan sambil memberikan salam tos pada Oppo.

''Well ... lo merasa laki, ya ... Po?'' ungkap Evcoss gemas.

''Hehehe ...'' Oppo meringis.

''Oke, gue yang akan ngasih tantangan buat lo ...''

''Silakan!''

Evcoss menganggukan kepalanya. Matanya menatap tajam ke arah Oppo, lalu berganti ke arahku. Entah, apa yang ada di otaknya untuk mengeluarkan ide tantangan buat Oppo.

''Gue lihat lo dan Vivo akrab banget ya, kayak biji peler ... berduaan mulu ... jadi gue pengen ngasih tantangan buat lo, Po ... berani gak lo cium bibir Vivo selama satu menit saja, hahaha ...''

''Hah???'' Aku dan Oppo serempak kaget.

''Gila lo, Ndro ... masa' tantangannya gitu?'' Protes Oppo menolak. Aku cuma diam tercengang.

''Hahaha ...'' Advan dan Evcoss ngakak. Bahagia.

''Evcoss ... kenapa gak ngasih tantangan yang lain aja, sih?'' cetusku rada kesal.

''Gak bisa tantangan is tantangan ... harus dilaksanakan. Tidak bisa diganngu gugat,'' tukas Evcoss kekeuh.

Suasana mendadak jadi hening. Tegang. Setiap pasang mata saling melirik tapi tak ada yang bersuara.

''Baiklah ... gue terima tantangan ini,'' celetuk Oppo lugas. Bringas. Tegas. Dan itu membuat teman-teman jadi tersenyum geli. Kecuali aku yang ternganga. Tak percaya kalau Oppo bakal nekat menerima tantangan yang menurutku __terlalu konyol.

"Cium ... Cium ... Cium!"

"Cium ... Cium!"

"Cium!" sorak Advan dan Evcoss semangat.

Aku jadi celingukan. Bingung. Malu. Gemas. Gregetan.

''Vivo ...'' Tanpa basa-basi Oppo menarik tengkukku, lalu dengan cepat ia menempelkan bibirnya di atas bibirku. Oppo benar-benar menciumku. Mengecupku. Melumatku.

''Hahaha ...'' Evcoss dan Advan tertawa menyaksikan aksi gila Oppo mengulum bibirku. Sementara aku termangu dan langsung mematung. Tubuhku seolah tertotok hingga tak dapat bergerak. Dalam diam aku merasakan lumatan bibir Oppo yang cukup hangat, lembut dan nikmat. Oppo memang cukup mahir dalam mempratikan adegan frontal seperti ini. Tak heran bila ia tak canggung mengulum bibirku. Karena sebelumnya aku pernah melihat ia melakukan hal yang sama seperti ini dengan Motorola __salah satu ceweknya.

Saat Oppo memainkan lidahnya di bibirku, aku malah mengingat kejadian serupa saat Bang Sam menciumku. Tiba-tiba saja wajah tampan Bang Sam melintas di benakku. Dan itu membuatku tersentak dan tersadar. Kemudian dengan sekuat tenaga aku melepas ciuman Oppo dan mendorong tubuhnya jauh-jauh.

''Dasar kalian semua, EDAN!'' gertakku sembari bangkit dari tempat dudukku dan segera berlari meninggalkan teman-temanku.

''Vivo!'' seru teman-teman menahan langkahku. Namun aku tidak menggubris mereka. Aku terus berlari menuju ke arah hutan yang gelap gulita.