Aya dan Isma sedikit kecewa, karena rumah makan yang mereka datangi, sudah terisi penuh. Sebenarnya mereka sangat berharap bisa makan di tempat itu.
Saat di lobi depan, petugasnya mengatakan, jikalau mereka mau bersabar menunggu, pasti akan ada orang yang selesai makan dan mereka bisa masuk ke dalam untuk mendapatkan tempat. Namun hal ini membuat Aya dan Isma mendebatkan hal tersebut.
"Malas aku nunggu Is. Kita nggak tahukan, berapa lama orang yang lagi makan di dalam akan selesai makan. Mending kita cari rumah makan yang lain aja. Nggak jelas kita disini. Ayuk?" Ajak Aya yang tidak mau diajak menunggu dan bergegas hendak pergi. Namun Isma segera menarik dan menggandeng tangan Aya.
"Jangan gitu dong Ay. Sudah jauh-jauh kesini, masa mau nggak jadi begitu aja. Paling nggak lama lagi akan ada yang keluar kok. Tungguin bentar ya?" Pinta Isma yang tampak ingin betul makan di rumah makan tersebut. Ia memasang muka memelas yang membuat Aya mencibir perbuatannya.
Aya memberengutkan mukanya, yang disambut dengan cekikikan Isma. Sambil Isma menggandeng lengan Aya, ia menggiring Aya untuk duduk di sofa terdekat.
Tak jauh dari mereka berdiri sebelumnya, ada Sony yang dengan sengaja memperlambat jalannya agar bisa menguping pembicaraan Aya, Isma dan petugas tersebut.
Sony yang mendengar pembicaraan Aya dan Isma, berhenti tepat dihadapan mereka saat mereka telah selesai bicara dengan petugas di rumah makan tersebut.
"Ehem ehem." Sony berdehem untuk menarik perhatian Aya dan Isma.
Sontak Aya dan Isma menoleh ke arah Sony. Mereka berdua saling pandang, karena merasa tidak mengenal lelaki yang ada dihadapan mereka.
"Eh iya." Jawab Isma.
"Hmmm, tadi saya dengar kalau kalian mau makan disini, tapi nggak dapat tempat ya?"
Dua wanita yang ditanya hanya berdiam diri saja, tidak memberikan jawaban apapun. Mereka masih dengan saling pandang, yang masing-masing dalam hati berkata 'ini siapa?'
Karena Sony merasa kalau kedatangannya membuat kedua wanita dihadapannya ini bingung dan bertanya-tanya, maka ia melanjutkan bertanya. "Gimana kalau kalian gabung aja sama saya? Saya juga berdua aja dengan teman." Kata Sony langsung.
"Hmmm, gimana ya?" Sahut Isma sambil berpikir dan menoleh ke Aya, meminta pendapat. Aya hanya mengangkat bahunya, tak peduli.
"Hmmm, lain kali aja mas. Nanti kami mencoba cari rumah makan yang lain aja." Tolak Isma beralasan. Dan menyenggol lengan Aya supaya segera beranjak dari sofa. Aya pun bangkit dari duduknya.
"Loh, nggak apa-apa. Beneran. Daripada kalian nggak jadi makan, padahal sudah disini kan?" Pinta Sony yang masih berusaha membujuk agar Aya dan Isma mau ikut makan bersama ia.
Isma menoleh lagi ke Aya. "Gimana Ay?" Mengharap Aya akan membantu memberi keputusan.
"Hmmm. Okehlah. Gak ada salahnya jugakan?" Ujar Aya sambil melihat ke arah Sony dan tersenyum. Isma pun menganggukan kepalanya tanda setuju.
Sony tersenyum puas dan mengajak mereka masuk ke dalam.
Saat mereka tiba di meja makan tempat Sony memesan makanan, Aya dan Isma terkejut melihat Ara yang juga ada di meja tersebut. Ara yang sebelumnya asyik dengan ponselnya, menoleh ke arah mereka dan juga tampak terkejut.
"Loh, mas. Kok ada disini juga?" Tanya Aya segera, penasaran.
