webnovel

An Eternal Endless World: That Begins with the Power of Divination

Yamamoto Mirai datang ke Kota Xeronia setelah perjalanan panjang dari Asterasia. Namun ternyata ia terikat oleh sebuah ramalan kuno yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Mirai terpaksa menghadapi semua masalah yang datang dan mengubahnya sebagai orang yang paling berbahaya di kota. Ia dan teman-temannya, Gabriel Nathe, Nakamura Farza dan Nosaela Erika harus mengubah takdirnya sekaligus mencaritahu kebenaran dan dalang dari semua ini yang menyebabkan Mirai jadi sangat dibenci. Kekuatan misterius dari kristal yang sangat langka dan hanya satu di dunia.... Kristal Etern.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Perekrutan Tim Petualang Mirai

Aku kembali ke Serikat Petualang.

"Ikut aku" ucap Erisa menuntunku ke aula besar tempat berkumpulnya para petualang dari penjuru benua ini. 

"Oeh…." seketika pandanganku tertuju dengan aula yang luar biasa luasnya yang merupakan tempat khusus berkumpulnya para petualang. "Keren!" pujiku.

"Hmm…. Beberapa hari yang lalu serikat ini punya dua petualang baru, mungkin kalian bisa satu tim" jelasnya.

Aku pun mengangguk-angguk mendengar perkataannya, sebenarnya itu tandanya aku tidak terlalu yakin bisa mendengarkannya daritadi.

"Ini menakjubkan…." kataku. 

Seseorang menghampiriku, orang yang sebelumnya pernah kulihat. Kedua mataku menjadi tajam menyorotnya. Dia orang yang paling menyebalkan.

"Kau…. satu rekan denganku. Oh, gadis bego tempo hari itu ya" katanya.

"Siapa yang kau panggil gadis bego?!" tegasku padanya.

"Aku tidak peduli apapun itu atau apa…. Kurasa kau harus membayar apa yang kau perbuat padaku waktu itu. Ayo bayar-bayar…." ucapnya membuatku semakin marah padanya, dasar bodoh.

Aku memukul kepala Faza hingga membuat lantai aula hancur terkena imbas dari serangan Mirai. 

"Beraninya kau mengatakan itu padaku! Rasakan ini, rasakan ini!" teriakku sambil menginjak-injak kepala Faza dilantai.

Perhatian orang-orang pun tertuju padaku. "Wah, dia mengerikan juga ya, padahal baru pemula" ucap salah seorang petualang di sekitar sana.

"Hai…." 

Seseorang menyapa menghampiriku, ia memakai topeng menutupi wajahnya. Dia adalah orang yang kemarin menolongku, Auf.

"Eh, Auf?" sontak aku terkejut melihat Auf tiba-tiba ada disini, tunggu dulu apa jangan-jangan….

"Iyap. Benar. Hai, Yamamoto Mirai" sapanya.

Eh…. Dia satu tim denganku, dan juga dia mengetahui nama asliku? "Kau, satu tim denganku? Tapi tunggu dulu, darimana kau tau nama asliku?" selidikku padanya. 

"Bagaimana aku tau? Bagaimana ya…. Ahah, aku membaca ini" jawabnya sambil memberikan sebuah kertas yang bukan sekedar kertas karena isinya bertuliskan nama anggota tim. "Aku tiba-tiba disuruh oleh kakak-kakak berdada rata itu untuk bergabung di tim mu, apa boleh buat"

Dia bilang, 'Kakak-kakak berdada rata', ternyata dia punya lawakan humor yang sama denganku ya.

"Kau memiliki kekuatan sehebat itu kemarin, tapi kau sama sekali bukan senior disini?" tanyaku.

"Oh kau salah paham ya, hmm…. Tidak tau, tapi aku juga baru disini." jawabnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Aduh sakit…." 

Tenyata aku melupakan orang ini, apa aku biarkan dia hidup saja ya? Tapi tergantung sih. 

Faza pun terbangun dari pingsan sejenaknya dan melihat ke arah Auf.

"Kau….?" ucapnya.

"Oh, iya maaf. Namaku adalah Auf, aku juga bergabung dengan tim kalian. Salam kenal" sahut Auf sambil menundukkan badannya. 

Dia memiliki karakteristik sopan santun, tapi orang seperti Faza mana harus kau bersifat sopan.

"Auf ya…. Jangan-jangan kau…." selidik Faza membuat orang-orang memandanginya.

"Siapa….? Seberapa banyak aku lewatkan selama ini" batinku.

Auf diam membeku sejenak, dia sepertinya kebingungan dengan ucapan Faza. 

"Siapa aku?…." kejut Auf. "Tidak! Tidak! Apakah aku terlihat konyol?" ucap Auf sambil bertingkah aneh.

