Suara dentuman musik remix menggema diruangan yang kini riuh karena asyik berjoget, club semakin ramai. Bau alkohol, rokok bercampur padu dan menyengat. Tapi tak berpengaruh pada Farhan yang kini duduk di sofa, memandang bosan dance floor yang terdapat pasangan menari meliuk-liukkan tubuhnya.Vodka yang Farhan minum setengah, walaupun belum mabuk tapi Farhan merasa risih ketika seorang cewek berbaju ketat selutut mendekatinya.
"Main yuk, kenapa diam aja? Gak mau gabung?" tanyanya centil, ia merangkul pinggang Farhan.
Pandu yang tak jauh dari Farhan pun memotret posisi tersebut, Pandu merasa mual berlama-lama ditempat laknat ini, bercampur bau yang menbuat kepalanya bereaksi pusing. Pandu cepat-cepat keluar dari club ini.
'Hm, belum tentu yang baik itu hatinya juga sama. Hanya menipu pandangan semua orang agar dipandang hormat dan disegani, ketika merasa tersaingi dan di singkirkan rasa iri pun timbul.'
🌸🌸🌸
Bu Ghina masih tak percaya dengan sebuah foto yang dikirim akun tak dikenal menampilkan sisi kelam Farhan. Padahal Try Out masih seminggu lagi.
"Karena kamu sudah melanggar peraturan lebih parah, silahkan berikan surat ini ke orang tuamu. Semoga ke depannya bisa baik dan ini menjadi pelajaranmu." Bu Ghina memberikan amplop coklat, surat panggilan orang tua sekaligus Farhan dikembalikan.
"Baik bu, terima kasih." Farhan baik-baik saja, ini yang ia mau.
🌸🌸🌸
"Bosen ya?" Rangga menatap Bela yang bermain game di ponselnya, masih di rumah sakit, besok Rangga akan diperbolehlan pulang. Mengenai sifat ketusnya pada Virgo dan Pandu sudah mereda, Virgo menjelaskan dengan menunjukkan foto kebersamaanya baik di tempat nongkrong atau rooftop ketika jamkos.
"Iya bosen, pingin sekolah sih. Tapi mau gimana lagi, kata Angkasa keadaan belum membaik. Belum buat surat izin lagi, jadi bolos 3 hari kan." Bela meletakkan kembali ponsel Rangga diatas nakas.
Dilihat dari dekat Bela cantik, bulu mata lentik, alis tipis sempurna, dan bibir mungil merah asli. 'Nih cewek masih jomblo kan? Bolehlah gue nyalon jadi pacarnya?'
Merasa diperhatikan Bela menatap balik Rangga yang kini tak berkedip. "Iya-iya, gue cantik kok. Maklum banyak yang antri." ucap Bela percaya diri.
"Iya, cantik. Masih jomblo kan? Kalau gue daftar jadi pacar lo gimana?"
Bela memalingkan wajahnya, baper dan blushing. Menolak? Justru Rangga juga tak kalah tampan dari Angkasa, seperti ke-bulean. Lumayan sih memperbaiki keturunan kan?
"Jangan mudah baper, kalau belum pasti nanti tambah sakit hati. Tapi kalau gue pasti kok, gak bakalan gantungin perasaan kayak jemuran."
Bela kembali menatap Rangga. "Oh? Masa? Te-" ucapan Bela terhenti saat ponsel Rangga menampilkan nama Virgo. Ah, nada deringnya saja sama, circles.Ah baper lagi.
Rangga mengangkat teleponnya, suara bahagia toa ala Virgo langsung menyerbu telinganya.
"Yayayayayy, Farhan udah out pemirsa. You tau? He sudah melanggar peraturan, dari a photo sebagai buktinya." Virgo mengeluarkan suara cemprengnya, ponsel Rangga yang tak ludspeaker pun sudah terdengar.
"Eh, tapi kan belum tentu bebas sih." Virgo menurunkan volumenya, beralih sendu.
"Iya terus?"
"Hm, kita minta sama Igo aja biar lo sama Bela itu aman terkendali tanpa ada yang menyakiti, Igo itu juga punya geng lagi sih, tapi gak sebanyak punya Farhan. Cuman ada tiga orang yang semuanya jago kungfu, tapi ya mana mungkinlah tiga ekor itu kan di Bandung." Virgo sedih lagi, Igo sudah menghubungi ketiga sahabatnya dulu waktu SMP. Yakin atau tidak Virgo harap masa-masa SMA itu di isi dengan kebahagian, cinta, dan pengalaman nakal yang pernah ia lakukan bersama para gengnya.
"Yaudah babay dulu, sebelum kepergok guru kalau alasannya cuman nelepon kamu. Eaa, wasekkk."
Rangga menatap Bela yang kini membaca novel, cewek ini selalu mencari kesibukan. Tak ada perbincangan diruangan ini, terasa canggung dan tak tau apa yang ingin diungkapkan.
🌸🌸🌸
"Ciee yang lagi kasmaran sama Manda." goda Pandu pada Igo yang kini menatap Manda tanpa berkedip, Igo sudah bercerita dan mulai terbuka dengan Virgo dan Pandu, Manda adalah cewek yang dikagumi Igo diam-diam, terkadang Igo meletakkan surat cinta di loker, atau sticky note di spidometer sepeda Manda.
"Jangan di liat terus, suka dalam diam itu berarti siap menerima rasa sakit. Suka tapi hanya sendiri apakah menyakiti diri sendiri?" Pandu meniru suara Rangga yang dulunya pernah menegurnya karena Fara sudah diambil oleh Dirga, salah satu anggota tim basket yang juga populer walaupun wajahnya hanya biasa tak setampan dirinya.
"Mau deketin Manda gimana kalau dia aja galak sama cowok yang dikenal." keluh Igo, ia pernah mendapati Manda yang saat itu melempar sebuket bunga yang diberikan pada cowok genit, termasuk kategori badboy dan keluar-masuk BK.
"Kamu mau kan jadi pacarku?" tanya cowok seragamnya yang dikeluarkan. Ia bersimpuh menatap penuh harap pada Manda, siapa cowok yang berhasil meluluhkan cewek cuek berarti ia hebat, teeutama direspon.
Cowok tersebut memberikan sebuket bunga mawar merah, harumnya pun tercium wangi. Manda yang kesal pun melempar bunga itu ke sembarang arah."Heh! Lo pikir gue itu udah meninggal? Bunga mawar itu berduri, bisa menyakiti tangan, harumnya wangi, tapi tangkainya dapat menyakiti."ucapan Manda begitu menusuk, ia melangkah pergi. Cowok tersebut hanya tersenyum miris, susahnya meluluhkan hati cewek cuek. Gombalan tak mempan, ketampanan tak mempan, kehumorisan? Belum tentu juga mempan.
🌸🌸🌸