2 Tidak Menutup Kemungkinan

Xavier buru-buru berdiri dari sesi berjongkoknya ketika melihat sosok Dewa Tur berjalan mendekat ke arahnya. Beberapa pengawal malaikat berjalan di belakang Dewa Tur dengan gagah, menjaganya.

Hingga tak lama kemudian, Dewa Tur tanpa ragu berhenti tepat di depan Xavier, membuat Xavier merasa senang untuk beberapa alasan.

"Salam hormat, Dewa Tur. Malaikat ini mengagungkanmu dengan tulus," kata Xavier seraya membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

Di depannya, Dewa Tur menggoyangkan pelan lengan jubahnya pada Xavier, meminta Xavier untuk kembali berdiri dengan tegap. Dan dengan begitu, Dewa Tur pun menerima penghormatan yang diberikan oleh Xavier.

"Sudah bertahun-tahun sejak kamu berlutut di istana ini sepanjang waktu. Apakah kamu masih belum menyerah untuk menjadi manusia?" tanya Dewa Tur rendah. Nada bicaranya terdengar sangat berwibawa.

Xavier tidak menatap langsung kedua mata Dewa Tur. Itu tidak diperbolehkan dan juga menjadi larangan. Menatap Dewa Tur dan Dewa-Dewa lainnya tepat di mata sama saja sebagai simbolis menantang. Karenanya, ketika malaikat-malaikat kecil seperti Xavier berharapan dengan para Dewa, mereka kebanyakan lebih memilih menatap bagian dagu ketimbang bagian wajah lainnya. Sama halnya seperti Xavier saat ini.

"Aku ... aku masih mengharapkan kerendahan hati Dewa," aku Xavier jujur. "Selama aku hidup, aku masih memiliki harapan. Dan sudah bertahun-tahun sejak aku berlutut di depan istana seperti ini, namun Dewa tidak mengusirku dari surga setelah mengetahui kalau tujuanku berlutut di sini adalah karena ingin menjadi manusia. Karena hal itu pula, aku pikir akan ada waktu di mana Dewa akan mewujudkan mimpiku. Aku hanya perlu bersabar dan meminta kerendahan hati para Dewa," sambung Xavier tak mengurangi rasa hormatnya pada Dewa Tur Yang Agung.

Dewa Tur tersenyum kecil. Dia sudah tahu sejak lama kalau ada sesosok malaikat yang ingin mengubah nasibnya untuk menjadi manusia. Bukan hanya Dewa Tur saja yang tahu, melainkan semua Dewa yang ada di sini juga mengetahuinya.

Ini adalah kasus pertama yang pernah ada, di mana sesosok malaikat ingin mengubah nasib menjadi manusia.

Dewa Tur pikir, dengan mengabaikan malaikat itu selama jangka waktu tertentu, malaikat itu akan menyerah. Tapi, pada kenyataannya tidaklah demikian.

Malaikat itu selalu datang setiap hari. Jika diusir, dia bergeming dan baru akan pergi dengan sendirinya ketika sudah merasa lelah. Keesokan harinya, ia pasti akan kembali.

"Ikutlah denganku. Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu di dalam," tukas Dewa Tur kemudian.

Tanpa menunggu balasan dari Xavier, Dewa Tur sudah berbalik dan berjalan untuk kembali masuk istana.

Di sisi lain, Xavier sangat terkejut. Tubuhnya mematung selama beberapa saat sebelum tangannya terulur untuk menepuk pipi bagian kanannya, memastikan kalau ia sedang tidak bermimpi.

Dewa Tur ... meminta dirinya untuk masuk ke dalam istana?!

Apakah ... apakah Dewa Tur akan mengabulkan keinginannya menjadi manusia?!

Memikirkan hal ini, kedua sudut bibir Xavier spontan terangkat tinggi. Di dalam hatinya, ia berseru penuh kemenangan pada Huan yang selalu mengatakan kalau Dewa tidak akan mengabulkan keinginannya.

Tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Xavier segera berjalan menyusul Dewa Tur yang sudah masuk ke dalam istana. Pintu besar berwarna putih itu masih terbuka lebar, menunggu Xavier untuk masuk.

Xavier pun bergegas masuk ke sana, dan berharap kalau Dewa benar-benar akan memberinya kerendahan hati.

