webnovel

Chapter 2: Desa

Tujuh tahun telah berlalu. Sekarang umurku sudah 16 tahun, Aku masih tetap tertarik dengan Kisah dari Raja sekaligus pahlawan Arthur Light.

Di siang hari, aku meninggalkan rumah untuk menjelajahi desa Alcantia. Aku berinteraksi dengan warga desa, membantu mereka dengan berbagai tugas sehari-hari, dan mendengarkan cerita-cerita mereka tentang masa lalu dan legenda lokal. Selama perjalanan, aku bertemu dengan orang-orang yang berbeda-beda, dari petani hingga penjaga desa. Aku juga menyempatkan diriku untuk bermain bersama teman sebayaku, membantu nenek Bilo, membersihkan halaman rumah paman Barrow, dan masih banyak lagi.

Aku akhirnya menuju rumah untuk mengajak kakek membantuku latihan berpedang.

Aku sangat kelelahan setelah berlatih terus-menerus. "Kakek, bisakah kita berhenti untuk sekarang?"

Tubuhku terasa lelah, dan keringat mengalir deras di dahi. Kakek hanya mengangguk paham sambil tersenyum lembut. "Tentu saja, Liam. Kita istirahat sebentar," jawabnya sambil menepuk bahuku.

Kami duduk di bawah pohon tua di pinggir hutan, menghirup udara segar dan menikmati redupnya bayangan pepohonan yang rindang. Kakek mengeluarkan botol air dari dalam tasnya dan memberikannya padaku. "Minumlah, Liam. Kau telah berlatih dengan sangat baik hari ini," ujarnya sambil tersenyum.

Aku mengangguk dan mengambil botol itu. Air segar itu begitu menyegarkan, membuat tubuhku sedikit terhidrasi kembali. Satu hal yang terus terpikir olehku adalah kenyataan bahwa aku merasa sangat lemah. Apa-apaan ini? Aku ingin menjadi kuat agar aku dapat melindungi orang lain. "Kek, kenapa aku merasa kalau aku tidak berkembang banyak?"

Kakek melihatku dan berkata, "Tidak ada hal yang instan di dunia ini, Liam. Yang perlu kita lakukan bukanlah mengeluh, tapi berusaha semaksimal mungkin."

Meski kau berkata begitu, tetap saja… eh… kepalaku pusing… mataku lelah… aku akan tertidu…

Aku membuka mataku secara perlahan, sepertinya aku ketiduran. Sudah berapa lama aku tertidur? Di mana Kakek? "Kau sudah bangun?" Suara yang familiar.

"Kakak? Di mana Kakek?" sepertinya aku tertidur, kemudian Kakak menidurkanku di pahanya.

"Kakek sedang mengecek kebun. Kalau lelah, istirahatlah," ucap Kakak sambil mengelus rambutku.

"Oh iya, Kak, aku tahu kau selalu marah ketika aku bertanya tentang ini, tapi… di mana sebenarnya Ayah dan Ibu kita?" Aku tidak pernah melihat wajah ibu atau ayahku sejak kecil. Bahkan Kakek tidak pernah bercerita tentang mereka. Setiap aku bertanya, Kakek selalu berkata, 'Suatu saat kau akan mengetahuinya.' Kakak berkata hal yang sama seperti Kakek.

setelah latihan aku kembali ke rumah bersama kakakku dan beristirahat sementara waktu.