webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

21.

Nando datang dengan paper bag yang di tentengnya. Dengan sumringah dan mata yang berbinar Nando mengetuk pintu rumah Juno.

Pintu terbuka, Lily ada di balik pintu dengan setelan baju tidur yang kebesaran itu. Nando melihatnya menyapanya dan tersenyum manis pada Lily.

"Pagi sekali kak, aku kira akan agak siangan. aku mandiin embun dulu ya"

"Eh iya, masuk dulu itu ada bapak kak." Lily menunjuk Juno yang tengah menikmati sarapan paginya.

"Hai Jun, mbun" sapa Nando sambil melempar senyum menawan.

"oom..!" Embun berlari dan memeluk Nando.

*Akrab sekali mereka, langsung di peluk gitu* Nando berdecak kesal.

"Kenapa Jun, heran ya? Liat Embun nempel sama aku?" Tanya Nando yang sambil berjalan menuju Juno sambil menggendong Embun.

Juno mengangguk perlahan dan menatap ke arah Nando.

"Selama 2 tahun kamu koma, aku sering meluangkan waktu bersama Lily dan Embun. Aku kasihan melihat dia tanpa sosok laki laki yang bisa melindunginya" Jelas Nando pada Juno yang kini sama sama duduk di kursi meja makan.

"Sepertinya jika dewasa nanti, embun akan pandai memilih pria tampan. Ya sayang ya?" Nando menggoda balita cantik itu.

"Iya" jawab embun polos.

"Embun mandi dulu yuk, bubu udah siapin bajunya. Embun mau di kucir apa?" Tanya Lily sambil mengulurkan tanganya pada embun yang berada di gendongan Nando.

Entah apa yang terjadi dengan mood Juno. Terlihat jelas sekali raut wajahnya berubah melihat kedekatan Nando dan Lily serta Embun yang semakin nempel pada Nando.

"Hem, kamu tunggu sini sebentar ya Ndo. Aku akan membantu Embun biar cepat selesai" ucap Juno sambil menjalankan kursi rodanya menyusul Embun dan Lily menuju kamar Embun.

"Oh iya, silahkan" jawab Nando dengan santai sambil duduk di sofa dan memainkan ponselnya.

Juno memasuki kamar dan menutup pintunya rapat rapat. Seperti menahan cemburu semburat gelap aura wajah Juno kentara dengan nyata. Terdengar suara gelak tawa dari dalam kamar mandi karena Lily selalu mengajak Embun bermain agar tak malas untuk mandi.

*Aku ini kenapa sih, aku sendiri yang kasih ijin. Tapi kenapa aku juga yang enggak rela* Oceh Juno menyesali keputusannya sambil melamun menatap ke arah luar jendela.

Terdengar Lily dan Embun sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandinya. Lily menciumi Embun yang khas beraroma bayi. Embun yang ceria juga membalas menciumi pipi Lily. Seperti seorang anak dengan ibu kandung. Kedekatan Lily dan Embun sudah tak berjarak lagi.

Juno yang melihat itu semua hanya mampu berandai andai. Juno seperti enggan untuk memulai tapi juga tak mau jika Lily bersama laki laki lain.

"Eh, itu ada papa Embun. Sana dulu sama Papa ya, bubu siapin bajunya Embun. oke" Lily kembali mencium pipi bocah kecil itu.

Embun membalas dengan anggukan.

"Pinter anak cantik, Anak siapa ini?" Candaan klasik itu mendapat jawaban yang mencengangkan dari bibir mungil Embun.

"Anak papa Bunda" jawab Embun polos.

Juno seketika menoleh ke arah Embun dan tersenyum melihatnya, hal itu mampu membuat Juno menitikan air mata. Bayi merah itu kini telah tumbuh dengan sehat dan baik di bawah asuhan wanita yang tepat.

"Embun anak Mama Mira dan Papa Juno" kata Lily mengajarkan pada Embun sambil memakaikan minyak telon di perut buncit Embun.

