webnovel

AMAZING GRACE : Beginners (Book of Chapter 1)

"Eldred, adalah seorang pria Elfair. Baru saja mengemban sebuah misi yang berat. Ia melakukan perjalanan bersama Kenley, teman yang ia kenal sejak dulu. Mereka sama-sama berjuang untuk bisa mendapatkan Crystal Crytilops, benda berharga bangsa Elfair yang menjadi legenda di Benua Magire Kivanal. Disisi Lain, Kenley berencana untuk mencari informasi penting tentang keluarganya yang sejak dulu tidak ia kenali. Akankah mereka berhasil?"

Sulfan_Kirstail · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Perjalanan Dimulai

Pagi-pagi sekali, Kenley terbangun, ia berusaha memulihkan semua kesadarannya. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur kearah jendela sambil mengucek matanya. Ia membuka jendela itu membiarkan udara pagi mengisi sebuah kamar yang sudah menjadi tempat berteduhnya setiap hari. Ia menoleh kepada teman satu kamarnya yang masih tertidur pulas. Kenley memberikan sebuah selimut agar teman satu kamarnya itu tetap hangat.

Subuh ini, dirinya harus bersiap-siap, bahwa akan memulai perjalanan panjang yang mungkin akan penuh dengan bahaya didepan sana. Ia ingat bagaimana kepalanya pusing akibat mabuk semalam.

Kemudian ia mengecek kembali untuk memastikan Slikers kesayangannya itu tidak tertinggal. Ia memasukan pistol itu kekantung yang sudah disiapkan pengikat khusus dipaha kanannya. Didalam hatinya, selain untuk bisa membantu Eldred mencari Cyrstal legenda itu, Kenley sangat menginginkan mencari tahu siapa dan dimana orangtuanya berada. Mungkin ini adalah kesempatan besarnya, ia mulai pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Ortania. Kota kecil yang selalu ramai dengan penduduk asli maupun imigran gelap yang setiap hilir berganti.

Kenley keluar dari guildnya untuk pergi menuju hutan Seina. Disebuah persimpangan jalan yang masih sepi, Ia menyewa Vlatsh untuk bisa mengantarkan dirinya sampai kehutan Seina dengan tepat waktu. Biayanya sekitar sepuluh ruby untuk bisa sampai kesana. Diperjalanan, dia melihat disekitarnya masih gelap. Hanya ada beberapa cahaya dari lampu minyak di gerobak Vlatsh yang ditunggangi dirinya dan dirumah-rumah penduduk. Walau matanya masih mengantuk dan kepalanya masih sedikit pusing, ia berusaha untuk tetap fokus. Kenley sesekali menampar pelan pipinya dengan kedua tangan.

Dalam perjalanannya menuju hutan Seina, Kenley hanya ditemani oleh seorang kusir yang bertugas mengatur kapan Vlatsh itu harus berhenti atau maju. Kenley berada didalam gerobak yang dilengkapi atap kayu serta gorden merah dibelakang sebagai pintu masuk atau keluar. Ia sesekali memeluk tubuhnya karena diluar masih terlalu dingin. Ia penasaran, bagaimana kusir itu mampu bertahan dengan suhu sedingin itu, apalagi, ia sempat melihat bahwa kusir itu berpakaian serba biasa dan topi rajutan jerami yang menyempurnakan penampilan sang kusir.

Setelah sampai disana, ia disambut oleh suara-suara binatang kecil dari dalam hutan. Hutan Seina terlihat masih sangat gelap. Rumput dan daun dipepohonan hutan terasa lembab akibat embun pagi yang menyelimutinya. Kenley segera turun dari gerobak itu dan sesekali menghirup udara yang terasa sangat sejuk. Setelah kusir itu pergi, ia mulai melangkahkan kakinya, masuk kedalam hutan Seina yang gelap. Dibenaknya, ia berharap matahari pagi secepatnya menyinari hutan. Kedua pundaknya mulai sedikit basah akibat tidak sengaja menyentuh dedaunan pohon yang masih tumbuh lebih rendah.

"Eldred dimana?" ucapnya pelan."Apa jangan-jangan Elfair itu belum datang?" Gumamnya dalam hati.Kenley pun berniat untuk pergi menuju sungai Seiry. Setelah berjalan cukup lama didalam hutan, ia melihat mulai ada cahaya matahari pagi yang mengintip malu-malu. Cahaya Fajar menembus diantara celah-celah pohon serta daun diatasnya. Seolah tumbuhan yang ada dihutan itu, seakan memekar perlahan. Setelah beberapa lama berjalan menelusuri jalan setapak dihutan, ia akhirnya bisa mendengar suara arus sungai, menandakan sungai Seiry sudah dekat. Ia segera duduk ditepian sungai, diatas bebatuan. Ia membasuh wajahnya dengan air sungai yang terasa dingin. Seketika kepalanya yang tadinya terasa berat, perlahan pulih. Sesekali ia meminum air sungai itu dengan kedua tangannya.

