webnovel

ANGGITA and HER STORIES

Patah hati berulang kali tidak membuat Anggita putus asa mencari pengganti. Sampai akhirnya, kedua orang tuanya menjodohkannya dengan Alfa, sang pangeran es di sekolahnya. Namun, hubungan Anggita dan Alfa yang masih seumur jagung harus terusik karena hadirnya mantan pacarAlfa, yaitu Venus. Hingga suatu hari, Anggita bertemu dengan Afkan, si cowok tengil, baik hati yang selalu ada untuk Anggita.Tanpa direncanakan keduanya mulai dekat. Gara-gara Afkan, perlahan Angita bisa melepaskanAlfa. Masalahnya, saat Anggita mulai terbiasa dengan Afkan, Afkan justru pergi meninggalkannya dan Alfa mulai mengejarnya. Haruskah Anggita kembali lagi pada Alfa? Atau ia tetap hidup dalam bayang-bayang Afkan?

BebbyShin · Teen
Not enough ratings
26 Chs

Empat belas

Happy Reading!!!

Vote dan Komen jangan lupa ya

❤️❤️❤️❤️❤️

mamaciiihh 😘😘

🌻🌻🌻🌻🌻

'Kak Alfa emang ga punya perasaan yang sama kayak Gita deh,' Gita bermonolog dalam batinnya.

Gita memandang lurus jalanan di depannya. Pikirannya terburai, perasaan cemburunya ternyata hanya sepihak. Alfa tidak pernah punya perasaan yang sama dengan dirinya.

Kemarahan Alfa akibat ucapan Andrew tadi di resto, itu karena Alfa malu dilihat banyak orang. Rasanya dada Gita terasa sakit dan ingin rasanya menangis, tapi Gita harus menahannya. Gita tidak boleh menangis dihadapan Alfa, tidak boleh. Ya harus bisa ditahan.

Sampai di halaman rumah, Gita bergegas ke luar mobil sampai tidak sadar membanting pintu mobil dengan kencang membuat Alfa kaget. Gita meninggalkan Alfa begitu saja masuk ke dalam rumahnya dengan ekspresi datar. Alfa hanya diam sambil memandang punggung Gita yang menghilang ketika masuk rumahnya tanpa berbicara sepatah kata pun.

Cowok dingin itu memilih langsung pulang ke rumahnya dibanding mengejar Gita, karena saat ini pikiran di otaknya bercabang-cabang. Dia lebih memprioritaskan belajar untuk persiapan cerdas cermat yang akan diikutinya bersama Ivonne, tiga hari lagi.

Airmata Gita meleleh begitu saja,  rasanya berkali-kali tersakiti oleh orang yang sama itu melelahkan. Bagaimana mungkin cinta dan bodoh hanya beda tipis, setipis helaian rambut.

Gita menelungkupkan wajahnya di atas kasur, agar suara tangisnya teredam tidak terdengar oleh mamanya. Setelah cukup puas menangis,  Gita mengambil ponselnya dan mengotak atik isi feed instagramnya. Gadis itu memilih untuk menghapus semua foto yang pernah di uploadnya termasuk foto Alfa.

Ponsel Gita bergetar, muncul nama yang belakangan ini menjadi teman di kala hari-harinya sepi. Andrew.

Andrew, cowok yang terang-terangan mengatakan suka pada Gita di depan Alfa itu mengiriminya chat untuk menanyakan perihal Gita menghapus semua foto di Instagram. Mungkin saja kebanyakan orang di luar sana banyak yang menerka alasan Gita menghapus semua foto yang pernah ada di Instagramnya.

- Gue ga kenapa-kenapa. Mau rapiin feed Instagram aja.- Ketik Gita untuk balasan pada Andrew.

"Kayaknya gue emang harus bener-bener cari pacar aja deh. Perjodohan sama kak Alfa kan juga belum tentu di laksanain sama mama papa. Dari pada merana begini mendingan pacaran sama orang lain," Gita bermonolog.

🌻🌻🌻🌻🌻

Sebuah motor merah sport terparkir di depan pagar rumah Gita. Gita segera berlari bergegas setelah berpamitan dengan mamanya. Mama Gita sampai terheran-heran mengapa anaknya pergi sekolah pagi-pagi sekali dan terburu-buru.

"Thank you, Drew. Udah jemput gue pagi-pagi gini!" ucap Gita pada Andrew.

"Santuyy aja, Git. Apa sih yang ga buat lo." kata Andrew sambil menyodorkan helm pada Gita.

Ucapan Andrew sukses membuat Gita menarik sudut bibirnya ke atas, tersenyum lebih lebar.

