17 Bag 17 Menjemput Lori

Vila milik keluarga Calvin telah hening tanpa suara karena seluruh penghuni sudah tertidur pulas. Jam waktu seperti inilah yang ditunggu Anxia untuk menyusup kedalam vila ini.

Beberapa jam yang lalu dia telah meminta bantuan kenalannya di Jerman ini untuk menyuap salah satu pegawai yang mengurus di vila ini. Dia telah mendapatkan informasi ada dua orang pria dewasa serta dua wanita bersama putrinya menghuni di tempat ini.

Dia juga sudah menghapal blueprint vila ini melalui kemampuannya meretas computer pemilik rumah ini. Karena vila ini hanyalah bangunan biasa dan tidak begitu penting bagi pemiliknya, cyber sekuriti rumah ini tidak begitu kuat sehingga Anxia bisa meretas kamera cctv ini dengan mudah.

Dia mempelajari pergerakan sekuriti serta pengawal pribadi milik keluarga Alvianc lalu meretas beberapa kamera untuk dibekukan selama beberapa menit agar sosoknya tidak tertangkap di kamera.

Begitu mengetahui belokan menuju ke kamar tidur putrinya, Anxia bergerak dan melompat dengan memijak beberapa benda tinggi hingga tangannya menggapai ke lantai dua. Dengan bantuan otot tangannya, Anxia berhasil mengangkat tubuhnya dan melompat tiang serta mendaratkan kakinya di lantai dua tanpa suara.

Kemudian dia bergerak menuju ke sebuah jendela, lalu mengambil peralatannya untuk melubangi kaca jendela tersebut. Dengan lubang itu, dia memasukkan tangannya dan membuka kunci jendela agar dia bisa masuk kedalam vila melalui jendela tersebut.

Setelah itu dia bergerak hati-hati dan menajamkan indera pendengarannya. Begitu yakin tidak ada siapa-siapa, Anxia keluar dan langsung bergerak menuju kamar putrinya. Anxia membuka pintu dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara lalu segera masuk kedalam.

Dia kembali menutup pintu dengan kehati-hatian yang sama kemudian segera berbalik mencari putrinya di atas ranjang.

Lampu kamar tidak dinyalakan, namun ada penerangan dari lampu hias yang kecil di sudut ruangan sehingga ruangan kamar tidak begitu gelap.

Anxia berjalan cepat ke arah ranjang untuk menemukan putrinya tapi ternyata tidak ada siapa-siapa diatas ranjang tersebut.

"Lori?" panggil Anxia dengan suara pelan seperti berbisik. "Lori." panggilnya sekali lagi dengan agak sedikit mengeraskan suaranya. "Loreine Summer Richie, keluar sekarang juga atau aku tidak akan tidur bersamamu lagi."

Klik! Tiba-tiba lampu kamar menyala dan sebuah suara familiar terdengar dari arah belakangnya.

"Jika aku keluar, apakah kau akan tidur bersamaku lagi?"

Anxia terkesiap sama sekali tidak menyangka akan mendengar suara berat yang pernah membawanya ke kenikmatan tiada tara di malam panas yang selalu berusaha dia lupakan itu.

Anxia berbalik dan melihat pria itu ada disana. Pria yang pernah dijebaknya dan mengambil bunga keperawanannya. Anxia sama sekali tidak menduga bahwa kedatangannya ternyata sudah dinantikan oleh pria itu.

Sementara Anxia masih terpaku dalam keterkejutannya, Richard memandang Anxia dari atas kepala hingga ke ujung kaki.

Wanita itu bukanlah gadis yang sama seperti yang diingatnya. Penampilan gadis itu berubah total dari kepala hingga kaki. Rambutnya sudah tidak hitam lagi, melainkan bewarna merah gelap mengingatkannya akan rambut adik sepupunya. Sementara pakaian gadis itu bukanlah gaun merah yang seksi serta menggoda iman tiap pria yang melihatnya, tapi pakaian ketat layaknya seorang asasin yang tengah menjalankan tugasnya.

Penampilan wanita itu memang banyak berubah, tapi wanita itu tetap terlihat seksi dimatanya. Tidak. Bahkan yang ini jauh lebih seksi?

Richard sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah dua gundukan besar yang dimiliki Anxia. Tampaknya ukurannya lebih besar dari yang diingatnya?

Anxia merasa penasaran akan apa yang dipandang pria itu dan mengikuti arah tatapan pria itu dan langsung seketika wajahnya memerah. Bukan karena malu tapi karena marah.

Dengan gerakan cepat, Anxia menyerang Richard menggunakan kedua tangannya. Dia meninju wajah, perut dan bagian tubuh lainnya, namun berhasil ditangkis oleh Richard.