Seorang Elfair yang tiba-tiba muncul dibelakangnya membuat ia terkejut. "Akhirnya kau datang tepat waktu." Kata Elfair itu tiba-tiba. Kenley menoleh kearah sumber suara yang ternyata Eldred tidak menunggunya sendirian. Ada satu lagi seorang Elfair disampingnya. Jika dilihat dari penampilannya Elfair itu seorang Kluith. "Kenapa kau meminta bantuan dengan bangsa manusia? Kau tahu kan kalau manusia itu adalah mahkluk yang paling membuat kekacauan dimuka bumi ini." Ucap Elfair yang sejak tadi berdiri disamping Eldred, ia membuang mukanya malas. Ia Clevan, penasihat tetua bangsa Elfair yang memaksa untuk bisa ikut dengan Eldred.

"Hentikan, Clevan!" kata Eldred, kemudian ia bergegas menuju Kenley yang masih berjongkok di bebatuan pinggir sungai Seiry.

"Aku punya peta Benua Magire Kivanal" kata Eldred menunjukan Tas kecil berisikan sebuah gulungan peta yang ia maksud. "Lord Hardikha telah menandakan letak dimana Crystal itu berada." Sambungnya.

"Kenapa ada Elfair lain disini? Apa ia akan ikut bersama kita?" bisik Eldred pelan. "Dia meminta kepada Lord Hardikha dengan beralasan menemaniku." Hardik Eldred pelan. Clevan mendengar nya, namun berusaha tidak peduli. Seakan tidak mengetahui sesuatu, Elfair berambut hitam pekat sepinggang itu mendeham pelan. "Jadi, bisa kita tentukan kemana kita harus memulai perjalanan pertama?" kata Clevan dengan nada bicara nya yang misterius.

Mereka bertiga pun merapat didekat batu besar yang letaknya tidak jauh dari sungai. Suara aliran sungai memekakkan telinga disetiap detiknya. Matahari mulai muncul menerangi sekitar mereka. Pagi itu, Puncak pegunungan Teilem terlihat jelas dari hutan Seina, dengan matahari yang sebentar lagi berada dipuncak pegunungan itu. Kabut-kabut seolah menyelimuti gunung dengan suhu yang sangat dingin.

Eldred mengeluarkan peta yang kemarin sudah diberikan oleh Lord Hardikha. Ia merentangkannya diatas batu yang atasnya lumayan datar. Tak lupa juga ia menahan setiap sudut peta dengan bebatuan kecil yang berserakan ditanah. "Baiklah, ini dia" kata Eldred memulai ucapannya.

"Pertama kita akan pergi menuju Gracylia untuk bisa menemukan buku Legenda Crystal itu. Karena buku itu hanya ada diperpustakaan di Gracylia" jelas Eldred.

"Maksudmu, ibukota yang selalu ramai oleh pendatang?" ucap Clevan. Eldred mengangguk mantap. "Karena yang ku tahu, buku legenda benua Magire Kivanal ini, hanya berada di perpustakaan diibukota." Jawab Eldred lagi. Clevan menoleh kearah Kenley dengan wajah yang acuh. "Hey manusia, pikirkan bagaimana cara kita bisa memasuki ibukota tanpa ketahuan." Ucap Clevan. Kenley memikirkan berbagai cara. Tapi jika ia memiliki izin, itu akan bertabah rumit karena harus pergi ke kerajaan Gracylia untuk meminta perizinan kepada Raja disana. Tapi jika mereka menyusup, kedua Elfair ini akan tertangkap dan mereka berdua paham betul bagaimana konsekuensinya.

"Aku hanya bisa memiliki satu cara. Pertama Kita harus pergi menuju istana Gracylia supaya kita tidak harus repot menyamar disana. Kita harus memiliki perizinan. Bukan kita, lebih tepatnya kalian berdua." Jelas Kenley dengan wajah yang serius. Clevan berdecik pelan. Itu pasti akan memakan perjalanan dan menghabiskan waktu seharian. tapi, apa boleh buat. "Baiklah, aku tahu memang tidak ada cara lain." Ucap Eldred mendukung saran Kenley.

"Kita juga tidak ingin repot-repot menjadi penyelundup diwilayah manusia kan, Clevan?" sambung Eldred tersenyum tipis kearah Elfair itu.

