2 Sebuah Misi

Hari sudah pagi, matahari yang masih sembunyi belum menampakan sinar emasnya dari arah timur. Tapi Eldred, seorang pria berdarah Elfair, sudah terbangun pagi-pagi sekali, setelah tidur selama dua jam dibawah pohon dekat Hutan Seina. Ia telah melakukan perjalanan yang melelahkan akhir-akhir ini. Bahkan tubuhya terasa remuk.

Ia menunggu kedatangan Kenley didekat Sungai Seiry.Air sungai itu terlihat jernih dan terasa dingin. Sungai terpanjang dibenua Magir Kivanal yang berujung dengan air laut diujung benua sebelah barat.

Eldred menuju sungai dan duduk diatas batu besar. Lalu membasuh wajahnya dengan air sungai yang mengalir dengan bebas. Perasaan yang melegakan seakan mengalir dari wajah menuju keseluruh tubuhnya.

Andai saja jika dia tidak mendapatkan misi yang sulit ini dari Lord Hardikha, ia mungkin hanya menjadi seorang pemanah di Pegunungan Gawhead. Karena itu memang keahliannya. Bahkan sekarang dalam perjalanan panjang ini, Eldred selalu membawa busurnya kemana pun ia pergi.

Setelah menyegarkan perasaannya, kemudian ia memperhatikan sekitarnya. Berharap sesosok Kenley secepatnya datang.Karena matahari perlahan menampakkan sinarnya melewati celah-celah pepohonan dihutan Seina yang rindang. Hutan seakan mulai terang. Bebauan pepohonan dan kicauan burung semakin terdengar melalui indera tajamnya dari pria elfair itu. Bangsa Elfair memang memiliki kemampuan mendengar, mencium, dan melihat sesuatu melebihi indera yang dimiliki bangsa Hamoursh.Itulah kenapa kaum Elfair dipandang sangat sempurna.

Ia melihat sesuatu yang bergerak dari arah Utara, suara langkah kaki yang kian makin jelas terdengar dikedua telinganya. Jelas sekali ada orang lain yang mendekati sungai. Namun setelah beberapa pikiran buruk yang terlintas dikepala Elfair berambut albino itu, ternyata orang itu adalah Kenley Rhys. Orang yang sedaritadi ia harapkan muncul.

Tapi Kenley tidak sendiri. Eldred menaikan satu alisnya. Menatap kearah kenley dengan beberapa pertanyaan. Kenapa dia datang bersama orang lain? Bagaimana jika orang itu membocorkan sebuah misi dari bangsa Elfair yang akan diceritakannya pada Kenley. Bahkan, niatnya untuk menceritakan misi beratnya itu, Lord Hardikha berpesan agar tidak ada bangsa Hamoursh yang mengetahui ini.

Mereka berdua pun akhirnya telah berdiri dihadapan Eldred. Eldred menatap seorang manusia yang berada disamping Kenley dengan tatapan tajam. Dalam hatinya, dia juga masih memiliki dendam dengan bangsa Hamours karena kisah pilu yang terjadi beberapa tahun yang lalu.

"Apa kau sudah lama menunggu disini?" tanya Kenley tanpa ada rasa canggung sedikitpun. Karena dia memang sudah terbiasa berbicara dengan kaum Elfair seperti Eldred.

"Kupikir kau kesini sendiri" ketus Eldred tersenyum pahit kearah seorang manusia disamping Kenley itu. Orang itu membuang pandangannya asal. "Liza memaksaku untuk ikut" kata Kenley sambil menoleh kearah gadis itu yang masih membuang pandangannya kearah sungai seiry yang mengalir deras disampingnya. Tapi Eldred bisa merasakan kalau Gadis berambut cokelat itu tidak terlihat jahat dari manusia kebanyakan. Ia memang tahu, kalau Kenley adalah seorang perampok di Ortania dan Gadis itu, adalah termasuk salah satu komplotannya. Apalagi dia tidak bisa sembarangan mempercayai sesuatu yang dikatakan dari mulut kaum Hamours. Kesimpulannya, Pria Elfair itu tetap harus berhati-hati. Karena belum pernah ada, bangsa Elfair dan Hamoursh bisa saling berinteraksi seperti dirinya sekarang. Kenley dan temannya ini adalah perampok. Mereka berdua pasti memiliki atasan yang biasa memerintahnya merampok setiap harinya.

"Hahaha. Tenang saja, Berkat gadis ini, aku bisa lolos dari Dryzell tadi." Kenley tertawa lepas, merangkul Liza yang membuat dia terkejut. Liza mendengus sebal. Kemudian ia berbisik pelan pada Kenley.

"Apa Elfair itu tidak menyukai keberadaanku?" tanyanya canggung. Tapi Eldred mendengarnya jelas,lalu tersenyum masam. "Aku hanya takut bangsa Hamours menjadi tahu persoalan yang sedang dihadapi kaum Elfair. Atasanku dari istana menyuruhku mengemban misi." jelas Eldred.

"Maksudmu?" tanya Liza memberanikan diri bertanya. Dengan tatapan dingin dari seorang Elfair yang berada dihadapannya itu, membuat Liza menjadi serba salah. Dia masih sedikit takut bahkan untuk menatap mata Eldred secara langsung. Dan berusaha mengindari kontak langsung dengan Eldred.