Sepanjang perjalanan Andrew dan Gita banyak bertukar cerita, tentang kesukaan mereka masing-masing. Gita merasa cukup nyaman dengan Andrew, meski pun perkenalan mereka terbilang cukup aneh. Tapi Gita tidak akan mempersoalkan mengenai itu.

Saat ini fokus Gita hanya mencari kebahagiaannya sendiri di masa mudanya. Gita tidak ingin menua sebelum usianya menghadapi ketidak pekaan Alfa terhadapnya.

"Jadi, nanti siang gue jemput lo, kan?" tanya Andrew saat Gita mengembalikan helm yang dipakainya ketika sudah sampai di depan gerbang sekolah.

"Hm, ntar gue hubungi lo deh, takutnya gue ada les tambahan mendadak. Guru gue suka gitu soalnya." kata Gita ragu.

"Oh, ya udah deh kalo gitu, ntar lo kabarin gue aja. Lo belajar gih yang rajin. Gue cabut dulu ya, Git. Love you." ucapan  Andrew membuat Gita terdiam di tempat sambil menatap kepergian Andrew dengan motor besarnya.

Kata-kata yang diucapkan Andrew tadi, sukses membuat rona merah timbul begitu saja di pipi. Andrew dengan segala perhatian dan keromantisannya membuat Gita meleleh.

Dengan langkah riang dan senyum lebar mengembang di wajah cantiknya, Gita berjalan menuju kelasnya. Gita juga mendadak ramah, menyapa semua orang yang sedang berada di koridor sepanjang jalan menuju kelasnya. Pagi yang cukup indah dan menyenangkan untuk Gita.

🌻🌻🌻🌻🌻

Alfa menatap Gita dari kejauhan. Calon istrinya tersebut sedang asik bercanda gurau dengan sahabatnya. Rasa kesal timbul di hati Alfa, saat mengingat sikap Gita yang seenaknya tadi pagi. Pergi ke sekolah sendiri tanpa memberinya kabar. Namun,  lagi-lagi saat ini Gita bukan prioritasnya. Alfa tetap lebih memilih fokus untuk olimpiade cerdas cermat mewakili sekolahnya, mengesampingkan Gita terlebih dahulu namun, masih mengawasinya dari kejauhan.

Seperti saat ini, saat Alfa berjalan ke perpustakaan, Alfa menatap lekat Gita. Sedangkan Gita tidak begitu memerdulikan keadaan sekitarnya jadi, gadis itu hanya diam saja.

"Kak Alfa sm Kak Ivonnie ngewakili sekolah kita di Oimpiade Sains, mereka berdua keren!" kata Amel bersemangat pada Gita.

Gita menoleh, lalu memutar bola matanya malas sembari mendengar ucapan sahabat baiknya yang sedang memuji Alfa.

"Lo harusnya bangga, Git. Pacar lo itu selain ganteng, dia juga berprestasi. Paket komplit kayak roti, spesial kayak nasi goreng," puji Amel.

"Dia B aja di mata gue. Terserah deh, dia mau apa. Gue ga peduli. Gue udah punya Andrew, Mel. Jadi, gue ga mau lagi sama patung es itu." ucapan Gita sukses membuat Amel shock.

"Hah? Apa? Lo pacaran sama Andrew- Andrew itu?" tanya Amel keras, Gita membekap mulut toa Amel.

"Mulut lo, Mel, astaga! Toa banget sih." desis Gita membuat Amel manyun.

"Duh, Gita. Lipgloss gue ilang semua nih. Ck! Ngapain sih pake bekap-bekap mulut gue, kalo gue kenapa-kenapa gimana?" rengek Amel.

"Lagian, mulut lo, toa banget sih. Astaga! Nyesel gue ngasih tau ke elo," kesal Gita.

"Ya, kan gue shock, anjrit! Lo beneran pacaran sama Andrew? Terus Kak Alfa mau lo ke mana-in? Lo mau ada perang dunia ke-7 ya?" tanya Amel.

"Lebay lo, perang dunia ke-7, ngelewatin berapa perang tuh, langsung loncat ke tujuh." ketus Gita membuat Amel kesal.

"Itu istilahnya doang, Dodol! Hiperbola dikit! Tapi serah lo deh, Git. Yang jelas, gue ga setuju lo pacaran sama Andrew. Kak Alfa jauh lebih segalanya dibanding Andrew-Andrew itu," kata Amel.

"Kenapa ga lo aja yang pacaran sama Kak Alfa? Kalo emang dia perfect menurut lo." ucapan Gita membuat Amel menatap sinis Gita.

