webnovel

Chapter 1 Mencari Arti Kebahagiaan

Di suatu pagi yang cerah ini, matahari bersinar dengan terang menerangi seluruh kehidupan.

Hari ini, menit ini, dan detik ini, mereka akan menjalani kehidupan terakhirnya sebagai calon alumni SMA.

Kedatangan mereka semua sudah menghiasi setiap jalanan yang ada di waktu fajar ini.

Sejak matahari mulai terbit, Murid-murid kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA 36) sudah berkumpul di dalam lingkungan sekolah. Dan terdengar berbagai macam suara di segala penjuru arah datang dengan berbagai macam alasan.

Satu hal yang pasti, mereka datang untuk menikmati sisa kenangan terakhir dalam kehidupan sekolah yang akan mereka lakukan selama 6 bulan ke depan.

Namun, bagiku ada sebuah hal penting yang akan terjadi ketika langkah kakiku sudah memasuki pintu gerbang sekolah.

Dan hal penting tersebut adalah menemukan arti dari kebahagiaan dalam perjalanan kehidupanku.

Entah kenapa, dari lubuk hatiku yang paling dalam selalu memintaku untuk mencari arti kebahagiaan yang sebenarnya dibandingkan dalam masalah percintaan di sekolah.

Mungkin hatiku ingin agar Aku bisa merasakan kebahagiaan sejati selama menjalani kehidupan sebagai makhluk yang mempunyai eksistensi untuk hidup di alam semesta.

Tapi, Aku yakin bahwa hati seseorang tidak akan bisa berbohong sekalipun saat Dia ragu-ragu pada ucapannya sendiri.

Saat ini, hanya hatiku lah yang paling mengerti tentang perasaan diriku yang sebenarnya dibandingkan orang lain. Namun, bukan berarti aku tidak bisa mengenali tentang siapa diriku yang sebenarnya.

Kemudian Aku mendengar ada sebuah legenda dari negara Irlandia yang mengatakan, "Jika kita menemukan daun semanggi empat (Four Leaf Clover) secara tidak sengaja. Maka, orang tersebut dipercaya akan membawa keberuntungan serta kebahagiaan dalam hidupnya."

⸢ Jika memang legenda tersebut beneran terjadi di dunia nyata, "Lantas, apakah kehidupan yang selama ini kujalani hanyalah sebatas imajinasi belaka?" ⸥

⸢ Diriku yang seperti itu hanya bisa memikirkan sejauh mana Aku bisa mendapatkan arti dari kehidupan yang selama ini kujalani dalam menemukan kebahagiaan sejati ⸥

Namun, Aku tetap berpikir positif terhadap perubahan yang akan dimulai dari diriku sendiri.

Saat itulah, Aku akan menemukan sebuah harapan nyata yang melebihi batasan dari kehidupanku sebagai manusia.

♦Ruang Kelas 3-3♦

"Selamat pagi, Lily"

"Oh, selamat pagi juga, Kenzo"

Lily melirik Kenzo seakan-akan ada sesuatu yang tidak asing sedang menempel dalam dirinya.

"Ada apa?", Tanya Kenzo

"Tidak ada. Apakah ada sesuatu yang menarik hari ini?"

"Entahlah. Mungkin ada di sekitar kita?"

Kemudian Lily menatap tajam raut wajah Kenzo dengan penuh penasaran.

Setelah itu mulai menatap di sekitarnya dan melihat apakah Dia bisa menemukan hal menarik tersebut.

"Hmmm...dirimu terlihat berbeda dari biasanya. Apakah kamu baik-baik saja?", Tanya Lily dengan cemas

"Masa sih?"

Raut wajah Kenzo seolah-olah tidak menampilkan sedikitpun rasa cemas dalam dirinya.

"Aku masih orang yang sama seperti biasanya, Lily. Atau… Apakah kamu sedang mengkhawatirkanku sekarang ini?"

"Tidak. Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Lebih baik kita segera masuk kelas sebelum bel berbunyi", Jawab Lily dengan mengelak pernyataan dari Kenzo

"Eh…jadi tebakanku salah dong?", Tanya Kenzo dengan nada bercanda

"Tentu saja. Memangnya aku terlihat sebegitu khawatirnya di matamu?"

"Hmmm…ternyata kamu memiliki sisi yang tak terduga ya"

"Apa ya sebutannya untuk orang sepertimu? Ahh…Aku ingat! Tsun-"

Sebelum Kenzo menjawab sebutan untuk orang seperti dirinya, tiba-tiba Lily memotong pembicaraannya dengan meletakkan jari telunjuknya di mulut Kenzo.

"Sssttt...lebih baik kamu diam saja…daripada membahas obrolan yang tidak penting ini!"

