*JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN. *
*IGEH EMAK JUGA DI FOLLOW DI : @REDLILY123. *
*SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN. *
Selama sisa waktu, Selena hanya diam. Membuat sang asistennya dilanda rasa gelisah sampai sampai dia harus menyuapi Selena.
"Sudah hentikan, aku akan baik baik saja. Aku harus pulang," ucap Selena saat dia mendapatkan pesan dari nomor asing
Dimana seseorang di dalam sana mempekenalkan dirinya sebagai asisten pribadi dan sudah ada di bawah menunggu.
"Aku harus pulang. Tolong bereskan semua kekacauan ini, aku akan bekerja lebih baik besok," ucapnya melangkah pergi dari sana.
Selena langsung bisa mengenali orang yang menjemputnya dari tampilannya yang mengenakan jas; meskipun dia seorang wanita. Yang membukakan pintu untuknya. “Perkenalkan saya Emi, saya akan menjadi asisten pribadi anda. Jika anda butuh sesuatu, katakana saja pada saya, Nyonya,” ucapnya memperkenalkan diri.
“Aku ingin pergi ke Pantai.”
“Um, tidak sekarang, Nyonya. sebentar lagi akan ada Nyonya Rodriguez yang akan datang. Hari ini anda akan pergi ke salon, bersiap dan menyambut beliau.”
“Sepertinya kau memiliki jadwal hidupku.”
“Semua permintaan Tuan Alex, silahkan masuk,” ucap sang asisten.
Selena enggan mengatakan apa apa lagi, dia masuk ke dalam mobil dan diam di sana. Seolah menjadi robot yang dikendalikan oleh remote. Selena hanya diam, dia benar benar dipuncak titik terendah dalam hidupnya.
Dimana dia berfikir kalau ibunya setidaknya tidak akan ikut campur dengan masalah hidunya. Dimana Selena berharap sosok pria yang akan menjadi pendampingnya lah yang akan menggantikan semua rasa sakitnya, dimana dia bisa mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya.
Namun tidak, kenyataannya sekarang dirinya malah menikah dengan sosok pria yang menyiksanya, berada di pihak orangtuanya dan tidak pernah mencintainya. Betapa menyedihkan hidupnya.
“Silahkan keluar, Nyonya.”
Selena juga melakukannya.
“Rambut anda akan diwarnai menjadi warna cokelat muda, sesuai keinginan Tuan Alex.”
Bahkan tubuhnya bukan lagi miliknya.
“Dia juga berharap anda lebih ceria, demi kepentingan semuanya, Nyonya. apa ada sesuatu yang bisa menaikan mood anda?”
Selena mengabaikan pertanyaan Emi dan melangkah masuk ke dalam salon yang dimaksud. “Aku hanya ingin sendirian,” gumamnya menatap penuh kekosongan.
***
Namun, bukan Selena Namanya yang selalu berusaha untuk orang lain. Seperti sekarang, dirinya menatap pantulan cermin, memperlihatkan penampilannya yang terlihat berbeda. Pipinya merah, bukan karena perasaannya yang Bahagia, tapi karena make up yang sempurna.
TOK. TOK.
“Nyonya, Tuan Alex meminta anda turun,” ucap seseorang dari balik pintu.
Ah, Selena lupa kalau sekarang seharusnya dia bersama dengan suaminya menunggu kedatangan sang Bibi, dimana sang asisten menyuruhnya untuk tersenyum dan memperlihatkan kalau keduanya sangat Bahagia.
“Nyonya?”
“Aku akan turun,” ucap Selena segera membuka pintunya, memperlihatkan Emi yang senantiasa berada di sekitarnya. “Apa lagi?”
“Kami akan membawa barang barang anda, Nyonya Rodriguez akan menginap di sini, dan anda akan tidur bersama dengan Tuan Alex. Kamar anda sementara akan dijadikan sebagai ruang melukis.”
“Apa aku bisa menolak?”
“Maaf, Nyonya.”
“Lakukan saja,” ucap Selena enggan berdebat dan membuat kekacauan, lebih tepatnya enggan menyakiti dirinya sendiri dengan berargumen dengan Alex.
Selena turun, matanya menatap sosok yang menunggunya di ruangan megah itu.
“Kenapa kau sangat lama? Apa yang kau lakukan di atas sana? Padahal kau sudah selesai huh?”
“Aku harus memikirkan bagaimana caranya memperbaiki lukisanku yang rusak karena Natalie.”
Dan Alex menggertakan giginya tidak suka. “Lebih baik jaga sikap dan ucapanmu.”
“Kenapa? kau akan menyakitiku lagi?”
Alex terkekeh. “Tidak akan ada yang menjadi investor untuk pameranmu, mereka hanya akan menjadi sampah.”
Dan baru saja Selena duduk, dia memandang Alex dengan mata yang membulat. “Kau tidak ikut campur dalam kehidupanku ‘kan? Pekerjaanku?”
