webnovel

ARNAND

Afriel Anatasya Afshein,panggil saja dia Sya. Seorang gadis cantik dengan seribu kenakalan, yang suka bikin onar disekolah dady nya sendiri. Dan satu diantara nol koma sekian orang yang tak pernah percaya akan kata cinta. bukan, dia bukan perempuan tak pernah merasakan jatuh cinta,hanya saja dia berfikir kata "pacaran" itu membuang waktu cuma-cuma. apakah ada seorang siswa tercantik dan terkaya seantaro SMA Erlangga yang masih punya fikiran seperti Anatasya? Namun di cerita yang berbeda, seorang most wanted Erlangga dengan segudang prestasinya yang selalu mengharumkan nama sekolah nya. Inilah Arnand Celvano Axelle, satu diantara sekian ratus orang yang penasaran dengan sosok sorang Afriel Anatasya Afshein. Tapi bedanya laki-laki itu tak pernah memperlihatkan perasaan nya pada gadis itu. Bahkan lebih terkesan cuek.

windaresta13 · Teen
Not enough ratings
21 Chs

Abaikan saja.

Byurrr...

Segelas jus mangga berhasil membasahi kepala hingga seragam nya.Tak heran jika kejadian itu mengundang perhatian seisi kantin.

"Itu balasen lo udah berani dekat sama Arnand. " Aluna menatap tajam kearah lawan nya, seolah menyirat kan kemenangan.Lain hal nya dengan lawan nya itu yang malah membalas nya dengan senyuman meremehkan.

"Lo lupa ya? Zhieno pernah ninggalin lo demi gue, jadi jangan harap lo bisa dapatin Arnand dari gue. " Lanjut nya. Sya, ya dia Sya sepupu jauh Aluna yang dulu pernah sangat dekat dimasa silam, tapi itu dulu dimana Zhieno dan gadis itu pernah membuat Sya hancur sehancur-hancur nya.

" Hm,, lanjut aja ngomong nya." Balas Sya sambil tersenyum sumbang. Aluna malah bingung bagaimana cara memancing Sya agar terbawa emosi.

"Om Arka memang salah punya anak kayak lo. sepertinya lebih cocokan gue menjadi putri kepsek. Siap-siap aja Erlangga bakal jatuh di tangan gue nantinya. Kerena mengingat dan menimbang putri nya ini tak bisa apa-apa, udah gitu nakal kls atas. " Sindir Aluna lagi. Gadis itu memang selalu mengandalkan kepintaran.

" Oh ya, boleh juga tuh. Lo aja yang urus Erlangga Afshein, siapa tau gue nambah kaya." Sya yang terlihat santai dari luar, namun siapa sangka dari dalam dia sudah hampir terbakar.

Aluna menjadi geram sendiri melihat ketenangan Sya saat berhadapan dengan nya. Seketika terlintas ide jahat dibenak nya. Tanpa fikir panjang gadis itu lansung mengambil semangkuk bakso panas yang terletak diatas meja kantin dan berniat menyiram kan nya kepada Sya lagi. Namun dengan secepat kilat Sya langsung menepis tangan Aluna, hingga bakso itu tumpah kearah samping.

Siapa sangka akan mengenai seseorang yang sedang berjalan kearah meja mereka.

"Arnand sorry, bukan gue tapi dia. " Tuduh Aluna sambil menunjuk kearah Sya. Wow, pandai sekali anda bersilat lidah. Arnand hanya cengo, kemudian menatap kedua gadis itu datar secara bergantian.

"Kalian berdua ikut saya diruang OSIS. " Perintah laki-laki seraya pergi tanpa suara lagi.

Huftt..

Sya menghembuskan nafas nya kasar. Drama apa lagi?

Mereka sampai keruangan OSIS. Sebelum Arnand sudah mengganti seragam nya yang basah tadi.

" Jelaskan. " Aluna menggigit jarinya kecut, mendengar nada dingin laki-laki itu. Lain hal nya dengan Sya yang hanya memutar bola matanya malas. Tak sengaja Arnand menangkap ekspresi wajah Sya yang kelewat santai.

"Afriel Anatasya Afshein...! " Lagi-lagi Arnand memanggil gadis itu dengan nama panjang nya.

"Saya tidak tau, anda tanya saja pada Sekretaris anda. " Jawab Sya ketus. Arnand mengerutkan kening nya heran. Bisa juga serius ternyata, fikir Arnand.

" Nand, bukan gue. Sya aja yang cari gara-gara. " Aluna berusaha membela dirinya. Dih, apa-apaan ini, bohong nya nggak berbakat banget. Kalau mau ngeles itu tungguin saksi mata nya pergi dulu. Arnand kan punya mata. Bathin Sya.

"Benar seperti itu Sya? sudah berapa kali saya bilang, jangan buat masalah...! " Arnand benar-benar buta, nggak liat apa Sya cuma korban di sini.

"Hukum aja Nand, nanti nambah ngelunjak lagi dibiarin. " Usul Aluna tak membiarkan gadis itu lolos sedikitpun. Sya sekali lagi hanya tersenyum, tenang, dan santai.

