webnovel

Duka untuk Beti

Aku tak pernah menyesal telah melewatkan nyawaku untuk tuanku yang mengasihiku seperti seorang saudaranya sendiri.

Beti tersenyum ke arah Athanasia yang melihatnya dengan shock dari arah lemari kamar. Wajahnya yang mengarah lembut seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja, untuk menenangkan Athanasia yang ketakutan.

Bao Yu yang saat itu kemudian keluar dari tempat persembunyiannya mendapatkan bahwa Beti telah terkapar lemas, lalu dengan segera berlari ke arah Beti. "Maafkan aku yang hanya berdiam diri saat kau lagi kesusahan kak Beti!"

Bao Yu mengakui bahwa ia membiarkan Beti mengalami situasi itu, walaupun tahu Beti akan terbunuh. Namun, Bao Yu tidak bisa keluar dengan kemampuannya yang masih sangat lemah untuk melawan kekuasaan Count Manel. Sebab mungkin saja mereka berdua akan terbunuh tanpa adanya perlawanan yang berarti.

Beti menggelengkan kepalanya, "Kau sudah melakukan hal yang benar." Beti lalu membawa tangannya ke arah Bao Yu sehingga Bao Yu mendekat dan mendapatkan tangan Beti segera.

"Putri Athanasia... tolong bawalah Putri pergi jauh dari tempat ini!" Dengan kekuatan terakhirnya ia meminta permintaan terakhirnya kepada Bao Yu dan mengarahkan wajahnnya ke arah lemari dimana Putri Athanasia ia sembunyikan.

Serentak Bao Yu mengarahkan pandangannya ke tempat Beti memandang. Tanpa sepatah kata pun Bao Yu lalu berdiri dan berjalan ke arah lemari yang berdiri kokoh sejauh 50 meter yang ada dihadapan mereka.

Anak yang berusia 7 tahun tersebut tampaknya lebih berani dari pada yang mereka pikirkan sebelumnya. Ia bahkan tidak gemetaran saat melihat Beti dengan sebuah belati yang menancap di jantung Beti.

Bao Yu lalu membuka lemari itu dan mendapatkan Athanasia dalam tekanan yang luar biasa. Ia lalu mengarahkan Athanasia untuk keluar dari lemari tersebut dan kembali berpaling ke arah Beti!

"Pergilah... Ku mohon lindungilah ia..." Ujar Beti melepaskan kepergian tuannya di tangan anak yang berusia 7 tahun tersebut.

Bagi Beti yang pernah menjadi seorang budak dan hanya terluta-lunta kelaparan di pinggiran kota tahu akan kerasnya hidup. Beti tahu bagaimana karakter seorang budak, namun tidak menutup kemungkinan bahwa seorang budak dapat menjadi lebih baik dengan pilihan yang bijaksana.

Sehingga mereka akan terbentuk menjadi seseorang yang tak takut apapun atau menjadi seseorang yang pasrah dan tak memiliki kepercayaan diri.

Bao Yu memiliki keteguhan hati yang tidak bisa dibandingkan dengan seorang budak yang telah di rusak karakternya. Dia anak kecil yang tak takut apapun!

Tanpa ragu-ragu Bao Yu meninggalkan Beti yang terkapar hampir tak bernyawa itu. Dan dari wajah manis Athanasia itu pun keluarlah air mata yang tak dapat terbendung.

"Nona hiduplah dengan bahagia dan lupakanlah kejadian yang menyakitkan ini... Sebab aku baik-baik saja..."

Setelah Athanasia menghilang dari pandangan Beti yang mulai kabur, Beti lalu menutup matanya dalam keheningan sambil mengingat-ngingat momen hidupnya yang telah ia lalui bersama putri Athanasia. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyuman yang berseri pada wajahnya itu.

Disaat yang bersamaan, di sisi selatan kastil pun terjadi kekacauan besar. Dinand dan Emely sengaja untuk memancing pasukan kesatria Count Manel ke sisi selatan, agar mereka dengan mudah masuk menyusup ke sayap Utara kastil tempat Beti dan Athanasia berada.

Selang waktu 5 menit saat kepergian Athanasia dari tempat itu, Emely dan Dinand sampai pada kamar di mana jasad Beti telah terkujur tak berdaya.

Derap langkah kaki yang tadinya tergesa-gesa, kini berhenti melangkah sebab ia tercengang! Pemandangan yang ada dihadapannya itu sulit untuk dicerna oleh Emely. Namun Dinand diam kaku mengamati situasi dari kamar tersebut.