Pria itu terkekeh. “Jika kau ingin mengadakan pameran, maka menurut padaku. Paham?”
“Kau tidak bisa melakukan itu, jangan ikut campur pada pekerjaanku. Kau apakan para investor itu? Kau mengacaukannya ‘kan?”
“Tutup mulutmu atau aku akan merobeknya,” ucap Alex saat mendengar suara moobil masuk ke dalam pekarangan mansion.
“Alex, kumohon jangan yang satu itu. Pekerjaanku adalah obat dari depresiku.”
“Kubilang diam!” teriak Alex yang mana membuat Selena bungkam seketika. Bibirnya bergetar menahan tangisan, dan Alex kesal karenanya. “Kalau kau menangis, aku pastikan karirmu benar benar hancur.”
Lalu tidak lama kemudian terdengar suara wanita paruh baya, “Hallo, dimana keponakanku? Dimana istrinya? Kemarilah sambut bibi.”
****
“Sebenarnya Bibi punya beberapa nama, tapi karena kau adalah keluarga, kau bisa memanggilku Bibi Diane. aku yang membesarkan Alex,” ucapnya sambal menggenggam tangan Selena.
Dan sejauh yang Alex lihat, selena pandai memakai topengnya. “Terima kasih, Bibi Diane. Aku sangat senang dengan kedatanganmu.”
“Maaf aku tidak datang ke perikahanmu. Jujur saja aku kaget mendengar Alex akan menikah. Hei, di aitu bukan pria yang mudah jatuh cinta. Tapi lihat siapa ini.” Bibi Diane mengusap pipi Selena. “Wanita berkelas yang telah menaklukannya, kau bekerja dengan baik, Selena.”
Bahkan acting Selena yang tersipu malu itu membuat Alex muak. “Terima kasih, Bibi.”
“Ekhem.” Alex berdehem. “Makan malam dulu, lalu kalian bisa bercerita nanti.”
Bibi Diane tertawa, dia menggeleng. “Tidak, kau harus langsung naik ke kamar setelah ini. kalian harus membuat anak, bukan begitu? Eh, kenapa kalian tidak bulan madu?”
“Aku banyak pekerjaan, Bibi,” jawab Alex. “Lagipula bulan madu bukan sesuatu yang penting.”
“Kata siapa.” Bibi Diane menatap tidak suka. “Dengar, Alex, kau harus memanjakan istrimu. Apa kau tidak berfikir bagaimana lelahnya melukis? Berikan dia liburan.”
“Kami akan liburan sembari mengantarkan Bibi nanti ke Inggris, bagaimana?”
“Ide yang bagus,” ucap Bibi Diane. “Tapi berjanjilah kalau kalian tidak menunda anak? iya kan?” matanya menatap Selena yang berpaling, tampak malu dan bingung. “Alex?”
“Aku ikut Selena, dia yang mengandung.”
“Nah, bagaimana Selena?” tanya Bibi Diane. “Bibi tidak bermaksud menyinggungmu, tapi kau 4 tahun lebih tua dari Alex bukan? bibi fikir akan lebih baik jika kau segera memiliki anak.”
Selena bingung, bahkan sekarang Alex terkekeh kecil sambal menghindari tatapannya.
“Bagaimana?”
“Ya, aku juga berfikir seperti itu, Bibi.”
“Puji Tuhan, Bibi khawatir kau tidak mau memiliki anak. kau tau bukan bagaimana wanita zaman sekarang. kalau begitu bergegaslah,” ucap Bibi Diane yang sangat Bahagia melihat keduanya. “Bibi baru bisa tenang jika Alex sudah memiliki keluarga yang sesungguhnya.”
Dan Bibi Diane benar benar serius dengan perkataannya, dia langsung menyuruh Alex dan Selena pergi ke kamar setelah makan malam selesai setengah jam yang lalu. Dan tentu saja, ini menjadi poin tersendiri untuk Alex, apalagi sang Bibi menyuruh Alex mendekap mesra istrinya saat berjalan bersama.
“Selamat malam, pengantin baru,” begitu ucapnya melihat pasangan yang menaiki tangga.
Sampai Alex membawa Selena ke kamarnya dan menutup pintu, perempuan itu merasa risih. “Lepaskan tanganmu,” ucapnya berontak, sungguh Alex memegang pinggangnya kuat.
Bukannya melepaskan, Alex malah melemparkan Selena ke atas ranjang.
“Aaaakkhh! Apa yang kau lakukan?”
Alex terkekeh. “Lupa dengan apa yang kau katakan? Punya anak lebih cepat.”
“Tidak, Alex. Kau tau aku hanya berakting. Tolong jangan lakukan ini.”
“Aku akan membuatmu tunduk,” ucap Alex mengambil borgol dari dalam laci.
****
TO BE CONTINUE