Aku sungguh tidak mengerti, orang yang menolongku kemarin yang terlihat dingin ternyata tingkahnya sekonyol ini, tidak terduga.

"Ternyata adik perempuanku benar, penampilanku memang seperti penjahat kelas tinggi. Huh…." ucap Auf sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Faza, kau memang bodoh dari yang ku bayangkan…." ucap seseorang yang berada didalam pikiran Faza.

"Enderarl, kah?" 

"Seharusnya kau jangan mencurigakan orang lain dari pertama bertemu. Sebaiknya kau analisis terlebih dahulu sebelum menuduh" jelas Enderarl.

"Hei, maafkan aku. Tapi bisakah kau membuka topengmu itu?" ucap Faza.

"Huh? Baiklah…. Walaupun agak aneh sih, tapi…. tidak apa-apa sih." ucap Auf sambil membuka topengnya.

Apa ini? Aura ini sangat kuat dari yang kurasakan. Ketika Auf membuka topengnya, aura ini tiba-tiba muncul. 

"Egh…. Kekuatan berbahaya seperti ini, daya magisnya sangat kuat!" kejut Enderarl.

"Sebahaya itukah? Aku merasa merinding sih…." ucap Faza.

Kalung milik Auf bersinar, tiba-tiba aura kuat itu menghilang.

"Menghilang?" ucapku. 

Seketika orang-orang di serikat itu kalang-kabut dengan aura barusan, tapi diantara mereka tidak menyadari itu datangnya dari Auf. Apakah kekuatan Auf sekuat itu? 

Terlihat seseorang duduk di dalam sebuah kedai minuman di kota. "Aura kegelapan ini, Kristal Aldebaran ya. Ini sesuatu yang menarik.…"

Sementara itu di kota…

Aku, Auf dan Faza sedang berjalan-jalan di tengah kota berniat untuk pergi ke kedai makanan untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya udara.

Auf, dia sepertinya orang terkuat di regu ini. Tapi kecerobohannya bisa membuat masalah besar nantinya. Huh…. Dan untuk orang bodoh ini (maksudnya Faza si pecundang), aku meragukannya.

"Auf…. Sebaiknya lain kali kau jangan membuka topengmu. Aura mengerikan yang kau miliki akan menyebar dan bisa membuat masalah" kataku memberikan nasehat sok bijak yang kumiliki.

"Seburuk itukah?" 

"Bahkan lebih buruk lagi….!" tegasku.

"Oh, uhmm. Baiklah" singkatnya.

"Aku rasa dia tidak secerdas itu, hah…."

Seorang wanita memakai jubah wizard menghampiri. Hah, dia seorang penyihir? Untuk apa dia menemui kami. Tingkahnya seperti agak mencurigakan sih, apapun itu aku harus berjaga-jaga dari dia.

"Apakah kalian adalah petualang?" ucapnya bertanya. Dia bilang petualang? Seharusnya dia mengeja 'orang yang dibayar melawak'.

"Aku rasa begitu" jawabku.

"Aku membutuhkan kalian bertiga…." ucapnya sambil tersenyum.

(Di sebuah Bar….)

"Perkenalkan aku Keysa, aku kesini meminta pertolongan kalian sebagai petualang untuk mencari keberadaan Bunga Anggrek Jiwa" ungkapnya menjelaskan.

"Huh? Bunga Anggrek Jiwa?" tanyaku yang tentu saja aku baru mendengar bunga seperti itu.

"Yap, benar. Aku membutuhkan bunga itu untuk menyelamatkan rekan kami, dia terkena racun yang bisa di netralisir oleh bunga itu. Namun, kami tidak menemukannya, kami hampir menyerah"

Bunga seperti itu ternyata memiliki kegunaan netralitas bagi orang yang terkena racun ya. Huh, aku bahkan tidak tau dimana letak bunga itu berada.

"Kami sudah mencarinya kemana-mana, kecuali di hutan terlarang di barat, kami tidak berani memasukinya, karena siapa saja yang masuk akan terjebak di lingkaran ilusi dan tidak pernah bisa kembali"

Egh, aku sontak menelan ludah ku sendiri karena terkejut. Eh se-berbahaya itukah? Hah…. sangat tidak mungkin bagi kami. Tidak ada hal lebih mudah lagi kah….

"Aku mengerti, tapi kami adalah Petualang pemula, kami tidak bisa melakukan hal yang se-berbahaya itu. Rasanya mustahil" jelasku.

Dilihat-lihat wanita ini adalah seorang Elf? Hmm, dari penampilannya dia adalah Elf Wizard, kaum Elf di arah selatan benua ini. Hmm…. Dia datang sejauh ini hanya meminta tolong mengambil bunga anggrek jiwa yang berada di kedalaman hutan terlarang itu. 