"Dari kerajaan ke ibukota, apa jaraknya tidak terlalu jauh?" tanya Clevan masih dengan sifat yang sama. "Lumayan. Kita bisa menaiki Vlaths dari ibukota menuju kerajaan." Kedua Elfair itu akhirnya mengiyakan perkataan Kenley.

"Baiklah, pertama kita harus mengunjungi Myrana untuk bisa sampai ke Gracylia." Ucap Eldred seraya menggulung kembali peta itu.

"Tapi jarak dari Hutan Seina menuju Myrana sangat jauh." Ucap Kenley. Clevan berdiri, pandangannya tertuju pada arus sungai yang mengalir lumayan deras kearah barat. "Kita mungkin bisa pergi kesana dengan mengikuti arus sungai ini" Clevan mengusulkan. Kenley memegang dagunnya dengan satu tangan, memikirkan sebuah cara. "Kita bisa menggunakan perahu untuk perjalanan kita ke sana" Kenley berusaha berpendapat.

"Itu ide Bagus! Kebetulan sekali di Larvard aku pernah melihat seorang Elfair pengrajin kayu, siapa tahu dia bisa membuat perahu untuk kita." Eldred menyetujui usul Kenley dan Clevan itu. Arus akan membawa mereka melewati sungai Seiry yang mengalir hingga ke hilir, membawa mereka sampai ke Myrana. Clevan membunyikan siulnya. Siul yang bahkan belum pernah didengar oleh Eldred sebelumnya. Mungkin didalam hati, Eldred menebak jika siulan Clevan itu bertujuan untuk memanggil Vhipotus. Burung Setia milik Clevan yang menjadi Partner nya sejak lama. Burung itu dapat dipercaya oleh orang-orang diistana Fcycila, sebagai Burung penghantar pesan bangsa Elfair.

Dengan beberapa siulan, Burung itu akhirnya muncul dari seberang sungai Seiry, keluar dari hutan Larnia yang ada diseberang sana. Vhipotus mulai hinggap perlahan ditangan Clevan karena pemiliknya telah mengangkat tangan kanannya. Burung itu seolah sudah mengerti dan terbiasa. "Cepat kau tulis sesuatu untuk pengrajin kayu itu, agar pengrajin kayu itu bisa segera membuat perahu nya untuk kita." Perintah Clevan pada Eldred. Eldred mulai menulis pada selembar kertas dengan pena bulu nya, dengan berisikan bahasa Elfair.

Setelah tinta dikertas itu kering, Eldred mengikatnya dengan tali berwarna putih, lalu memberikannya pada Clevan. Clevan segera mengikat surat kecil itu dengan satu tangan dengan mahir. Ia lalu membisikan sebuah mantra sambil menatap Vhipotus. Seolah seperti mengerti, Burung itu pun terbang kelangit menuju Larvard.

Hari mulai siang, matahari yang akan sebentar lagi tepat berada diatas kepala mereka. Mereka menunggu Burung itu menyampaikan pesan kepada mereka. Dalam hati, Kenley berpikir kenapa tidak menggunakan Burung itu untuk menyampaikan pesan resmi kepada Raja di Kerajaan Gracylia saja. Dengan begitu, ia tidak harus pergi ke istana. Karena itu akan membuang waktu dalam sehari.

"Eldred?" panggil Kenley yang membuat Elfair itu menoleh padanya. Eldred yang tadi sedang memeriksa busur kesayangannya itu, menghampiri Kenley yang sedang duduk dipinggir sungai.

"Kenapa?" tanyanya yang ikut duduk disampingnya. "Ada hal lain yang ingin aku temukan selain membantumu mencari Crystal legenda itu." Ucap Kenley tanpa menatap wajah Elfair yang ada disampingnya itu.

"Maksudmu?" tanya Eldred tidak mengerti, mengerutkan dahinya memfokuskan pandangannya pada Kenley. Manusia itu masih memandangi arus sungai yang mengalir dihadapannya.

"Ada suatu hal yang menurutku sangat berharga dibenua ini." Ucapnya lagi. Perkataan Kenley barusan membuat Elfair itu kebingungan. Ia tak mengerti apa yang Hamoursh itu bicarakan. Lama mereka menunggu, Vhipotus itu akhirnya kembali membawa seuntai surat kecil dikakinya dengan tali yang sama yang melingkar di pergelangan kaki kiri burung itu. Clevan melakukan hal yang serupa seperti yang biasa ia lakukan ketika burung penyampai pesan itu membawa kabar. Clevan membuka gulungan kertas yang sudah ia copot dari kaki Vhipotus yang kini hinggap dibahu bidang Elfair itu.

