webnovel

An Empress and Warrior

Seorang Putri Raja yang tomboi dan seorang bajak laut bengal dipertemukan oleh takdir tak terduga. Disclaimer : Cerita ini fiksi belaka mengambil latar di di Tiongkok berkisar tahun 1.000-an Masehi. Semua tokoh merupakan karakter fiktif. Segala kemiripan hanya kebetulan semata.

LordDevil_ · History
Not enough ratings
35 Chs

Petaka

Enam bulan kemudian, Qin Lang hidup merana tiada akhir. Tubuhnya semakin kurus dan hatinya menderita karena ayahnya selalu saja menyiksanya secara langsung dan tidak langsung.

"Tolong siapa pun, selamatkan saya dari sini," ucapnya pada langit-langit rumah yang nyaris reot---nyaris rubuh dan ambruk. Kalau saja ada badai puting beliung, bisa dipastikan rumah itu akan rata dengan tanah hanya dalam hitungan detik.

Berkali-kali Qin Lang bertanya pada siapa saja dan sialnya, tak ada yang menjawab keluhannya. Teman seusianya menjauhinya karena dilarang oleh ayahnya. Hanya ada seorang anak kecil yang suka datang padanya, Xiu Lan.

Dia adalah anak yatim-piatu yang hanya diasuh oleh neneknya yang sudah tua.

"Kakak," panggil Xiu Lan dari luar.

Qin Lang bersemangat membuka pintu, setidaknya dia punya teman bicara.

"Ada apa? Ini sudah malam dan kau ke sini? Apa nenekmu tidak akan khawatir?" tanya Lang sembari mengajak anak itu masuk ke dalam rumahnya.

Xiu Lan menatap sekitar seolah waspada dan memastikan tidak ada siapa pun di sana selain mereka.

"Kau kenapa? Ada masalah?" tanya Lang lagi mencoba menebak apa yang dilakukan anak kecil itu.

"Kakak, kau harus pergi sekarang. Aku mendengar pasukan perompak sudah memasuki wilayah ini dan ayahmu ... ayahmu akan menjualmu," jelas Xiu Lan dengan gemetaran.

Wajah anak itu tampak sedih membayangkan kakaknya itu akan dijual atau dibawa pergi oleh perompak yang terkenal ganas itu.

"Perompak? Maksudmu bajak laut?" tanya Lang menyakinkan.

Anak itu mengangguk beberapa kali. Wajahnya tampak khawatir.

"Kau harus kabur. Kau harus pergi. Jika kau ikut dengan mereka kau akan diperjualbelikan seperti barang," jelas anak yang berusia kira-kira delapan tahun itu.

Xiu Lan hidup di pelabuhan dan menjadi pelayan di restoran sana. Tentu saja dia mempunyai banyak informasi berharga dan berguna.

Qin Lang menarik napas dalam-dalam.

"Aku tidak akan pergi. Kalau memang aku dijual, maka kuanggap itu menjadi takdir. Mungkin itu akan lebih baik daripada hidup di sini," jelas Qin Lang dengan wajah pasrah.

Xiu Lan ingin menangis mendengar jawaban itu.

"Kakak, kau tidak boleh menyerah begitu saja. Kau bisa berjuang. Ya, sudah bagaimana jika kita kabur bersama?" ajak anak itu.

Qin Lang terkejut. Sejak kapan anak baik itu berubah menjadi pemberani dan sejak kapan pula ada manusia yang begitu peduli padanya?

Bukankah mereka baru berkenalan sekitar beberapa bulan ini? Apakah ini sebuah jebakan?

"Mengapa? Kakak ragu? Apa hidup di perburuan akan bisa lebih mengerikan dibandingkan hidup di sini?" tanya Xiu Lan mencoba menebak isi pikiran yang lebih tua.

Qin Lang berpikir beberapa saat.

Benar juga, mana bisa hidup mereka lebih buruk lagi dari saat ini? Ralat---mana bisa hidupnya lebih buruk lagi?

Dia sudah banyak menderita dan merana. Kalau mereka hidup di jalanan bukankah itu sama saja?

Perbedaannya, mereka memiliki kebebasan dalam menentukan nasib. Bukankah itu lebih menarik daripada hidup dengan ayah mengerikan dan selalu saja kena pukul dan tendang?

"Baiklah, aku ikut denganmu," kata Qin Lang setelah memantapkan hatinya.

Qin Lang mengambil tiga lembar pakaiannya dan memang hanya itu yang dia punya dan mengikatnya pada pundaknya. Keduanya bersiap untuk melarikan diri.

Baru saja mereka akan pergi keluar, ayahnya sudah berdiri di depan pintu.

"Mau ke mana?" tanya lelaki itu dengan suara kasar.