Dan karena perbuatannya tersebut, Lily membuat wajahnya kembali memerah di pagi hari. Kemudian segera melepas jari telunjuknya dan berbalik badan ke belakang untuk menghindari tatapan mencurigakan dari Kenzo.

Saat itu juga, Lily merasakan perasaan malu dengan raut wajah yang tidak bisa disembunyikannya. Dan hal tersebut membuatnya tidak akan bisa untuk berbohong ketika Dia berbicara untuk menjelaskan alasannya tersebut.

*Ting…tong…ting…tong…ting…tong…ting…tong*

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Suara bel berbunyi dengan keras di seluruh ruangan.

Kenzo dan Lily yang saat itu sedang berada di luar kelas, segera masuk setelah mendengar suara bel sekolah tersebut.

Hari ini akan menjadi sebuah awalan baru bagi mereka untuk memulai aktivitas sebagai seorang pelajar SMA kelas 3.

Tak terasa tengah hari telah berlalu begitu cepat tanpa mereka sadari.

Bel kembali berbunyi untuk jam pelajaran selanjutnya.

Kemudian saat pergantian jam pelajaran tersebut, mereka mulai mengingat ada sebuah rumor yang mengatakan bahwa kelas mereka (Kelas 3-3) akan kedatangan seorang guru baru untuk pelajaran fisika menggantikan peran guru sebelumnya karena pindah tugas.

*Kreeek…*

Suara pintu mulai bergeser dengan perlahan dan membuat penasaran siswa-siswi yang melihatnya.

Ternyata, itu bukanlah sebuah rumor belaka melainkan kenyataan yang telah terjadi. Dan guru baru fisika untuk kelas 3-3 adalah seorang perempuan yang berusia sekitar 18-20 tahunan yang memiliki paras cantik jelita, dengan tatapan manisnya yang bisa membuat siapapun meleleh dihadapannya, dan masih dikatakan terlalu muda untuk dipanggil sebagai seorang Ibu.

Kenzo yang melihat guru baru tersebut seketika tertegun menelan ludahnya sendiri karena menyaksikan betapa cantik dirinya sebagai seorang wanita muda yang selama ini pernah ditemuinya.

Lily yang berada disampingnya pun seperti merasakan perasaan cemburu hebat karena melihat Kenzo menatap begitu lama penampilan cantik guru baru tersebut. Kemudian Lily pun sedikit usil dan mulai mengganggu Kenzo agar tatapannya tersebut bisa teralihkan pada dirinya. Namun, usaha yang Lily lakukan menjadi sia-sia dihadapannya.

Guru baru yang melihat kelakukan mereka berdua tersebut hanya bisa tersenyum lebar dengan lembut, karena melihat tingkah lucu pasangan tersebut. Namun, terdapat sebuah kesalahan yang dipikirkan oleh guru baru tersebut terhadap mereka berdua (Kenzo dan Lily) sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang panjang.

Bahwa, yang sebenarnya terjadi adalah mereka bukanlah sepasang kekasih yang sedang menjalin hubungan seperti yang diperkirakan. Melainkan hanya seorang teman yang telah menjadi sahabat dekat sewaktu kelas 1 SMA.

Saat itu juga, Lily merasakan sebuah setruman tidak langsung setelah dirinya melihat Kenzo menatap guru baru tersebut.

Namun, Lily menghiraukannya dan tetap bersikap tenang seperti yang biasa Dia lakukan. Dia tidak ingin perasaan dalam hatinya itu merebut kendali atas setruman yang di dapatkannya.

Begitu pula dengan Kenzo, Dia tetap berusaha untuk menjaga attitudenya sebagai seorang murid yang humoris dan juga teladan di dalam kelas.

"Selamat pagi, Bu guru", Sapa Kenzo untuk memulai pembicaraan

"Selamat pagi juga, Muridku", Jawab Guru Baru

"Bolehkah kami mengetahui nama Anda, Bu guru?"

"Tentu saja"

"Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'Tak Kenal Maka Tak Sayang'! Bukankah begitu, Bu guru?"

"Benar, Muridku. Baiklah, Ibu akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama Ibu adalah Livy Amanda. Usia Ibu tahun depan menjadi 20 tahun. Dan Ibu baru saja pindah sekitar 3 bulan yang lalu setelah mendapat pemindahan tugas dari daerah. Tempat tinggal Ibu tak jauh dari sini mungkin memiliki jarak sekitar 500 meter dari Café Mevoly"

"Kalian boleh memanggil Ibu dengan sebutan Bu Livy atau Bu Amanda"

"Ohhhh…", Jawab Murid Laki-laki

"Terima kasih atas perkenalannya, Bu"

"Sama-sama juga, Muridku"

"Apa ada pertanyaan lain dari kalian yang ingin disampaikan kepada Ibu?"

