Pandu mencoba memalingkan wajahnya. Virgo kini berusaha menyuapkan roti isi stroberi kesukaannya, tapi mengenai hal kemarin Pandu tak akan melupakannya. "Gak mau go, emang gue balita?"
Seisi kelas yang menatap mereka pun tertawa.
"Kalau Pandu ngambek gue bisa kok beliin roti stroberi sama pabriknya sekalian. Kalau cemberut gitu kan gantengnya luntur."
"Untung masih jomblo, kapan sih Pandu itu bisa peka sama perhatian gue?"
"Halah, lo modus! Ngapel Pandu di perpustakaan, tapi aslinya lo anti kan sama buku-buku bacaan yang bikin kepala pusing keliling tujuh?"
Angkasa yang bagian mengawasi didepan pintu pun langsung kembali ke tempat duduknya. Galang sang ketua kelas hari ini izin karena ada acara keluarga. "Bu Risti datang tak pulang." Angkasa heboh sendiri, keadaan langsung sunyi. Kemudian disusul langkah sepatu high heels bu Risti yang memasuki kelas. Virgo langsung menyumpalkan seluruh roti ke dalam mulut Pandu secara paksa. Ketahuan makan siap-siap menyapu halaman!
"Ngwpain nywapin gwe?" tanya Pandu yang masih berusaha menelan roti yang membuatnya kesusahan menelannya, pipinya menggembung.
Bu Risti yang mendengar suara sebelum pelajaran dimulai menoleh pada Pandu, berusaha menahan tawanya. "Pandu, habiskan dulu makanannya. Kali ini kamu selamat karena saya masuk saat makanan kamu telan dengan susah payah. Itu lebih bagus Pandu, daripada masih ada tak dibagi-bagi pula." tak ada angin dan badai bu Risti tak menghukumnya?
'Sialan go, lo buat pipi gue tembem sementara. Jadi turun kan kewibawaan gue sebagai geng Elang?'
Angkasa yang melihat tingkah Pandu pun tersenyum tipis.'Aku tau kalau kalian adalah sahabatku yang menemaniku selama ini, berusaha terlihat baik-baik saja. Namun berbeda dengan hatinya.'
🌸🌸🌸
Igo mendengus kesal ketika Farhan duduk disebelah mejanya.
"Kalian jangan sampai keluar yah dari geng gue. Ya, lo tau kan resikonya apa?" Farhan kini tengah menyindirnya, berita tentang Igi yang dikeluarkan dari geng Farhan pun menyebar. Tapi tetap tak ada yang berani dengannya, ini berkat geng Elang.
"Ya gak lah bos, mana berani kan. Sama aja cari mati." tambah Niko memgompori.
"Oh baguslah, jangan deket-deket sama pengkhianat yah." saran Farhan lagi seakan Igo sudah terbuang dengan mudahnya dilupakan, pura-pura tak mengingat kalau dirinya juga pernah menolong Farhan kala cowok itu sedang butuh aa-apa.
Virgo yang tau pun mencoba menyuapkan satu cilok berisi telur puyuh. Baikan dengan Pandu? Traktir saja sehari dikantin. "Jangan didengerin, aku suapin ini buat kamu. Gimana, enak?" Virgo mengubah suaranya seperti banci kaleng di rambu lalu lintas.
Igo pun mulai terhibur. Ia menerima suapan pertama dari Virgo, Pandu? Oh dia sedang di perpustakaan, harus menaik daunkan lagi wibawanya, Igo sudah tau sifat Pandu yang pernah Virgo ceritakan. Cemberut, marah tiba-tiba, dan galau. "Angkasa kok jarang gabung?" tanya Igo mencari topik, jujur ia masih canggung dengan Virgo dan anggota geng Elang lainnya mengingat dirinya tak terlalu ekstrovert, Igo akan lebih terbuka dan nyaman dengan Farhan. Ah, kepikiran lagi.
"Hm, akhir-akhir ini kan Angkasa ke perpustakaan sama Bintang dan Bela, untung ya akur, katanya sih belajar bareng. Saling share ilmu biar nilainya gak dibawah KKM." jawab Virgo, ia mulai teringat akan percakapan telepon dengan Angkasa kemarin malam, tentang Bintang.
"Angkasa itu cuek ya? Tapi apa ada yang bisa menaklukan hatinya?" Igo mulai kepo, teetular sifat Niko yang ingin tahu. Geng Rajawali lagi, ingin melupakan tapi tak bisa menghindari sebersit kenangan dulu.
"Cuekkk bangettt kayak hewa-" mulut Virgo dibungkam dari belakang oleh Angkasa. "Hewan apa? Saya manusia." Angkasa membenarkan, serius.'Jangan serius sa, ingatan lo aja udah pulih.'
Bintang dan Bela duduk bersebelahan. "Gue mau makan a-" belum sempat Bintang menyelesaikan ucapannya bel istirahat telah berakhir. "Ck, pingin makan. Pusing juga mikirin pelajaran, apalagi percintaan." perkataan Bintang yang terakhir sontak membuat Angkasa merasa, tapi ia masih lebih memendam, suka dalam diam. Ia tak tau harus mengungkapkannya bagaimana.
"Ngapain lo telepon gue tengah malam? Gue kira itu sms peringatan dari operator kalao kuota gue habis." Virgo menggerutu, baru saja terlelap 30 menit dan dering nada wooden perc mengagetkannya.
Angkasa terkekeh diseberang telepon, Virgo tak akan marah. "Gue cuma mau curhat tentang perasaan gue ke Bintang."
Diam selama 1 menit, merasa tak ada sahutan Angkasa berbicara lagi. "Go, lo masih hidup dan betnafas kan?" Angkasa cemas, dan Virgo menjawabnya dengan teriakan seperti toa padahal ia tak menyalakan loadspeaker.
"OMG MIYAUW, ANGKASA JATUH CINTA? SAMA SIAPA?!" Virgo mulai heboh, kepala kejedot jendela melupakan nama Bela kini mencari pengganti entah dengan siapa?
Angkasa menjauhkan ponselnya. "Bintang," bisik Angkasa lirih. "Kenangan itu tak bisa saya tepis, apalagi menghindarinya."
"Gue bantu kok sa, pakai kode. Biar Bintang peka. Atau gue buatin puisi terus lo siarin ke seantero sekolah? Biar Bintang tau kalau lo itu suka, tau sendirilah Bintang itu mikirnya lemot dan butu dijelasin menghitung keliling bumi baru faham?"
"Anda masih waras? Nanti saya dimarahi bu Ghina!" Angkasa agak geli membayangkannya, terlalu romantis.
"Ya terus gimana? Menurut gue sih itu udah romantis."
Dan sambungan pun terputus, Angkasa marah? Atau bingung?
🌸🌸🌸