webnovel

Athanasia dan Pangeran Jayden

Novel ini bercerita mengenai Athanasia yang melakukan perjalanan ke timur untuk mendapatkan pengetahuan mengenai dunia pengobatan seperti petunjuk ibunya, namun ia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa. Sampai suatu saat ia bertemu dengan pangeran Jayden yang memiliki pengetahuan tentang ilmu pengobatan, saat ia sampai di kerajaan tetangga dengan bantuan dari budak yang ia selamatkan. Ia juga mengalami situasi yang sulit sehingga terpisah dari pelayannya Emely. Kebetulan pangeran Jayden sedang mencari obat untuk menyembuhkan sakit ibunya, sehingga Athanasia memiliki kesempatan untuk melakukan eksperimen bersama pangeran Jayden. Penelitian mereka tidaklah mudah, sebab saat itu pengembangan ilmu kedokteran masih terkebelakang. Namun tanpa sengaja mereka mendapatkan sebuah buku yang berisi segala macam penelitian yang pernah dilakukan ahli alchemist yang terdahulu. Happy reading... *** Terimakasih karena telah meluangkan waktu teman-teman untuk membaca karya novel saya... Salam hangat, Pom_Pong

Pom_Pong · Fantasy
Not enough ratings
130 Chs

Pernyataan Athanasia

Tangan Athanasia tidak segan-segan untuk melempari Bao Yu dengan sebuah belati kecil, yang tersisib pada sakunya.

Walaupun tidak menimbulkan luka yang dalam, Akan tetapi belati itu mampu menggores pipi Bao Yu dan tertancap pada bongkahan batu yang ada di dalam gua tersebut.

Kejutan yang tak terkatakan, membuat Bao Yu tahu bahwa Athanasia tidaklah mudah untuk dikalahkan dalam hal suatu tekad. Pikirannya sekeras batu, entah apa yang bisa meluluhkan Athanasia.

Matanya tajam dalam keheningan, bertengkar dengan Athanasia hanya akan menguras tenaga lebih.

"Aku akan tetap pergi!" Cecar Athanasia tanpa merasa bersalah telah menyakiti Bao Yu, hanya untuk memperingatkan diri Bao Yu bahwa dia hanya boleh diam.

"Apa kau mencari buku itu untuk menyembuhkan ku?" Tanya Bao Yu sedikit berhati-hati, namun pandangan masih tertuju kepada Athanasia tanpa rasa ragu.

"Ck..." Athanasia mendecak lidahnya. "Jangan sok tahu. Mari kita berpisah di tempat ini dan anggaplah bahwa kita tidak saling kenal satu sama lain!" Athanasia membuat pernyataan yang aneh untuk di dengar.

'Bagaimana mungkin... Dia baru saja berkata akan mengakhiri hubungan kami, saat kemarin dia memelukku dengan hangat?' Pikir Bao Yu telah habis akal.

"Jangan berpikir berlebihan. Aku menghargai bantuan mu selama 10 tahun terakhir, tapi hanya sebatas itu saja. Sekarang tujuanku telah di depan mata, aku tidak lagi membutuhkan dirimu yang berjalan dengan pincang! Kau hanya akan menghalangi jalanku saja, jika kau mengikuti ku..." Tuturan Athanasia masuk dan menusuk jantung Bao Yu, lebih sakit dari goresan belati yang ia lemparkan. Bahkan matanya tak bergetar, menunjukkan betapa seriusnya Athanasia mengucapkan kalimat itu seperti air yang mengalir.

Bao Yu membatu, ia tidak bisa menggerakkan kakinya menuju ke arah Athanasia. Apalagi untuk menahan Athanasia tetap bersamanya.

"Aku paham sekarang. Lakukan saja apa mau mu!" Sahut Bao Yu dengan tatapan yang menantang.

"!" Athanasia membeliak, ia tahu bahwa ia tidak mungkin mendapatkan respon positif dari Bao Yu, ketika dia mengungkit soal keadaan kakinya. Dengan tidak tahu malunya seakan tidak mengetahui dari mana asal kaki Bao Yu yang menjadi pincang itu, Athanasia menyindirnya.

Bao Yu mengumpulkan jemarinya membentuk sebuah tinju dengan lekattan yang erat pada kedua sisi tangannya. "Ku mohon pergilah sekarang, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bao Yu membalikkan raganya dari hadapan Athanasia.

Tidak lagi memanggil Athanasia dengan sebutan kakak, Bao Yu mendeklarasikan hubungan mereka telah berakhir dengan hanya memangilnya dengan kata pengganti orang kedua yang biasanya dipakai untuk orang-orang yang tidak memiliki hubungan dekat.

Terkatup diam tak mengeluarkan suaranya, Athanasia melangkahkan kakinya keluar dari gua tersebut, bermodalkan peta yang telah ia persiapkan sebelum ia memasuki kerajaan Empire.

"Aku tidak pernah berharap kau mengakhiri hubungan kita seperti ini..." Gumam Bao Yu menitikkan air matanya.