Kemudian Lily mengangkat tangannya dengan maksud ingin menanyakan informasi pribadi yang dimiliki oleh Bu Livy.

"Saya, Bu!", Jawab Lily dengan tegas

"Baiklah, Muridku. Sebutkan namamu dan pertanyaan apa yang ingin kamu sampaikan?"

"Nama saya Lily Agatha, Bu Livy. Dan pertanyaan saya adalah apakah Bu Livy belum mempunyai pasangan dalam waktu dekat ini?"

Pertanyaan Lily tersebut sontak membuat kehebohan di dalam kelas yang mengindikasikan bahwa Bu Livy dianggap sebagai saingan dalam percintaannya.

"Apa Ibu tidak salah dengar, Lily Agatha?"

"Tidak, Bu Livy. Saya benar-benar serius dalam mengatakannya dan tidak sedang bercanda, Bu Livy!"

"Hmmm…baiklah. Ibu akan menjawab pertanyaan tersebut. Tapi, sebelum Ibu menjawab pertanyaan yang telah diajukan, Ibu akan membahas sedikit alasan kenapa Ibu bisa dipindahkan ke sekolah ini"

"Alasannnya, karena Guru Fisika yang dulu pernah mengajari kalian sampai sekarang ini. Kemudian karena surat tugas yang dimiliki beliau memiliki batas waktu tertentu, yang membuatnya harus meninggalkan sekolah ini dalam waktu yang lama. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa Guru Fisika tersebut juga merindukan kalian sebagai murid-muridnya selama bekerja sebagai guru di sini. Namun, kalian tidak perlu berkecil hati, karena beliau akan terus mengingat sisa-sisa kenangan terakhir selama beliau mengajar di kelas 3-3 ini"

"Sebelum pergi, beliau menitipkan pesan kepada Ibu selaku Guru Fisika baru kalian. Pak Edward sangat berharap banyak pada kalian muridnya untuk tidak terlalu banyak stress dalam menghadapi sisa pembelajaran terakhir selama 6 bulan ke depan. Hadapilah setiap masalah dengan tenang dan tetap mementingkan tujuan akhir kalian sebagai pelajar SMA 36. Dan kalian teruslah berusaha untuk bisa mencapai akhir yang bahagia selama sisa hidup kalian. Apapun yang terjadi, carilah kebahagiaan untuk diri kalian sendiri. Yang akan membuat kalian mengerti alasan kenapa kita diberikan sebuah kehidupan oleh pencipta kalian"

"Dan itulah pesan terakhir dari beliau kepada kalian sebagai Guru Fisika lama yang selama ini telah menjadi panutan bagi sekolah. Dan Ibu berharap bahwa Ibu juga bisa seperti beliau dalam meneruskan perjuangannya sebagai seorang guru Fisika"

Sebagian dari murid kelas 3-3 merasakan sentuhan akhir yang luar biasa dari pesan terakhir beliau. Namun, ada juga yang mulai menitikkan sebagian air matanya karena tidak kuasa untuk menahan perasaan bahagia setelah ditinggal pergi oleh guru kesayangannya tersebut.

"Baiklah. Untuk selanjutnya, Ibu akan menjawab pertanyaan dari Lily Agatha!"

"Jawabannya adalah…saat ini, Ibu sedang tidak memiliki pasangan.Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa Ibu akan segera menikah setelah kelulusan kalian telah selesai dilaksanakan"

"Wahhh…"

"Sungguh mengejutkan"

"Sepertinya akan menarik sekali"

"Agak sayang untuk dilewatkan begitu saja"

"Sepertinya kita harus berusaha lebih keras lagi"

"Benar. Kita harus melihat kisah akhir sebenarnya dari guru baru kita"

Pertanyaan tersebut telah dijawab oleh Bu Livy, dan memicu respon yang tidak terduga dari wajah Lily.

Lily seolah-olah merasakan perasaan lega setelah mengetahui bahwa Guru baru tersebut akan menikah setelah kelulusan dimulai akhir semester nanti.

"Baiklah, karena tidak ada pertanyaan selanjutnya. Kita lanjutkan pembelajaran fisika yang sebelumnya tertunda"

Dan minggu lalu menjadi hari terakhir kami melihat Pak Edward mengajar di kelas kami sebagai akhir penutup yang sempurna.

Tak terasa hari mulai senja, tanda-tanda murid akan segera pulang dari pembelajarannya.

Beberapa hari setelahnya, para murid menyaksikan sebuah kejadian tak terduga dari apa yang mereka lihat saat ini. Dan tentu saja memicu berbagai macam respon yang berbeda dari orang yang melihatnya.