Deraian air mata itu jatuh perlahan menuju pipi Emely yang lembut. Dengan ketidakpercayaan dirinya ia melangkah dan membawa tangannya ke arah wajah Beti yang terasa sangat dingin.

Tangannya gemetar dan dengan nada yang sumbang ia berkata, "Bukankah kau hanya tertidur? Tolong cepatlah bangun!"

Dinand tak bisa menghentikan duka yang dirasakan oleh Emely akibat kepergian Beti. Namun Dinand juga tak bisa berhenti untuk mencemaskan Athanasia yang tidak berada di dalam ruangan itu!

"Tidak... tolong jangan lakukan ini... Bangun! Ayo cepat bangun!" Emely mengoyakkan tubuh Beti dan memaksakan agar tubuh yang tak bernyawa itu kembali untuk membuka matanya kembali.

Dinand kemudian memegangi tangan Emely dan menatapnya dengan lembut, "Bisakah kau mengikhlaskan kepergiannya?"

Emely menatap ke arah Dinand yang mencoba menenangkannya. Akan tetapi, hatinya semakin panas dan membara! Ia menatap ke arah Beti dan bersumpah...

"Count Manel... Dia akan mati hari ini di tangan ku!"

Emely lalu menghempaskan genggaman tangan Dinand dan kemudian pergi keluar dari kamar tersebut.

Dinand lalu berdiri jongkok di hadapan jasad Beti. Ia kemudian mengambil belati yang tertancap pada jantung Beti dan di angkatnya tubuh Beti ke dalam dekapannya!

"Tuan!" Ujar penjaga setia Dinand yang bernama Zairos sambil membungkuk hormat.

"Zairos... bawalah jasad gadis ini dan makamkan dia dengan baik. Kemudian bawalah pasukan elite mu itu untuk menghancurkan seluruh kediaman Count Manel!"

"Baik Tuan..." Zairos kemudian mengambil jasad Beti dari dekapan tangan Dinand. Lalu dengan segera pergi menghilang bagaikan bayangan.

Dinand lalu mengarahkan pandangannya ke arah luar jendela dan melihat kekacauan yang terjadi di bawah kastil. "Kau akan membayar perbuatan mu dengan runtuhnya kastil dan gelar mu! Akan ku pastikan anak-anak mu akan menjadi budak, lalu istrimu akan menjadi gundik dan kepala mu akan ada di depan tiang penghukuman di kota kekuasaan mu sendiri!" Gumam Dinand dengan raut wajah yang dingin.

**

Bao Yu ingin membawa Athanasia pergi keluar dari wilayah kekuasaan Count Manel dan menghilang di tengah-tengah kekacauan. Ia tidak berpikir untuk kembali kepada Emely dan Dinand, entah apa maksudnya.

Yang jelas ia merasa tidak nyaman dengan Dinand. Entah mengapa ia ingin menjauh kan Tuan barunya itu dari segala kebisingan, membawanya pergi jauh dari tempat dimana Athanasia mendapatkan traumanya.

Ia membungkus wajah Athanasia dengan kain yang menudungi wajahnya dan berlayar untuk pergi ke tempat kelahirannya!

"Nona... Anda akan baik-baik saja! Aku akan melindungi nona sampai akhir..."

Hari yang tak dapat dijelaskan oleh apapun juga, dimana gadis yang berusia 14 tahun untuk pertama kalinya mendapatkan kekejaman yang diluar ekspektasinya. Dia berpikir bahwa dia cukup kuat untuk berkelana ke dunia yang ibunya inginkan, namun ia bahkan kalah telak dengan anak yang berusia 7 tahun!

Trauma yang dialaminya karena jiwanya yang tergoncang dengan hebat, membuat Athanasia menyadari bahwa ia belum cukup kuat. Padahal selama ini ia berpikir bahwa ia sudah cukup kuat, sebab sudah terbiasa diperlakukan buruk oleh Duchess dan kakak tirinya itu.

Namun ternyata hatinya lemah, selemah gelas kaca! Kepercayaannya goyah seperti anak yang masih berusia belia...

Saat itu Athanasia terombang-ambing akan dirinya yang tak bisa melakukan apapun dan hanya mengharapkan belas kasihan. Terlebih lagi, ia bergantung pada anak yang berusia 7 tahun lebih muda darinya. Padahal ialah yang harus melindungi anak itu, tapi keadaan malah sebaliknya!

~To be continued

Next chapter