webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

46. Devan 2.

"Aku mau kamu bisa dapet kontak ponselnya Lily. Aku tadi sudah lihat semua biografinya. sampai kamu ga bisa dapet nomor ponselnya untukku. kamu saya pecat." Kata Devan sambil menyeringai licik menatap layar monitor dengan biografi Lily liyana di dalamnya.

"Lily, mungkin kamu sudah melupakanku di pertemuan singkat kita 6 tahun yang lalu. Tapi kenapa aku selalu ingin mencari dan berucap terimakasih sama kamu."

"Huh, terlebih lagi kamu sekarang sudah menjadi tipe idealku. Kalau dulu aku kagum sama kamu karena hatimu yang mulia. Sekarang poin plus mu sudah jauh meningkat pesat. Kau sudah menjadi istri dari Juno Mahendra. Hahaha... dunia dunia. Ga nyangka aku akan semudah ini jalan ceritanya." ujar Devan dengan terus menatap gambar Lily di profil biografi.

Flashback on.

6 tahun lalu, sebelum Lily mengenal keluarga Juno Mahendra. Lebih tepatnya saat Lily sedang berada di desa kecilnya. Devan yang tengah kemping bersama teman temannya, dia tersesat hingga akhirnya menemukan sebuah desa dengan keadaan yang sangat kelelahan. Badannya sudah lemas karena 2 hari tidak makan.

Saat itu, Lily dan Mbah dul sedang mencari kayu bakar di perbatasan antara desa dan hutan kawasan. Mereka menemukan Devan tergeletak di bawah pohon dengan bibir pucat membiru dengan nafas yang tersengal sengal. Mbah dul mencari pertolongan hingga warga datang membantu dan membawa Devan ke rumah pak RT.

Sangat jauh memang rute perjalanan yang di tempuh Devan kala itu hingga menguras tenaganya. Kaki dan tangannya terkilir karena terperosok saat menuruni tebing kala hujan deras. Devan sangat mengingat waktu itu dimana saat Mbah dul pergi mencari bantuan. Nafas Devan mulai tersengal sengal, Lily sangat panik karena saat itu juga dirinya tidak membawa air. Dengan sebisanya entah benar atau salah Lily hanya berusaha memberikan bantuan CPR pada Devan.

Itulah ciuman pertama Devan yang di curi oleh Lily tanpa sengaja. Devan kembali bernafas dengan teratur meski kini tubuhnya mulai kedinginan karena sekujur tubuhnya basah kuyup. Lily tak berani memeluk meski dia sudah berani mencuri ciuman pertama seorang pria. Lily hanya terus menggenggam tangan Devan dan meniup niupnya untuk memberikan rasa hangat.

Sayup sayup tak begitu jelas Devan terus melihat wajah Lily yang panik. Lily sama sekali tak tau nama Devan kala itu. Tapi Devan sangat jelas mendengar nama Lily berulang Ulang kali dari warga yang berdatangan dan menanyai Lily perihal ditemukannya Devan.

Mbah dul tak datang sendiri melainkan bersama pak RT dan beberapa tim SAR yang sedang menjelajah hutan untuk menemukan Devan sesuai dengan laporan kehilangan dari teman temannya. Kejadiannya begitu cepat hingga Lily mudah untuk melupakannya. Ciuman itu menjadi rahasia mereka berdua.

Flashback off.

tok tok tok....

"Kak, boleh aku masuk?" Ucap Lily di depan pintu ruang kerja Nando.

"Masuk aja dek" Ucap Nando masih menghadap ke jendela menatap senja.

"Kak, kenapa sih aku lihat beberapa hari ini kakak tuh cemberut terus. manyun terus ada apa? Marahan sama Rania. Hallalin aja udah, biar ga ambekan. Minta di nikahin tuh jelas dianya" Ucap Lily sambil duduk di tepian sofa menatap Nando.

"Udah,Tapi tetep aja ngambeknya jelek." Jawab Nando keceplosan.

"Apa? Serius. Ah bercanda nih pasti. Ga mungkin ah, Masa iya udah di nikahin tapi aku ga di kasih tau" Ucap Lily sambil menarik kursi untuk duduk di dekat kakaknya.

"Serius dek udah, 2 bulan yang lalu."Ucap Nando dengan nada datar.

"Ih, sebel deh ada gitu kakak sendiri nikah ga ngasih tau adeknya. sebenarnya tuh kita keluarga apa bukan sih?" Ucap Lily yang langsung badmood dan berdiri sambil mengoceh pada kakaknya.

"Kita keluarga dek, kita keluarga. Sini duduk deh, jangan marah, kamu dengerin kakak Oke. kakak ngaku kakak salah. Tapi kamu harus tau semuanya. Dengerin ya." Ucap Nando sambil menghela nafas panjang sebelum memulai cerita cintanya dengan Rania.

"Jadi begitu cerita awal mula pernikahan kita dek." Ucap Nando sambil melonggarkan dasinya dan menopang dagunya dengan tatapan bimbang.