"Baiklah, aku rasa aku tidak usah memaksakan kalian. Tapi, jika kalian ingin melakukannya, aku mempunyai bayaran untuk kalian bertiga" ucap Keysa sambil membuka sebuah kantong yang berisi tiga buah kristal berdaya magis tinggi.

Faza yang meminum teh sontak menyemburkan nya keluar. "Ehhh! Ini kan kristal magi yang langka itu, siapapun yang memilikinya akan punya Mana yang tidak terbatas! Ini sungguh bayaran yang mahal, aku ingin memilikinya!!!! Aaaahhhh!!!!" teriak Faza seperti orang gila.

"Huh, selalu saja bertindak ceroboh" lirih Auf.

"Ternyata kau mengetahuinya. Semua yang kau katakan itu benar, ini adalah Kristal Etern. Dengan kristal ini kalian bisa mempunyai daya magis tinggi yang menyalurkan kekuatan secara tidak terbatas pada penggunanya, bahkan untuk orang yang memiliki kekurangan akan menguasai sihir dalam bentuk apapun!" jelas Keysa.

"Menyakinkan sekali! Aku mau ambil ini!" girang Faza.

"Bodoh!" tegas Mirai sambil memukul kepala Faza hingga pingsan.

Huh, kurasa memang benar seharusnya aku bunuh saja dia dari awal, untuk berjaga-jaga.

"Maaf atas kelakuan orang itu, kalau begitu kami akan menerima permintaanmu" ucapku menyetujui untuk mencari bunga anggrek jiwa itu.

"Terima kasih, maaf merepotkan" ucap Keysa berterima kasih.

Auf saat ini hanya diam saja, dia bahkan merasa tidak ikut campur dalam masalah ini. Apa yang sedang dia pikirkan?

"Aku permisi dulu, akan ku serahkan pada kalian" ucap Keysa pamit.

"Sama-sama" sahutku.

Huh, bagaimana cara melakukannya….

Tanpa berpikir panjang kami bertiga menuju gerbang keluar kota dan menuju hutan terlarang di arah barat. Walaupun ada beberapa konflik antara aku dan juga Faza atau Faza? Namanya yang benar apasih, tidak… jelass….

"Kau kenapa tadi memukulku dasar cewe bego!" ejek  Faza.

"Hah? Siapa yang kau bilang "cewe bego" hah?!" tegasku sambil mengepalkan telapak tanganku.

"Rasakan ini!" teriakku melesatkan pukulan ke arah Faza.

Pukulanku tiba-tiba ditahan oleh Auf, tanah yang dipinjak pun retak. Angin berhembus sesaat.

"Mirai, sebaiknya kamu harus menahan seranganmu…." ucap Auf sambil mengarahkan telapak tangannya ke arah Faza.

"Dan kau, berhenti membuat masalah" sambung Auf sambil mengeluarkan listrik hitam melalui telapak tangannya yang berhasil mengancam Faza untuk tidak bergerak.

Auf, dia menghentikan perkelahian kami berdua. Sepertinya kami, tidak kami berdua menyusahkannya dari tadi. 

Aku pun menghela nafasku mencoba mengeluarkan sepatah kata. "Huh, untungnya Auf menahanku, kalau tidak kau akan mati!" tegasku.

"Heh?! Cuih…." geram Faza mengacuhkanku

"Kau!"

"Sudahlah, jika kalian berdua menginginkan Kristal Etern itu. Ayo pergi" ucap Auf meninggalkan kami. Dia bertindak serius sekarang, itu berarti dia tau dimana saat bercanda dan tidak.

Huh, baiklah sepertinya aku akan melepaskan orang ini.

(Hutan Terlarang)

Suasana sangat tenang dan damai, angin dingin berhembus menyejukkan. Salju yang tebal menumpuk di atas dedaunan yang menambah nuansa musim dingin yang indah. Tapak kaki seakan memecah salju ditanah.

Aku, Auf dan Faza berjalan menuju hutan terlarang itu, yang disinyalir sebagai tempat tumbuhnya bunga yang hanya tumbuh di musim gugur dan musim dingin setiap beberapa tahun sekali.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya kami bertiga sampai di hutan terlarang yang dimaksud. 

Semenjak kami bertiga masuk kedalam hutan ini, suasana semakin agak gelap, pepohonan yang rimbun menutupi sinar matahari dari atas, suasana yang sangat mencekam. 

Aku merasakan jika kami bertiga sedang di ikuti sesuatu, begitu pula dengan Auf yang sepertinya sangat berjaga-jaga dengan keadaan sekitar. Benar sih, aku juga merasakan hal aneh di sekitar sini.

"Para serigala mengikuti kita…." lirih Auf memberitahu jika daritadi kami diikuti oleh sekelompok serigala, serigala liar atau serigala jadi-jadian?

