webnovel

Chapter 2 Sebuah Perjalanan Menuju Kebahagiaan

Keesokan harinya, Bu Livy menyadari sesuatu yang aneh dari muridnya Lily Agatha sejak kemarin pagi. Dia pun ingin mengetahui masalah apa yang menimpa muridnya tersebut namun tidak bisa dilakukan karena tidak ingin menyinggung perasaan hatinya.

Kemudian Bu Livy memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Lily kepada sahabat dekatnya yang bernama Naufal Kenzo.

"Kenzo, apakah ada waktu luang hari ini ?"

"Iya Bu, apakah ada hal penting yang ingin dibacarakan dengan saya?"

"Iy Kenzo, ada. Kita bicarakannya nanti pada saat pulang sekolah di Café Mevoly. Hanya kita berdua"

"Baik Bu, laksanakan"

Setelah mereka berdua membicarakan hal penting tersebut tanpa sepengetahuan Lily. Menimbulkan sebuah kecurigaan bahwa mereka sedang membicarakan sesuatu yang khusus tanpa ada hubungan dengan dirinya.

Waktu belajar telah usai, Lily menghampiri Kenzo untuk mengajaknya pulang bersama. Dan Lily mendengar pembicaraan penting yang dilakukan Kenzo dengan Bu Livy melalui teman sekelasnya yang tidak sengaja melihatnya.

"Emm…Kenzo, apakah kamu sedang tidak ada acara sehabis pulang sekolah ini?"

Lily menantikan respon yang dimunculkan oleh Kenzo untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh teman sekelasnya, Sylvia.

"Sepertinya ada. Maaf Lily, untuk hari ini aku tidak bisa pulang bersamamu"

"Baiklah, jika kamu memang ada keperluan. Aku tidak bisa memaksamu"

"Mungkin. Sebagai gantinya, besok Aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang akan membuatmu senang hanya dengan melihatnya"

"Benarkah?"

"Ya. Aku janji"

"Setuju"

Kenzo pun segera bergegas pulang untuk menemui seseorang yang sudah ditungguinya.

~Café Mevoly~

"Disini, Kenzo. Ibu ada disini"

"…"

"Baiklah. Silakan duduk, apa ada minuman yang ingin kamu pesan? Hari ini Ibu yang traktir"

"Hmm…bolehkah saya memesan minuman best seller disini?"

"Tentu saja, asalkan kamu bisa menjawab pertanyaan Ibu sesuai yang dijanjikan"

"Baiklah"

"Pelayan, kami ingin memesan"

Pelayan pun segera datang menghampiri murid dan sepertinya seorang kekasih yang sedang ditraktirnya.

"Pesanan apa yang ingin dipesan, untuk sepasang kekasih hari ini?", Tanya Pelayan dengan tersenyum lebar

"Kekasih?", Kenzo menjawab dengan kebingungan

"Bukan-bukan, kami hanyalah seorang murid dan guru yang sedang melakukan pembelajaran privat", Jawab Kenzo dengan pembelaan untuk gurunya

"Oh, begitu ya. Kalau dipikir-pikir kalian berdua terlihat cocok sebagai couple pasangan"

"B-benarkah itu?", Jawab Bu Livy dengan penuh penasaran

"Ya"

"Ehemmm…Saya ingin pesan minuman best seller di Café ini. Kalau Ibu, bagaimana?"

"Saya pesan Milk Strawberry With Ice Cream"

"Baiklah. Pesanan telah diterima. Pesanan akan segera datang"

Pelayan tersebut pun pergi setelah menerima pesanan yang telah diberikan di menu.

"Lalu, Bu guru ada hal penting apa yang ingin Ibu bicarakan berdua dengan saya?"

"Apakah ini mengenai Lily?"

Bu Livy pun terkejut karena Kenzo sudah mengetahui maksud sebenarnya dari hal penting tersebut.

"Baiklah, sepertinya Ibu tidak bisa mengelak dari tebakan yang kamu berikan"

"Ibu hanya ingin mengetahui masalah apa sebenarnya yang menimpa Lily kemarin pagi. Karena Ibu tidak sengaja melihat Lily dalam keadaan murung ketika pembelajaran telah dimulai"

"Sebenarnya ini masalah yang tidak penting untuk dibicarakan. Tapi, karena Ibu adalah pengecualian. Saya tidak bisa menolak dengan permintaan yang sudah diberikan"

"Begitu ya. Tidak apa-apa, Kenzo. Ibu hanya tidak ingin murid-murid Ibu tidak fokus dalam pembelajaran yang telah diajarkan menjadi sia-sia ke depannya"

"Jika memang Ibu sudah berkata seperti itu, saya akan memberitahukannya kepada Ibu sebagai sahabat dekatnya"

"Masalah yang sebenarnya dialami Lily adalah…"

Tiba-tiba Pelayan datang untuk mengantarkan pesanan yang telah selesai dibuat.

"Ini…pesanan anda telah selesai dibuat. Silakan nikmati minumannya"

"Terima kasih, Pelayan"

"Lanjutkan Kenzo"

"Baik, Bu"

"Masalah yang sebenarnya dialami Lily adalah Dia baru saja kehilangan salah satu orang tuanya yaitu Ayahnya dalam perjalanan menuju pulang rumah kemarin. Dan hal itu membuat saya tidak bisa diam saja ketika melihat sahabat dekat saya sedang bersedih dalam kesedihan yang mendalam"

"Begitu ya. Ibu turut berduka atas meninggalnya Ayah dari Lily. Jika berkenan, bolehkah Ibu berbicara empat mata dengannya sebagai sesama perempuan?"