Ara langsung berdiri melihat Aya. "Kamu juga ngapain disini? Aku nggak tahu kalau kamu mau keluar rumah?" Tanya Ara dengan wajah yang mengintimidasi.
Aya heran, kenapa Ara seperti marah. " Aku cuma mau pergi makan sama Isma." Jelas Aya sambil menoleh ke arah Isma dan Isma pun mengangguk menyetujui.
"Kenapa kamu nggak ada menghubungi aku, mengabari aku kalau kamu mau keluar rumah?" Tanya Ara lagi. Masih dengan wajah yang tidak suka melihat Aya berada di tempat itu.
Aya terdiam. Ia berusaha menanggapi apa yang dibicarakan Ara. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Ia hanya ingin makan bersama sahabatnya. Tetapi kenapa tiba-tiba Ara seperti tidak suka.
Sony yang melihat ada yang lain antara Ara dan Aya, segera menengahi. "Ehemm. Mungkin sebaiknya kita duduk dulu. Biarkan mereka pesan makan dulu." Kata Sony sambil mengarahkan pandangannya ke Ara, meminta persetujuan Ara. Ara mengangguk. Ara menarik Aya agar duduk di sampingnya. Sedangkan Isma dan Sony duduk berdampingan dan berhadapan dengan mereka.
Saat sudah duduk di kursi masing-masing, Sony membuka pembicaraan. "Eh, ngomong-ngomong, kalian saling kenal ya?" Alis Sony hampir bertautan tanda ia bingung dengan keadaan sekarang dan menoleh ke ara Ara, Aya dan Isma.
Ara tidak menanggapi apa yang ditanyakan Sony karena ia lebih mau tahu kenapa Aya dan Isma bisa berada tempat itu.
Ara menghadap Aya dan bertanya "Jelaskan!!" Ara melipat kedua tangannya di depan dada dan menaikkan alisnya meminta penjelasan Aya.
"Aku sudah bilang. Aku dan Isma mau makan disini!" Tegas Aya jengkel.
"Okeh. Kita makan kalau begitu." Ucap Ara sambil memposisikan dirinya kembali menghadap ke arah Sony. Mata Ara langsung bertatapan sengan mata Sony. Melihat mata Sony yang menunggu jawaban.
"Hahhh...." Ara lupa keberadaan Sony. "Perkenalkan dia Aya, istriku. Ini Isma, teman istriku." Jelas Ara sambil mengarahkan pandangannya ke Aya dan Isma.
Sony terkejut. Ternyata ini Aya, perempuan yang menjadi cinta matinya Ara dan berhasil dinikahinya. Baru kali ini mereka bertemu.
Lalu Sony pun langsung menoleh ke arah Isma, dan tersenyum lebar. "Isma ya? Sony." Katanya memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan kanannya. Isma menyambut tangan Sony sembari menyebut ulang namanya sendiri. Begitu pula antara Sony dan Aya.
Selama ini Sony, Aya dan Isma belum pernah bertemu. Mereka tidak saling kenal. Mereka hanya tahu nama dan mendengar cerita. Tidak pernah juga selama ini mereka memiliki foto atau ingatan tentang foto mereka.
Akhirnya pertemuan ini semakin mengakrabkan di antara mereka. Terutama Sony dan Isma.
Sony bersyukur, ternyata perempuan yang membuat ia jatuh hati saat pertama kali melihat, adalah orang yang juga dekat dan merupakan sahabat dari istri sahabatnya.
Sony tersenyum sendiri memikirkan hal tersebut. Ia tidak menyangka bahwa dunia ini begitu kecil.
Hai readers ??
Bagaimana tanggapan kalian? Apa sepaham dengan Sony, bahwa dunia itu begitu kecil???
Kalau saya....., entahlah.
Oooo ternyata Sony suka nya sama Isma ya.. Kirain sama Aya. Khawatir tadi kalau Sony juga suka sama Aya. Takut persahabatannya sama Ara menjadi tidak baik.
Nah, readers lanjutin bacanya ya. Jangan sungkan untuk memberikan komentar berisi saran, masukan dan ide-ide. Terima kasih sudah membaca cerita ini ??