"Kalo emang Kak Alfa dari awal mau sama gue. Tanpa lo suruh juga, gue mau sama dia. Well, gue tau dia itu dingin, tapi kalo bisa mengerti dia dengan sikap dan sifatnya begitu, gue yakin dia lama-lama luluh juga. Cuma lo aja yang ga sabaran ngadepin sifat Kak Alfa yang begitu. Lo egois Git!"

"Lo lupa? Kak Alfa yang nyelamati lo saat lo dipermaluin. Dia ga sedingin yang lo pikirin." ucap Amel panjang lebar lalu meninggalkan Gita sendirian.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Gita duduk sendiri di kursi panjang koridor kelasnya, menanti kabar Andrew yang sudah Gita hubungi sejak setengah jam lalu. Suasana sekitarnya sudah mulai sepi, Gita menoleh ke segala penjuru arah dan matanya tertuju pada sosok yang mulai dihindarinya. Alfa.

Alfa berjalan beriring dengan Ivonnie dari perpustakaan menuju kelas mereka. Tampak keduanya sangat serasi, hal yang paling tidak ingin Gita lakukan adalah mengakuinya. Hatinya masih sakit, saat Alfa mengabaikannya seperti hari ini, Alfa sama sekali tidak menanyakan perihal Gita pergi ke sekolah sendiri. Gita kecewa terhadap sikap Alfa padanya.

Gadis itu melirik jam tangan yang melekat dipergelangan tangannya. Sudah satu setengah jam berlalu, tapi Andrew tak kunjung memberikan kabar. Nomor ponsel Andrew tidak aktif, chat yang dikirimkan Gita pun tidak dibalas hanya dibaca. Gita mulai kesal melirik ponselnya. Ke mana Andrew?  Itu yang menjadi pikiran Gita saat ini. Gita khawatir Andrew kenapa-kenapa di jalan.

Gita berjalan menuju gerbang, menanyakan pada satpam sekolahnya, apa ada cowok, anak sekolah lain yang mencarinya untuk menjemputnya pulang. Tapi pak satpam menjawab dengan polosnya, tidak ada.

Perasaan Gita semakin teraduk-aduk. Saat dirinya dilema dengan rasa khawatirnya, sebuah notifikasi masuk. Gita bergegas mengeceknya, berharap itu kabar dari Andrew namun, sayangnya itu adalah notif grup kelasnya. Weni, salah satu teman kelasnya baru saja diberi surprise oleh kekasihnya. Hari ini ulang tahunnya dan tadi Gita diajak untuk merayakannya di salah satu kafe setelah pulang sekolah ini, tapi Gita menolaknya secara halus.

Gita kembali duduk berharap ada kabar dari Andrew, karena Gita takut jika dirinya pulang sendiri nanti Andrew kecewa jika Andrew datang dan tiba-tiba Gita meninggalkannya.

Gadis itu memilih untuk melihat-lihat instastory milik teman-temannya. Matanya terbelalak kaget ketika melihat instastory milik Kiki, yang terkenal sebagai sahabat karib Weni. 3 menit yang lalu, terlihat Kiki membuat boomerang bersama cowok yang sangat Gita kenal, yaitu Andrew. Airmata kesal Gita luruh begitu saja.

Gita tidak habis pikir, Andrew tega membuatnya menunggu lama di sini dan dia asik dengan kesenangannya bersama Kiki. Rasanya Gita seperti orang bodoh yang menghabiskan waktu 2 jam cuma buat mengkhawatirkan orang yang tidak pantas dikhawatirkan.

"Ayo pulang." Suara berat yang sangat familiar di telinga Gita membuat Gita dengan cepat menoleh.

Sosok Alfa sudah berdiri menjulang di depannya. Selalu dengan tampang datarnya, seakan tidak memperdulikan tangisan Gita.

Alfa mengulurkan telapak tangannya ke depan tubuh Gita, tindakan itu membuat Gita berhenti menangis dan menatapi tangan itu dengan lekat. Gadis itu tidak menyangka kalo Alfa bakal ngelakuin hal itu padanya.

"Sudah sore, ayo pulang!" Alfa menarik kembali tangannya dan memasukkannya ke dalam kantung celana abu-abu miliknya, berjalan pelan menuju mobilnya.

Mau gak mau, Gita menurut saja. Mengabaikan rasa kecewa dan cemburunya kemarin pada Alfa. Mengekor Alfa dan duduk dalam diam di sebelah gunung es itu. Pada akhirnya, Gita kembali lagi ke Alfa. Dan mereka kembali lagi menjadi orang asing di dalam mobil, sibuk serta gengsi dengan pikiran masing-masing.

🌻🌻🌻🌻🌻

Kamu itu rumit,  dipertahankan sakit,

ditinggalkan jauh lebih sakit

- BebbyShin -

🌻🌻🌻🌻🌻