**

Duke Ergy dan pangeran Jayden pun bergerak menuju ke pegunungan Firerex tempat dimana mereka akan menemukan belahan dari buku Yin untuk menyempurnakan penelitian pangeran Jayden. Sayangnya tidak mudah untuk mencapai bukit gunung tersebut, sebab tidak ada yang pernah kembali saat mereka mulai mendaki gunung tersebut.

Konon katanya gunung itu adalah tempat para dewa bersemayam dan merupakan tempat yang sakral bagi warga kerajaan Empire. Itu sebabnya tidak ada warga yang berani menyentuh kaki gunung Firerex.

"Apa kau yakin di sini tempatnya?" Tanya pangeran Jayden sambil melihat sekeliling hutan yang seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Duke Ergy menyeringai. Ia melenggut puas! "Sekarang kita berada di kaki gunung sakral!" Jawabnya singkat.

Melihat reaksi Duke Ergy, Jayden mulai curiga! "Kau... apa kau memiliki tujuan lain?" Kata Jayden menyelidiki.

"Tenanglah, yang pasti bukan buku yang kau inginkan yang sedang kucari." Tutur Duke Ergy santai.

"Lalu kemana kita akan pergi sekarang?"

"Jangan buru-buru begitu, kita menunggu kawan lamaku dulu!"

Jayden mengelip, "Kawan?"

Srek... Rerumputan di sekitar mereka tampak mengeluarkan bunyi pijakan kaki. Dan tidak lama seorang wanita muda terlihat keluar dari hutan pegunungan Firerex dengan bersimbah darah!

"Siapa kau?" Jayden bereaksi melihat tubuh yang berlumuran darah tersebut di musim yang sedingin ini.

Darah itu jatuh menetes ke atas salju, meninggalkan jejak yang menakutkan di belakang wanita yang misterius. Mata yang berwarna coklat dengan rambut yang terkuncir membentuk ekor kuda tersebut, memperlihatkan seluruh sisi wajahnya.

Ia menutup mulut dan hidungnya dengan masker hitam, sehingga sulit bagi Jayden untuk menyelidiki siapa wanita yang sedang menuju ke arah mereka. Meskipun Jayden tetap tidak akan bisa mengenalinya ketika ia membuka maskernya, karena dia bukanlah berasal dari benua timur. Akan tetapi, rambut silver yang dimilikinya cukup membuat Jayden tahu bahwa ia berasal dari kekaisaran benua barat!

"Emely... Kau masih tampak mengagumkan seperti dulu!" Sahut Duke Ergy menyambut Emely yang menapak ke arah mereka.

Pangeran Jayden sontak melihat ke arah Duke Ergy. 'Wanita itu ternyata orang yang kau kenal! Pantas saja dia muncul dengan bersimbah darah seperti itu...' Pikir Jayden.

"Apa kau membawa orang yang tidak bisa diandalkan lagi?" Emely mengeluarkan suaranya, sambil membuka penutup mulut yang menempel pada wajahnya.

Set, Jayden mengalihkan pandangannya menuju kepada Emely. 'Tidak bisa diandalkan katanya!'

Emely melihat pangeran Jayden dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, membuat pangeran Jayden menjadi sedikit tidak nyaman. Tapi, tentu saja ia tidak bisa terintimidasi dengan mudahnya.

"Apa kau mencoba untuk merendahkan pangeran dari kekaisaran Mork?" Ucap Jayden dengan wibawanya.

Duke Ergy tersenyum, jelas Jayden tidak mengetahui siapa lawannya kali ini!

"Cih..." Emely membuang muka sambil bergumam, "Apa hebatnya menjadi seorang pangeran yang beberapa kali hampir mati saat mau menyelinap ke sini!" Jelas bahwa Emely meragukan kemampuan Jayden. Itu karena ia hanya pintar menyamar, semata-mata hanya itu yang terpenting.

"Apa kau baru saja mengabaikan ku?" Entah mengapa Jayden tidak bisa mengintimidasi Emely. Dia memang bisa bersikap dingin kepada orang-orang di kekaisaran Mork, tetapi belum ada satupun orang yang bersikap kurang ajar kepadanya seperti yang Emely lakukan saat ini.

"Dia memang seperti itu Jay. Tidak ada yang bisa menundukkan kepalanya selain..." Perkataan Ergy terpotong saat hawa ingin membunuh Emely sedang aktif mengarah padanya.

"Selain?" Jayden menantikan kelanjutan cerita Ergy.

"Ah tidak, lupakan saja! Hahaha... bagaimana jika kita saling berkenalan terlebih dahulu?" Ergy mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan buang-buang waktu. Sebaiknya kita bergerak secepatnya!" Emely membalikkan tubuhnya dan membawa mereka ke jalan yang sampai pada sebuah sungai yang mengalirkan air jernih tanpa berubah menjadi es, di cuaca yang sedang minus 26 derajat celcius.

'Siapa wanita ini sebenarnya?'

~To be continued