"Dia akan selesai membuat perahu itu besok pagi" katanya setelah membaca gulungan kertas itu. "Apa kita akan menunggunya selama itu?" kata Eldred. "Tapi kenapa kita tidak menggunakan Vhipotus untuk menyampaikan surat resmi kepada Raja di kerajaan Gracylia? Dengan begitu, kita bisa langsung pergi ke ibukota. Tanpa harus pergi ke istana terlebih dahulu." Ucap Kenley berpendapat. Clevan mengangkat satu alisnya. "Apa kau mau Burungku ditangkap para manusia disana?" Ucap Clevan berdecik pelan pada Kenley. Padahal semua pihak kerajaan mungkin akan mengenal betul jika bangsa Elfair memiliki burung penyampai pesan seperti Vhipotush itu. Tapi dilihat dari cara Clevan berbicara, Kenley sangat paham kenapa Eldred membencinya juga. Clevan keras kepala dan hanya akan menuruti kata hatinya sendiri. Itulah yang membuat dirinya dipandang sebagai orang yang arogan oleh Elfair lain.

"Dari penampilanmu, aku sangat yakin kau adalah seorang perampok. Atau mungkin disana masih ada perampok lain yang lebih bejad darimu. Aku tahu ide bodoh apa yang kebanyakan perampok seperti dirimu itu lakukan, jadi jangan harap aku mau mengikuti semua saranmu." Kata Clevan, Melemparkan wajah kebencian kepada Kenley. Seolah bangsa Manusia adalah makhluk yang paling buruk di dunia. Kenley mengepal tangannya geram.

Tapi untunglah Eldred menengahi keduanya. "Clevan! Tolong hentikan." Jauh didalam hatinya, Eldred sejak dulu sangat tidak menyukai Elfair yang satu ini. Mana bisa Lord Hardikha mengangkat dia sebagai penasihat kerajaan bangsa Elfair, Jika sifatnya saja membuat para Elfair lain juga merasa muak.

"Tolong jangan katakana itu lagi, jangan katakan kalau seolah manusia adalah makhluk yang paling buruk. Kau tidak bisa seenaknya melontarkan kata-kata yang tidak pantas pada siapapun, walaupun pada bangsa Hamoursh sekalipun, kau ingat itu!".

"Kenapa? Memang itu kenyataannya. Manusia adalah makhluk yang paling serakah!" Clevan pergi menjauhi mereka berdua. Memang perkataan Clevan ada benarnya. Gara-gara perkataannya barusan, Eldred menjadi mengingat kembali kejadian yang beberapa bulan terjadi dihutan Larnia, yang dimana banyak tumbuhan serta hewan unik dan langka yang hidup disana menjadi punah. Tapi itu bukan ulah Kenley atau para komplotannya. Mungkin sekelompok perampok lain yang berasal dari ibukota, atau bahkan- Eldred menggigit bawah bibirnya untuk berusaha berhenti mengingat kejadian itu.

"Kita akan bermalam disini, sebentar lagi akan sore." Ucap Eldred. Pria itu mengangguk seraya memendam amarahnya barusan. Jika Eldred tidak menengahinya, mungkin akan jadi masalah baru yang panjang. Padahal Kenley hanya berusaha memberikan saran tadi.

"Jangan pernah dengarkan Elfair sialan itu, aku juga membencinya." Kata Eldred pelan. Kali ini Kenley benar-benar kehabisan kata-kata dan akal sehatnya. Dalam hati ia ingin sekali mengutuk Elfair sialan berambut hitam tergerai yang telah membuat dadanya sesak.

****

Awan berwarna jingga menghiasi langit, matahari yang sebentar lagi akan berpamitan, dan malam yang dingin pun akan segera tiba. Burung-burung terlihat berterbangan diangkasa secara berkelompok. Kenley mendongakkan kepalanya keangkasa, ia berpikir jika ia bisa seperti burung-burung diatas sana yang terbang dilangit tanpa merasakan ada beban hidup. Ia sempat berpikir, kenapa ia tidak terlahir sebagai binatang saja daripada harus menjadi manusia? Lagi pula tidak ada bedanya. Cepat atau lambat semuanya akan mati. Pandangannya keatas langit teralihkan dengan suara busur yang melesatkan beberapa anak panah disungai. Itu Eldred, Elfair berambut albino itu sedang mencari ikan disungai untuk mereka makan malam. Dengan rambut yang dikuncir kebelakang, Elfair itu terlihat sangat mahir menggunakan busurnya.