" Afriel Anatasya Afshein, jawab saya. " Sebenarnya Arnand tau Sya tidak bersalah hanya saja dia sedang berusaha masuk kedalam teka-teki pemikiran gadis itu.

"Kalau pun saya bilang tidak, emang anda percaya? Percuma dong saya bicara, kecuali anda keluarkan honor buat suara saya. " Jawab Sya sambil tersenyum simpul. Arnand benar-benar tak habis fikir dengan gadis itu. Segitu tak berharga kah pembelaan untuk dirinya sendiri nya.

" Udah lah Nand, langsung hukum aja. " Aluna begitu tak sabar melihat Sya menderita. Arnand sama sekali tidak mengubris ucapan Aluna barusan.Saat ini, ketos itu hanya penasaran seberapa kuat gadis ini mempertanggung jawabkan kesalahan orang lain.

"Lah, sekretaris memerintah ketua, kayak nya dunia udah mau kiamat. Mana gerah lagi. " Ucap Sya sambil mengipas-ngipaska tangan nya. Arnand belum juga bisa membaca jalan fikir gadis yang berada didepan nya ini.

" Ok, Anatasya ikut saya. "Arnand bingung sendiri hukuman apa yang akan diberikan nya kepada gadis tak berdosa ini. Bukan berarti dia tidak adil hanya saja Sya sendiri yang tidak mau mengakui kebenarannya.

" Thanks, udah kasih kesempatan buat gue berduaan sama Arnand. " Bisik Sya sebelum pergi mengejar Arnand yang sudah duluan keluar. Tentu saja Aluna sangat geram, bagaimana bisa dia terjebak dengan permainan nya sendiri. Lagi, lagi, dan lagi Sya hanya tersenyum, kali ini adalah senyum kemenangan.

"Hormat." Suruh Arnand setibanya mereka dilapangan.

" Dih koran, galak amat. Jangan kan anak orang, anak harimau aja bisa kabur kalau kayak gini. " Arnand berusaha menahan senyum nya didepan Sya.

Setidak nya bahasa Sya sudah tidak se formal tadi, bathin Arnand.

"Lah, nih Bendera kapan ya berubah warna? perasaan merah putih mulu, nggak kasihan apa sama yang dihukum, lama-lama kan bisa mati kebosenan. " Gerutu Sya yang semakin memancing senyuman Arnand.

" Buktinya, lo aja yang setiap hari liatin bendera nya masih idup. " jawab Arnand terkekeh pelan.

" Yaudah deh, kalau gue nanti mati gue di yasinan sama bendera aja. Biar malaikat Munkar Nakir bosen nanya gue dialam kubur." Sya kembali pada mode konyol nya.

" Nggak nyambung Anatasya... " Ngawur mulu setiap dihukum jangan-jangan nih tiang bendera punya penghuni lagi. (firasat author aja.)

"Emang nya Indonesia ya? yang dari sabang sampai merauke harus sambung menyambung menjadi satu. " Huftt, Arnand menarik nafas nya frustasi, seperti dia salah orang, ngajak perang.

"Susah ya, kalau ngomong sama pelawak. " Sindir Arnand lemas sendiri.

"Siapa yang pelawak? " Gersek emang.

"Pak kumis sama Pak ganteng. " Balas Arnand asal. Percayalah ada kebahagiaan tersendiri dibalik kekesalan Arnand.

"owh." Jadi benar nih, nggak peka emang.

" Ya lo lah, siapa lagi Afriel Anatasya Afshein." Geram laki-laki itu, seperti dia perlu berlatih kesabaran yang lebih tinggi lagi.

" Gue? Berarti lo merasa terhibur dong sejak tadi." Wajah serius gadis itu benar-benar membuat Arnand gemas sendiri.

" Btw, lo kok nggak pernah bisa berubah? " Tanya Arnand sangat penasaran.

" Ya gue nggak punya kekuatan buat berubah jangan kan jadi power rangers.Jadi Ultraman aja kagak bisa. " duh, ngelantur banget sih.tuh otak isinya apaan? bingung dah...

" Gue serius. "

"Bosen gue jadi orang baik mulu." kok gitu? jawaban apa lagi itu Anatasya? Please deh, Author pusing tujuh keliling.

"Emang pernah jadi orang baik? " Ledek Arnand mengingat kenakalan Sya selama ini.

"Hm,,, Nggak juga sih. " Astaga, stop Sya. Author udah nggak kuat.

" Ya elah, terus kok bisa merasa bosen, coba aja belum pernah. " Oh no, Arnand benar-benar frustasi berhadapan dengan seorang putri Afshein ini.

" Ya, bayangin aja. Gue salah tetap dihukum, gue benar juga dihukum, mending salah aja biar nggak ngerasa terzholimi teros." Arnand mengerjapkan mata nya mendengar pengakuan Sya barusan. sebenarnya dia juga tau saat ini gadis itu benar-benar tak bersalah.

" Ups,, abaikan saja. " Sambung Sya baru menyadari ucapan nya barusan.

***