Qin Lang dan Xiu Lan gemetaran. Tak ada yang berani menjawab atau bergerak. Kini keduanya mirip dengan boneka kayu tanpa nyawa.

"Oh, kau mau cari mati? Mau kabur? Akan kukabulkan permintaanmu itu," ucap lelaki itu mencengangkan leher Qin Lang dengan kasar.

Xiu Lan merasa kasihan pada Qin Lang, akhirnya dia mencoba membantunya, "Tuan tolong jangan sakiti dia," ucapnya sambil berlutut.

Mereka berdua hanyalah manusia lemah. Anak kecil lemah tak berdaya dan kini berhadapan dengan salah satu manusia paling kuat yang pernah tercatat sebagai pembunuh bayaran paling mengerikan sepanjang masa.

"Baiklah, kalian berdua tampaknya sangat beruntung. Kalau kau ingin dia hidup kalian patuhi apa kataku," ucap lelaki berkumis kasar itu.

Xiu Lan pasrah dan tidak mampu lagi menolak takdir.

Dia mengangguk sebagai tanda setuju.

"Ayah, kumohon. Tolong jangan libatkan dia. Aku saja, terserah kau apakan aku. Jangan membawa dia," pinta Qin Lang dengan wajah memelas.

Ayahnya melemparkan tubuh kecil Qin Lang ke tanah.

"Hahaha, manusia sialan. Dia sendiri yang mencari mati. Lalu kau memohon untuknya? Kau pilih, dia ikut denganmu atau dia mati di sini," ancam lelaki itu tanpa perasaan.

Matanya merah dan napasnya sangat berat pertanda dia di bawah pengaruh alkohol. Dan sebenarnya dia selalu mengkonsumsi alkohol setiap saat.

"Kakak, biarkan saja. Biarkan aku ikut bersamamu," ucap lelaki kecil itu.

Qin Lang tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Bagaimana dengan nenekmu?" tanyanya dengan wajah sedih.

Dia tidak mempedulikan lukanya dan sakit badannya akibat perlakuan ayahnya dia hanya merasa semakin buruk karena telah melibatkan orang lain.

Kalau saja tadi dia setuju lebih awal dan mereka kabur ke tengah hutan, tentu saja nasib mereka bisa berbeda.

"Nenek sudah meninggal delapan hari lalu," ucap anak itu dengan pelan.

Wajahnya tampak berduka dan air matanya seolah akan memberontak keluar. Akan tetapi, dia menahannya agar Qin Lang tidak merasa semakin buruk.

"Maafkan aku," ucap Qin Lang dengan suara parau.

Lelaki tua itu menghentakkan kakinya.

"Sudah cukup romantisme kalian. Dan aku sangat muak mendengarnya.

Keduanya terdiam dan mengubah ekspresi wajah mereka agar lelaki ganas itu tidak semakin murka.

"Sekarang berdiri dan ikuti aku!" perintah lelaki bengis itu.

Qin Lang dan Xiu Lan patuh mengikuti perintah lelaki itu. Mereka sudah siap menjadi barang dagangan.

Seperti yang diperkirakan, keduanya dijual oleh lelaki bermarga Qin itu kepada perompak dengan harga mahal.

Qin Lang mendapatkan harga menarik lantaran wajahnya yang lumayan tampan dan matanya yang lumayan besar dan bersinar.

Sementara, Xiu Lan agak berbeda. Dibandingkan tampan dia terlihat agak cantik dengan bibir tipis dan merah. Tubuhnya juga kecil dan pinggang ramping. Benar-benar akan dikira perempuan jika tidak mengenalnya.

Apalagi keduanya berambut panjang dengan ikat ekor kuda.

"Baiklah, aku terima penawaran kalian," ucap ayah Qin Lang dan mengambil beberapa tael emas.

Setelah menghitungnya, dia kemudian pergi tanpa rasa bersalah.

Qin Lang memanggilnya, "Ayah!"

Tanpa peduli, lelaki itu terus melangkah dan tidak repot-repot menoleh ke belakang.

"Ayahmu sudah mati, Nak. Aku ayahmu sekarang!" ucap seorang perompak yang tampaknya adalah pemimpin mereka.

Qin Lang bersujud sekali lagi sebelum ayahnya menghilang dari pandangan.

"Aiyo, benar-benar anak berbakti dan ayah yang buruk," ujar seseorang.

Qin Lang menghapus air matanya yang sejak kepergian ayahnya menolak berhenti mengalir.

"Kakak, kita harus kuat," kata Xiu Lan dan Qin Lang mengangguk.

Petaka sudah terjadi dan dari sinilah dua manusia kecil akan memulai petualangan mereka. Walau hidup tak pernah begitu mulus, setidaknya mereka memiliki kesempatan untuk hidup dengan cara yang berbeda.