webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Fantasy
Not enough ratings
402 Chs

Bab 48 - Terbentuknya Party "New Riding" Part 1

"maaf agak lama,!!! tadi aku mengecek keadaan Harpic terlebih dahulu,!!!" ucap Arman seraya meletakkan makanan penutup buatannya dan juga bir, melihat Arman yang kerepotan Rini lantas berdiri dan membantunya.

"terimakasih Rini,!!"

"sama - sama man,!!!"

Setelah meletakkan makanan penutup dan menuangkan bir di semua gelas, mereka lantas kembali duduk ditempat mereka.

"terus gimana keadaan Harpic man,?!? kenapa kamu tidak mengajaknya kesini, bukankah ini cukup luas untuknya,?!?" tanya paman Rasyid sambil mengambil potongan kue lalu meletakkan di piring kecilnya.

"dia tertidur pulas paman,!! aku tidak tega untuk membangunkan dirinya,!!!" jawab Arman yang ikut mengambil potongan kue juga.

Mereka sedang menikmati makanan penutup buatan Arman, kali ini tidak ada keributan seperti makan malam tadi, itu dikarenakan Ridho dan Irwan tengah kekenyangan sehingga tidak sanggup untuk berebutan makanan lagi.