"Aku akan membantumu." Kata Kenley beranjak dari duduk manisnya. "Tidak perlu, aku hanya melakukan keahlianku." Ucap Eldred masih terfokus sama bidikan yang tertuju pada ikan yang berenang melawan arus. Setiap tembakan dari busurnya, Eldred tidak pernah meleset meluncurkan anak panah pada sasaran. Kenley melihat Eldred seperti seorang Kluith dengan dua kemampuan.

Karena tidak diperbolehkan membantu Eldred, Kenley akhirnya hanya bisa mengumpulkan ikan-ikan yang sudah terkapar sekarat didekat bebatuan pinggir sungai. "Apa sudah cukup?" kata Eldred baru menolehkan kepalanya. Kenley mengangguk mantap dengan hasil tangkapan Eldred yang lebih dari cukup untuk mereka bertiga makan malam.

"Baiklah, aku akan pergi kehutan Seina untuk mengumpulkan ranting dan kayu disana." Kata Kenley hendak bergegas. Tapi Eldred mencegahnya. "Tidak usah. Clevan sedang pergi mencarinya disana." Kata Eldred sebelum melanjutkan. "Lagi pula sudah mulai gelap, kita tidak tahu apakah ada hewan buas atau bahkan demon apa saja yang akan menunggumu didalam hutan Seina." Jelas Eldred.

"T.. Tapi Clevan bagaimana?"

"Jangan kau pikirkan dia. Aku tidak percaya jika dia akan mati hanya karena serangan hewan-hewan buas disana. Sudahlah, kita harus persiapkan ini semua. Clevan sebentar lagi akan kembali." Ucap Eldred sambil membersihkan busurnya dari cipratan air tadi saat menangkap ikan.

Kenley memasang lampu minyak dan digantungkannya lampu itu disebuah dahan pohon yang rindang. Ia sesekali melihat kearah dalam hutan Seina yang gelap tanpa penerangan sedikitpun. Memang benar kata Eldred, coba saja jika dia tidak mendengarkan yang Eldred katakan tadi dan berusaha untuk memasuki hutan itu, entah bagaimana rasanya jika dirinya masuk kedalam hutan hanya dengan penerangan yang minim. Atau bahkan tidak ada sama sekali. Ia mengerti bagaimana Eldred mengandalkan teman sebangsanya yang menyebalkan itu. Seperti yang ia ketahui, bangsa Elfair memiliki kemampuan indera melebihi dirinya. Itulah kenapa mereka mampu melihat dengan jelas walau sudah malam hari.

Tak lama pun, Clevan datang membawa beberapa kayu dan ranting. Vhipotus mengikutinya terbang dari belakang sambil membunyikan suara khas-nya.

Setelah itu, Clevan mengatur semua ranting yang tadi ia kumpulan didalam hutan ditanah. Agak jauh dari sungai. Kemudian Makhluk bertelinga lancip itu mengucapkan kata-kata khusus, seperti sebuah mantra pelan. Sebuah sihir! Dia mengeluarkan api dari tangannya. Secepatnya ia mengarahkan api yang menyala terang itu kearah tumpukan kayu dan ranting yang ia sudah atur tadi.

'Elfair itu seorang Mage?!' ucap Kenley dalam hatinya terkejut. Tapi Eldred, ia tampak biasa saja. Seolah sebuah sihir bagi dirinya memang hal yang wajar diwilayah bangsa Elfair. Tapi Kenley, diwilayah bangsa Hamoursh hanya ada beberapa orang saja yang mempelajarinya. Kebanyakan hanya seorang Kluith, Aithen, Ataupun Vhynt.

Malam semakin larut setelah mereka selesai menghabiskan makan malam dengan membakar ikan-ikan yang tadi sore sudah ditangkap oleh Elfair pemanah itu. Kenley merebahkan tubuhnya ditanah, menggunakan kedua tangannya sebagai bantal. Sehingga posisinya tepat mengarah pada langit malam yang dihiasi dengan jutaan Bintang yang berserakan diatas. Itu memang sering ia lakukan ketika masih tinggal digereja dulu. Bersama Kalisha, teman kecilnya yang menghilang entah pergi kemana sejak itu.

Sesekali Kalisha mengunjungi Gereja, tempat Kenley tinggal. Sekarang Gadis itu sudah tidak pernah ia temui. Kalisha pasti tumbuh dengan cantik sekarang. Memikirkan itu, Kenley menjadi tersenyum sendiri. Tersenyum dengan hidupnya yang tidak masuk akal ini. Tanpa sadar ia memejamkan matanya, lalu tertidur begitu beberapa kibasan udara malam menyapu wajahnya.

****