"Hei, bukankah itu Lily?"

"Iya, sepertinya benar. Kenapa raut wajahnya terlihat suram seperti terkena masalah besar? Bukankah biasanya Dia selalu berangkat bersama Kenzo sahabat dekatnya itu?"

"Iya ya. Apakah sesuatu yang buruk telah menimpa mereka ya?"

"Entahlah. Mungkin, tapi Aku rasa itu mustahil karena mereka berdua memiliki ikatan persahabatan yang kuat semenjak terbentuk di Kelas 1"

"Mau bagaimana lagi. Kita tidak bisa apa-apa tanpa mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya"

"Ya. Kita do'akan saja yang terbaik untuk mereka"

"Benar juga"

Tak lama kemudian muncullah seorang pembawa pesan dari Kenzo untuk Lily. Pembawa pesan tersebut mengatakan bahwa Kenzo ingin berbicara empat mata dengannya sepulang sekolah.

Lily mengangguk setuju dan hanya bisa pasrah terhadap apa yang dialaminya kemarin malam.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, dan mereka berdua mulai menuju ke tempat yang sudah dijanjikan yaitu atap sekolah.

Kemudian mereka duduk bersama saling berdekatan namun masih terdapat jarak yang memisahkan di antara keduanya.

"Ada apa dengan dirimu, Lily? Apakah kamu sedang sakit hari ini? Aku sangat khawatir padamu sebagai sahabat dekat!", Tanya Kenzo dengan memulai pembicaraan

"Tidak. Bukan itu masalahnya"

"Lalu, kenapa wajahmu seakan-akan sedang menyembunyikan suatu masalah yang besar?"

"Jadi, Aku tetap ketahuan ya meskipun sudah menutupinya sebisa mungkin"

"Ya. Dan bukan cuman Aku saja yang menyadarinya. Termasuk teman-teman sekelas kita menganggap dirimu sedang mengalami masalah yang hebat di rumah"

"Jadi begitu ya. Ternyata mereka mengkhawatirkanku termasuk dirimu saat ini"

"Kalau kamu ingin meringankan sedikit beban yang ada di punggungmu, bagikanlah rasa sakit itu kepadaku. Agar kita sama-sama memiliki beban yang harus diatasi masalahnya secepat mungkin"

"Baiklah. Akan aku ceritakan dengan detail. Tapi, jangan beritahu orang lain terhadap masalahku ini termasuk teman sekelas kita. Hanya dirimulah yang boleh mendengarkannya"

"Baiklah, Aku berjanji dengan jari kelingking"

"Setuju"

Lalu, Lily pun mulai menceritakan masalah yang sebenarnya terjadi di rumah dan mulai menitikkan air matanya untuk menangis karena kesedihan. Karena Lily tidak tahu apa yang harus Dia lakukan selanjutnya untuk menemukan solusi dari permasalahannya tersebut.

Kemudian tanpa sadar Kenzo memberikan pelukannya untuk Lily.

Kenzo yang saat itu melihat Lily menangis dengan mulai memeluknya dengan pelukan yang erat dan terasa hangat ketika mereka saling bersentuhan. Dan pelukan tersebut sedikit demi sedikit mulai menghilangkan beban stress yang ada dipikirannya.

Setelah Kenzo memulai tindakan tak terduganya, Lily pun juga tidak bisa menolak begitu saja pelukan yang diberikan oleh Kenzo. Lily pun menerimanya dengan sepenuh hati dan membuatnya menyadari satu hal bahwa selama ini Dia butuh pelukan hangat dari teman terdekatnya. Dan pelukan hangat tersebut ternyata berasal dari sahabat terdekatnya yaitu Kenzo.

Dia pun mulai bertanya pada dirinya sendiri. "Apakah saat ini adalah saat terbaik yang pernah kutemui dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk yang memiliki akal?".

Kenzo yang menyadari hal tersebut mulai memikirkan sebuah ide yang bagus untuk dirinya dan juga Lily. Dan ide tersebut adalah mereka berdua akan berjuang bersama dalam menemukan arti kebahagiaan yang selama ini mereka cari dalam kehidupan mereka. Kemudian Lily pun menyetujui ide yang diberikan oleh Kenzo dan berharap bahwa bisa mereka bisa menemukan kebahagiaannya masing-masing setelah mereka berusaha untuk mendapatkannya.

17.00 adalah waktu terbaik bagi mereka di hari ini setelah sekian lama tidak merasakan perasaan yang selama ini telah hilang dalam diri mereka. Kenzo dan Lily menganggap bahwa saat ini adalah hal terbaik yang pernah mereka lakukan semasa hidupnya sebelum akhirnya berpisah dalam waktu yang lama.