*****

"Aku sudah membuat keputusan besar yang aku ambil di dalam hidupku. Dan Keputusan ini ... berkaitan denganmu," kata Dewa Tur dengan tatapan menyorot lurus tepat pada manik mata hitam legam Xavier. Tapi, Xavier tentu saja tidak membalas menatapnya.

"A—aku? Apa itu, Dewa?" tanya Xavier penasaran. Ia menyamankan duduknya ketika merasa bahwa ini akan menjadi obrolan panjang dan serius.

Di ruangan yang cukup megah dengan beberapa tiang menjulang tinggi ini, hanya terdapat Dewa Tur dan Xavier saja yang sedang duduk berhadap-hadapan. Beberapa penjaga yang senantiasa berada di sisi Dewa Tur kini sedang menunggu di depan pintu.

"Sejak beberapa waktu kebelakang, aku sudah berdiskusi bersama Dewa Tan—Dewa Perdamaian- dan juga Dewa Nao—Dewa perjanjian-. Hal yang kami bahas adalah mengenai dirimu, Xavier."

Xavier tidak bisa lagi untuk tidak dibuat tertegun. Apakah ... ini adalah hal baik atau buruk?

Jangan bilang kalau Xavier akan dilempar ke neraka?!

Melihat keterdiaman Xavier, wajah tampan nun teduh Dewa Tur kini kian melembut. Ia sudah banyak mendengar siapa itu Xavier sebenarnya. Xavier adalah sesosok malaikat yang patuh akan aturan. Dia tidak memiliki banyak teman dan juga tidak pernah membuat keributan. Satu-satunya hal yang aneh dari Xavier adalah obsesinya untuk menjadi manusia. Hal ini pernah dibahas selama beberapa kali dalam pertemuan para Dewa. Ada yang menganggap kalau Xavier merupakan aib untuk para malaikat, hingga disebut sebagai makhluk suci yang gagal.

Xavier adalah satu-satunya kasus paling langka yang pernah mereka temukan di surga. Karena sebelum-sebelumnya, memang tidak pernah ada malaikat yang mau menukar kesuciannya hanya demi menjadi makhluk fana penuh dosa. Itu sama saja seperti membuang berlian hanya demi sebongkah batu biasa. Tidak sebanding.

Dari semua jalan pikiran Dewa, mereka tidak mengerti bagaimana bisa Xavier memiliki obsesi yang sangat aneh itu. Obsesi yang menurut mereka sangat gila.

"Terkhusus, aku sudah membicarakan perihal impianmu untuk menjadi manusia dengan Dewa Nao. Dia tentunya keberatan, tapi itu tidak menutup peluang kalau kamu bisa masuk ke dunia manusia sebagai manusia biasa," ujar Dewa Tur lagi setelah menjeda sekian lama.

Dapat dilihat kalau bibir Xavier terbuka tertutup beberapa kali, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu namun kalimat yang sudah menggantung di ujung lidah kembali tertelan ke tenggorokan.

"Apakah kamu yakin ingin menjadi manusia?" tanya Dewa Tur memastikan.

Sayap Xavier perlahan namun pasti mulai mengembang, menunjukkan rasa antusiasme yang begitu nyata.

"A—apakah ... apakah aku bisa menjadi manusia?"

"Itu semua tergantung kepada dirimu. Kalau kamu mau menerima tawaran dari diriku dan juga Dewa Nao, itu tidak menutup kemungkinan kalau kamu bisa berubah menjadi manusia dan diturunkan ke bumi di bawah sana," balas Dewa Tur lugas.

Jantung Xavier tiba-tiba saja berdetak dengan cepat. Rasa antusias mulai merebak masuk ke dalam dada.

"Lalu, tawaran macam apa itu, Dewa Tur? Aku akan menerimanya! Aku akan menerimanya!" balas Xavier cepat.

Senyuman yang melengkung indah di paras tampan Dewa Tur tidak pernah luntur. Untuk kali pertama setelah sekian lama, ada seseorang yang memohon kepadanya dengan rasa antusiasme yang begitu tinggi.

"Saat ini, Dewa Nao sedang tidak ada di istana. Kamu bisa pulang dan kembali ke sini esok hari untuk membicarakan tentang penawaran itu dengannya."

Xavier menganggukkan kepalanya tegas. Dia berpamitan pada Dewa Tur dan berjalan keluar dari istana dengan senyum mengembang penuh rasa bahagia.

"Huan! Lihatlah! Aku akan menjadi manusia hahaha!!!"

avataravatar
Next chapter