"Oke, sampai situ aku paham. Iya kakak termakan dendam. Tapi ga etis juga kalau anaknya yang ga tau apa apa harus Nebus itu semua. Terus lagi, kenapa sekarang dia kabur coba. Kakak udah jahatin dia kayak apa lagi sih?" Ucap Lily yang kini melepas heelsnya dan mensejajarkan kakinya di sofa.

"Aku juga ga tau. Cuman,..."

"Cuman apa lagi?"

Nando memulai cerita sesi keduanya tentang Celine dan Kevin. Mendengar cerita kakaknya membuat Lily melongo dan tak habis pikir. Kecewa, jengkel, sedih semua bercampur membaur menjadi satu. Nando mengusap usap kasar wajahnya. Sesekali Nando meringis memegang perutnya. Lily mendengus kesal sambil memutar bola matanya seperti sedang jengah terhadap sesuatu.

"Hhhh... Dia itu wanita yang baik tau kak, Coba dari cerita kakak. Udah di suruh ambil duit semaunya cuma ambil 50 ribu. Di kasih kartu kredit juga belum sama sekali di pake. Belanja baju atau apa gitu?" Tanya Lily sambil mengerucutkan bibirnya.

"Enggak pernah, dia cuma pakai baju baju yang aku beliin. Terus pergi ini juga kartu kredit di tinggal. Aku tuh bingung banget, basicnya dia itu kan sering dapet siksaan di masa kecil. Jadi aku rasa sendirian dan kelaparan bukan masalah besar buat dia. Aku udah kehabisan akal dek buat cari istriku sendiri." Ucap Nando sambil mengusap usap keningnya.

"Dia Sampek minggat gitu tuh kenapa gitu loh. kakak masih nutup nutupin nih" Desak Lily kesal sambil memijat kakinya.

"Terakhir kali aku ketemu dia di jalan arah mau ke kafe D'music itu. Aku sempet ga begitu respon dia soalnya aku lagi jalan sama Velin" Ucap Nando lalu memulai ceritanya bab Velin.

"Udah fix, dia salah paham dan cemburu sama Velin. Gimana enggak sakit coba mana status pernikahan belum jelas, di jalan ketemu suami lagi sama perempuan lain. udah beberapa hari di hindarin. Kalau aku jadi dia juga bakalan kaburlah." Celetuk Lily sambil mengenakan heelsnya lagi.

"Udah deh ga usah mojokin kakak lagi. Dasar, adek yang ga pernah di manja waktu kecil Ama kakaknya ya gini nih. Gedenya ngelunjak!" Keluh Nando sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hehehe, jangan ngambek dong. Aku kan cuma bilang, kalau aku jadi kak Rania. Tapi kan aku adek mu yang cantik. Udah dong jangan sedih terus. kita cari bareng bareng. Nanti aku kasih tau kak Juno siapa tau dia bisa bantu." Ucap Lily sambil memeluk Nando untuk menenangkannya.

Tak ingin kakaknya berlama lama dalam kesedihan, Lily mengajak Nando untuk makan malam bersama. Karena Nando sudah nampak lebih kurus sekarang.

"Kak, aku rasa kita perlu mengadakan pertemuan keluarga untuk hal ini. Ajak Aldi, dan Kevin. Kita makan malam di rumah ku besok malam okey. Udah jangan sedih." Ucap Lily sambil mencium pipi Nando.

"Hem, ide bagus" Jawab Nando singkat dengan senyum getirnya.

"Bye.. aku pulang dulu ya. Anak anak udah pada nunggu di mobil sama Papanya. Aku yakin kak Juno sudah hampir botak sekarang." Ucap Lily sambil berlalu pergi.

Lily berjalan seorang diri sampai dia naik kedalam lift. Belum sampai pintu lift tertutup rapat, ada sebuah tangan yangng menghadangnya hingga pintu terbuka kembali. Lily tersenyum simpul menyapa orang itu.

"Hai.."

"Iya, hai" jawab Lily.

"Sendirian? Asisten kemana?"

"Kok, anda tidak sopan sekali ya memakai bahasa tidak baku bicara dengan saya? Kita baru saja bertemu siang ini loh, dan anda sangat arogan sekali ternyata." Ucap Lily.

"Baru saja? hhh... kamu tidak ingat. ini udah yang kedua kali aku ketemu kamu ya. Dasar gadis pencuri ciuman pertama. Cih... aku merasa sangat dirugikan atas pencurian yang kamu lakuin ya." Ucap Devan mulai membuka kisah lama.

"Apa maksud anda, saya tidak mengerti." jawab Lily.

"Ingat, di perbatasan hutan, di bawah pohon. Bibirku, bibirmu, nafas kita. Berusahalah untuk lebih keras mengingatnya. Karena aku semenit pun tak pernah lupa. Lily Liyana." Kata Devan sambil melenggang pergi karena pintu lift sudah terbuka.

Lily hanya diam sambil memegang bibirnya. Ingatannya mulai menjelajah ke 6 tahun silam.