Anxia sudah menduga Richard bukanlah usahawan biasa seperti orang kaya pada umumnya, tapi dia sama sekali tidak menyangka pria itu bisa mengimbangi kemampuannya??

Setelah beberapa usaha dilakukannya gagal, Anxia mengangkat sebelah kakinya dan langsung mengambil pisau didalam sepatu bootnya. Detik berikutnya Anxia kembali menyerang Richard dengan suara 'swoosh' akibat kecepatan pisau yang dilayangkannya.

Sepasang mata Richard berkilat penuh antusias melihat kemampuan Anxia yang begitu lihai dalam menyerangnya. Benar-benar seorang asasin yang telah terlatih.

Sayangnya, tidak peduli apakah Anxia merupakan asasin terlatih atau bukan, lawan Anxia kali ini adalah Richard sekaligus Cerberus, sang guardian angel. Dia sangat ahli dalam menghadapi serangan asasin seperti Anxia dan bisa menempis semua serangannya dengan mudah.

Hanya saja Richard ingin bermain-main dan membiarkan gadis itu mengira dia kewalahan menghadapinya.

Anxia yang terlalu panik dan ingin segera bertemu dengan putrinya sama sekali tidak menyadari permainan yang diciptakan Richard. Mengira dia berhasil menyudutkan lawannya, Anxia menjadi lengah dan langsung meluncurkan serangan terakhirnya.

Tanpa terduga, Richard langsung memukul ujung pisau dalam genggamannya mengakibatkan pisau tersebut terpental dari tangannya dan menancap ke lemari kayu. Lalu dengan gerakan cepat, Richard memutar sebelah tangan Anxia ke belakang punggungnya untuk menahan pergerakannya.

Tidak mau menyerah, Anxia menggerakkan tangannya yang bebas untuk memukul ke belakang tapi ditahan oleh Richard dan mengarahkannya menempel ke depan bahunya.

Kini keduanya malah tampak seperti sedang melakukan 'back hug' dengan tangan kanan Richard menahan tangan kanan Anxia melingkar didepan bahunya sementara dia menghimpit tangan kiri wanita itu dengan kedua tubuh mereka dengan tangan kirinya melingkar ke pinggang Anxia untuk merapatkan kedua tubuh mereka.

"Kau masih sama bersemangatnya dengan yang kuingat. Aromamu juga masih sama enaknya."

Anxia bergidik ngeri saat merasakan pria dibelakangnya mengendus lehernya, tapi anehnya dia malah mengeluarkan desahan nikmat? Apa-apaan ini?

"Hm? Tubuhmu masih mengingat sentuhanku?"

Anxia merasa jengkel luar biasa lalu menarik kepalanya kedepan untuk mendorong kepalanya kebelakang sekuat tenaga untuk memukul kepala pria itu.

"Ugh!" Richard mengerang dan tanpa sadar melonggarkan pelukannya memberi kesempatan bagi Anxia untuk menyerang balik.

Malang bagi Anxia karena Richard pulih dengan cepat dan segera menangkis semua serangannya untuk kesekian kalinya. Anxia kembali bisa berpikir jernih dan tidak membiarkan Richard membuatnya jatuh ke permainannya untuk kedua kalinya.

Anxia berjalan menjauh tanpa memberi pukulan lagi sadar apapun yang dilakukannya, Richard pasti bisa menempisnya dengan mudah.

Otaknya yang cerdas mulai kembali berfungsi dan menganalisa situasinya saat ini.

Menilai pria ini telah menunggu kedatangannya kemari, itu berarti, Lori tidak ada di kamar ini. Malahan mungkin, Lori sudah dipindahkan ke tempat lain?

Sadar dia tidak berada di situasi yang menguntungkan, Anxia memutuskan untuk mundur. Dia langsung berlari ke arah pintu balkon untuk melarikan diri, tapi apa yang dialaminya membuatnya terkejut.

Begitu pintu terbuka, ada beberapa pagar besi muncul menutupi seluruh pintu balkon mencegahnya untuk keluar.

Apa-apaan ini? Bagaimana bisa ada pagar besi di pintu balkon biasa?

Tidak mau menyerah juga, Anxia mencoba berlari dan keluar dari kamar ini yang ternyata terkunci rapat.

Sejak kapan pintu ini terkunci?!

Anxia menoleh ke arah Richard dengan penuh amarah sementara pria itu malah tersenyum geli seolah sedang melihat acara komedi yang konyol.

"APA YANG KAU LAKUKAN!?"

avataravatar
Next chapter