"anak Bunda tantik uga" celoteh Embun sambil memegang perutnya.

"Iya, Embun anak Bunda juga kok. ya kan Bun?" ucap Juno sambil berjalan dengan kursi rodanya ke arah Embun putrinya.

Balita manis nan cantik itu seperti menunggu jawaban dari Lily atas ucapan Papanya. Matanya membulat semakin membuatnya bertambah menggemaskan. Melihat itu membuat Lily tak kuasa berkata tidak.

"Iya sayang" jawab Lily sambil tersenyum simpul.

Juno semakin mendekati Embun dan memegang jepit kecil yang telah Lily siapkan di atas ranjang.

"Papa, Papa. duduk" celoteh Embun yang ingin duduk di atas pangkuan Papanya.

"Mau di pangku Papa?" Tanya Embun dan Juno yang bersamaan.

Sesaat Lily dan Juno saling tatap dan Lily menjadi salah tingkah satu sama lain.

Embun mengangguk dan berusaha naik ke atas pangkuan Papanya. Lily membantunya dengan sigap.

"Mau pakai ini enggak?" tanya Juno pada gadis kecilnya. sambil menunjukkan jepit rambut yang di pegangnya.

"Mau, bunda" jawab Embun yang menatap Lily.

Lily berjongkok di depan Juno yang tengah memangku Embun. Dengan telaten Lily menyisir dan mengucir rambut Embun. Kini gadis kecil itu semakin bertambah cantik dan manis.

Juno memperhatikan cara Lily merawat putrinya dan itu semua membuat Juno terkesima. Lily menjadi semakin kikuk dan tak berani menatap Juno. Juno menyadari itu dan tersenyum melihat tingkah Lily.

"Ly, aku ingin berbicara kepadamu sebentar" ucap Juno sambil menaikan Embun ke atas ranjang dan memberinya benda pipih bergambar kartun.

Embun sudah asik melihat film kartun kesukaannya sambil bernyanyi nyanyi riang. Juno berjalan menuju ke arah jendela dan Lily mengikutinya dari belakang kursi roda. Batin Lily berkecamuk tak menentu menerka nerka apa yang akan di sampaikan majikanya.

*Tamat sudah tamat, bapak pasti mau bahas yang semalem. Aduh Embun Embun, ga lagi lagi deh nurutin kamu* batin Lily merenungi nasibnya sendiri.

"Kamu, apakah"

"apa pak?"

" Apakah kamu benar-benar ingin membantu Nando dengan tulus?"

"iya pak, tidak lebih."

"tidak ada perasaan apa apa padanya?"

"hemm, sebenernya sehari sebelum bapak sadar sih kak Nando sudah mengutarakan perasaannya"

"terus, kamu terima?"

"Hahaha, ya enggak lah pak. aku sangat sadar diri aku ini hanya pembantu. Masak iya sekelas pembantu bersanding dengan CEO. itukan hanya ada di drama atau novel. Aslinya sihh belum pernah nemuin langsung sih"

"tidak ada yang tidak mungkin. kadang sesuatu terjadi justru tanpa pernah kita harapkan" ucap Juno membalik arah yang kini berhadapan dengan Lily.

jawaban Juno membuat Lily gugup seketika dan salah tingkah, Lily meremas remas ujung bajunya. karena bingung mau bicara apa lagi untuk membalas ucapan majikanya.

"Kalau sudah tidak ada yang disampaikan, saya permisi dulu pak" ucap Lily yang memutar badan hendak beranjak pergi.

"Boleh pergi tapi jangan ada pegang pegang, ataupun peluk pelukan" kata Juno tegas.

Mendengar kata peluk membuat kedua insan itu malah teringat kembali dengan kejadian semalam.

Lily hanya mengangguk dan berjalan meninggalkan kamar Embun.

Akankah Juno mampu bersaing dengan Nando?