"Tentu saja boleh, Bu"

"Akan tetapi, saya tidak tahu apakah Lily akan menerimanya atau tidak. Jika yang mengajaknya dari Bu Livy sendiri!"

"Jangan khawatir, Ibu pasti bisa membujuknya apapun yang terjadi. Karena Ibu adalah Guru Fisika kalian"

"Terima kasih atas pengertiannya, Bu. Lain waktu, saya akan berterima kasih atas tawaran yang diberikan"

"Tidak apa-apa, Kenzo. Hanya dengan mengetahui masalah apa yang dialami sudah cukup meringankan beban Ibu sebagai seorang pengajar. Dan berkatmu beban pikiran tersebut sudah hilang setelah mengetahui masalah yang sebenarnya"

"Terima kasih, Bu. Karena pembicaraan sudah selesai, saya pulang dulu Bu Livy"

"Baiklah. Hati-hati dijalan, Kenzo"

"Justru Ibu yang seharusnya lebih berhati-hati, tidak baik seorang wanita keluar malam-malam tanpa ada penjagaan di sekitarnya"

"Jadi, Kenzo mau mengantar Ibu pulang ke rumah?"

"Tentu saja. Jika diizinkan oleh Ibu, saya akan menjaga Ibu sampai ke rumah dengan selamat"

"Hebat ya dirimu. Kamu seperti orang baik yang telah menghadapi beratnya kehidupan di dunia ini"

"Itu bukan apa-apa, Bu. Saya hanya menjalani kehidupan ini sesuai dengan prinsip hidup yang telah mengarahkan saya menuju arah yang lebih baik"

"Begitu. Baiklah, temani Ibu pulang ke rumah"

"Baik, Bu"

Akhirnya Kenzo dan Bu Livy pun pulang bareng demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Selama perjalanan, Kenzo menceritakan banyak hal tentang dirinya termasuk persahabatannya dengan Lily sewaktu kelas 1 SMA yang membuat mereka terkenal di seluruh kelas.

Baru kali ini Bu Livy merasakan perasaan bahagia sebagai seorang guru yang telah Dia impikan sejak kecil. Dan tentu saja perjuangan untuk bisa sampai ke atas tidaklah mudah untuk dijalaninya.

Ada kalanya berada di bawah memikirkan beratnya kehidupan zaman sekarang dalam meraih impian seseorang setelah menyadari kenyataan yang berada satu langkah di depannya mulai dihancurkan oleh kekuasaan itu sendiri.

Dirinya mempelajari banyak hal dalam menjalani kehidupan bukan hanya mengejar impian akan tetapi juga mengenai bagaimana kehidupan itu mulai bekerja sampai sekarang tanpa henti seperti mesin yang terus bekerja tanpa tahu sudah melewati batas pemakaian penggunaannya.

Ternyata setelah mereka berdua sampai muncullah seseorang yang sudah menunggu di depan rumah Bu Livy untuk memberikan sebuah kejutan tak terduga dari seseorang yang dikenalnya.

Seseorang yang menjadi kejutan tersebut ternyata adalah Lily yang sudah mengetahui tentang rencana yang dilakukan oleh Kenzo dengan Bu Livy sendiri.

Lily seakan-akan ingin mengetahui hubungan apa sebenarnya yang dijalin oleh Kenzo dengan guru baru tersebut.

Lily bertanya dengan penuh kecurigaan dan sebuah kekhawatiran menantinya dibelakang.

"Kalian berdua, ternyata pulang bersama ya"

Kemudian Lily menoleh ke kanan dan melirik Kenzo dengan tatapan tajamnya yang mencurigakan.

"Kenzo, bukankah kamu bisa menjelaskan situasi yang sedang terjadi di sini?"

"Tentu. Aku juga tidak bisa berbohong kepadamu sebagai sahabat dekat"

"Bu guru, boleh Ibu segera masuk duluan sebelum kami mulai perbincangan hangat ini satu sama lain?"

"Baiklah, tolong jangan terlalu keras padanya. Mungkin, Dia sedang mengkhawatirkanmu sekarang"

"Baik, Bu Livy. Saya akan menjelaskannya secara detail kepadanya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman"

"Ya, lakukan yang terbaik"

"Dengan senang hati, Bu"

Akhirnya Kenzo mulai menjelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya kepada Lily, mulai dari pertemuan rahasia yang dilakukannya sampai janjian dengan Bu Lily di Café Mevoly.

Tidak ada kebohongan dalam perkataannya. Yang berarti Dia serius ketika sudah menyangkut dengan sahabatnya itu.

Dari situ, Lily sebenarnya mengerti alasan kenapa Kenzo menghindari Dia sewaktu diajak pulang bersama setelah sekolah. Namun, hatinya seolah-olah merasakan sakit yang luar biasa setelah mengetahui fakta sebenarnya dari Sylvia.

Setelah kejadian tersebut, Kenzo dan Lily untuk sementara waktu mereka akan fokus ujian untuk kelulusan, karena sisa waktu yang mereka miliki tersisa 3 bulan.