"AAAAAAHHHHH!" teriak Faza menggema di seluruh hutan. Ah, sial dia malah mengacaukan keadaan.

"Bodoh! Bisa tidak kau sekali saja tidak mengacau?" tegasku.

"Memangnya kenapa? Kita akan diserang makhluk buas bertaring tajam dan berbadan besar? Itu tidak mungkin. Jika benar-benar ada, aku akan membantai mereka dalam sekali serangan! Hahaha" ucapnya meremehkan keadaan.

Huh, kurasa daritadi aku tidak meladeni orang ini.

Tiba-tiba kami mendengar lolongan serigala yang sangat kuat hingga membuat pepohonan terhempas angin kuat dari lolongan serigala itu. Sial, bahaya akan datang!

Salju-salju pun berjatuhan dari atas dedaunan. Sekuat itukah? Tidak salah lagi, kami tidak sengaja menantang serigala buas yang bukan serigala biasa.

"Bangsa Werewolf, mereka bukan serigala biasa. Fisik mereka sama dengan apa yang dikatakan oleh Faza. Dan juga mereka memiliki kekuatan sendiri" ungkap Auf membuat suasana menjadi tegang. "Oh ya, mereka berjumlah sekitar 100 di rentan radius 20 meter dari sini"

"Egh, sebanyak itukah?" kejutku mendengar perkataan dari Auf, bahwa ada sekitar 100 serigala buas mengintai, bertemu dengan serigala begini sudah sangat meresahkan apalagi bertemu dengan makhluk-makhluk lain.

"Tenanglah, kita tidak perlu khawatir" ucap Auf.

"Tidak khawatir?" sahutku.

"Faza akan mengalahkan mereka dalam sekali serang, jadi kita tidak harus khawatir" sambungnya. Apa? Auf melawakkah? Sepertinya dia memojokkan si Faza.

"Ehh…. Kenapa malah aku yang kena?" kejut Faza dengan keringat dingin bercucuran dari tubuhnya.

"Kau itu kuat, jadi kami sangat bersyukur jika ada kau disini! Coba kau memutar tubuhmu 360 derajat, dan lakukanlah" ucap Auf menunjuk kearah Faza.

"Apa maksudmu berputar 360 dera….jat…. E-ehhhh" kejut Faza setelah membalikkan tubuhnya yang ternyata seekor serigala mendekatinya.

Oeh, tubuhnya besar juga!

"Apa-apaan, ini bukan serigala biasa. Kau menjebakku Auf?!" ucap Faza berkeringat sambil melangkahkan kakinya ke arah belakang.

Serigala itu mengaum membuat angin kuat menghempas dan Faza ikut terpental akibat auman serigala itu.

Begitupula aku yang hampir saja terhempas, Auf memegangi tanganku, melindungiku dari serangan serigala buas itu. Jubahnya melayang akibat hembusan angin dan tatapan serius dari topengnya melesat kearah serigala itu.

"Mirai…. Kau tidak apa-apa?"

Aku pun tertegun mendengar perkataannya. "Aku tidak apa-apa, terima kasih…." jawabku.

"Syukurlah…."

Sepertinya serigala itu belum puas menyerang, ia mengeluarkan bola api panas melalui mulutnya, membuat kepulan uap panas yang melelehkan saju di permukaan tanah. Sial…. Aku benci api….

Auf mengarahkan telapak tangannya ke arah depan, seketika pusaran hebat keluar dan menghisap serangan itu.

Keren…. Dia bisa menghisap serangan serigala itu, semudah itukah? Eh tidak, dia hampir tersungkur setelah menghisap serangan barusan. "Kau tidak apa-apa?" tanya balikku.

"Tidak, ini bukan masalah. Aku hanya bisa menggunakan 20% kekuatan dari seluruh kekuatanku yang terkunci. Sial…." jawabnya.

Huh, sepertinya dia terlalu memaksakan dirinya sendiri.

"Sialan kau serigala jelek! Beraninya kau! Rasakan kemarahanku" teriak Faza yang sok berani menghadapi serigala itu.

Lingkaran hitam muncul di tanah yang ia pijak, partikel-partikel melesat menuju telapak tangannya, membentuk sebuah pedang yang berwarna hitam, penuh dengan materi hitam.

Ternyata selama ini kekuatannya adalah kekuatan gelap? 

"Hiyahh…." 

Secepat bayangan, ia melesat mengerahkan pedang miliknya kearah serigala itu. Namun itu semua sia-sia, serigala itu balik menyerang Faza dengan menghantam Faza dengan petir yang tiba-tiba muncul dari atas langit.

Faza pun tersungkur di atas tanah, serigala itu mendekati Faza seakan menjadikan Faza makanan makan siang sang serigala.

Haruskah aku ucapkan selamat tinggal?