"Kuharap gadis itu bisa dipercaya." Sambung Eldred, kemudian menoleh pada liza lalu mengalihkan pandangannya lagi pada Kenley. "Tidak apa-apa, aku mengenal betul Liza ini seperti apa. Dia adalah teman kecilku yang tinggal diguild bersamaku." kata Kenley cengengesan seraya mengacak rambut Liza gemas. Itu membuat Liza semakin jengkel.

"Liza, ku harap kau bisa merahasiakan ini dari siapapun terutama Dryzell." Kata Kenley lagi. "Dia menjengkelkan." sambungnya sembari berbisik.

"Urusan itu, aku bisa atur sendiri tanpa kau beritahuku, dasar bodoh." Ucap liza melepaskan tangan Kenley yang memegangi kepalanya tadi. "Aku tahu Aku tahu, kuserahkan semuanya padamu." wajah bodoh tampak menghiasi wajah pria berkalung salib tersebut.

"Jadi, aku ingin mencari Crystal Crytilops yang menurut legenda, Crystal itu ada dibenua Magire Kivanal ini. Karena Bangsa Elfair sedang mengalami masa krisis." jelas Eldred mengerutkan dahinya. Kenley dan Liza saling bertatap, mata mereka membulat sempurna. Barusan ia pasti tidak salah dengar. Sejak dulu Dryzell sangat memimpikan Crystal itu untuk dijual kepada kolektor kaya diibukota. Harganya pasti akan sangat mahal sekali. Sayangnya, benda itu hanya sebuah legenda, dan orang-orang tidak mempercayai keberadaannya. Bahkan untuk perampok sekalipun.

"Bukankah Crystal itu cuma legenda?" tanya Kenley tidak percaya. "Memang. Tapi Kaum Elfair mempercayainya. Dan benda itu, ada disuatu tempat dibenua ini." kata Eldred. Dia menghembuskan nafas sebelum melanjutkan "Aku ingin kau membantuku mencari benda itu."

Kenley terdiam sejenak. Dia berada disituasi ragu. Jika ia mencuri benda itu yang telah didapatkannya setelah perjalanan panjang bersama Eldred nanti, apa tidak akan terjadi peperangan seperti beberapa abad yang lalu? Benda itu memang sangat diimpian bagi semua perampok. Tapi disisi lain, kaum Elfair membutuhkannya.

Gadis berambut cokelat yang berada disampingnya pun merasakan hal yang sama. Tapi ia berusaha memilih keputusan yang bijak. "Aku mendukungmu untuk membantu Elfair ini!" Kata Liza menepak bahu Kenley yang masih kelamaan berpikir.

"Ku dengar kau adalah seorang Kluith yang handal, iya kan?" Canda Liza. "Kenley seorang Kluith? Aku tidak pernah mendengar itu sebelumnya. "Elfair itu tersenyum dingin,namun terlihat hangat. Kenley menggeleng malu.

"Ah, tidak juga! Aku hanya-".

"Jadi kau mau membantuku mencari benda itu? Aku sangat membutuhkan keahlianmu dalam perjalananku." bujuk Elfair itu. "Tenang saja, Aku akan memberimu Sekantung ruby jika kau mau membantuku." Eldred mencoba menawarkan sesuatu.

Kenley dan Liza tersenyum lebar. "Jangan lupa kau harus membaginya padaku." cubit Liza seraya tersenyum. Kenley mengangguk setuju. Dan Eldred memberikannya sebuah kantung berisikan kepingan ruby.

"Baiklah apa yang harus aku persiapkan besok?" Kenley terlihat semangat. "Untuk urusan Dryzell, aku bisa tangani nanti" sambung Liza yang juga ikut antusias. Kedua manusia dihadapan Eldred ini memang terlihat bisa dipercaya. Tapi, ia juga berusaha untuk tidak bodoh dan masuk kedalam perangkap kotor yang direncakan kedua perampok ini. Jangan sampai karena dirinya, Harta yang paling berharga dibenua ini, Kenley berbalik mengkhianatinya nanti.

"Jika kau siap, besok pagi sebelum matahari terbit, aku akan menunggumu disini. Kau harus mempersiapkan perlengkapan yang akan kau bawa besok." kata Eldred memberi Koordinat kepada Kenley.

"T..Tapi, aku harus bagaimana? Dryzell pasti akan melarangku. Apalagi jika aku berbohong padanya." Kenley sedikit cemas karena hal itu. Dryzell tidak pernah mengizinkan anak buahnya pergi jauh tanpa alasan atau perintah darinya. Kenley tidak pandai dalam hal berbohong.

"Dasar bodoh, Sudah kubilang jangan khawatir. Aku bisa mengaturnya." Kata liza. Satu pukulan kecil mendarat diatas kepala Kenley. Yang membuatnya terlihat kesakitan. "Bisakah kau tidak melakukan itu padaku setiap hari?" Ucapnya seraya mengusap kepalanya.

"Ups! Maafkan aku. hahaha!" Eldred menahan tawa melihat tingkah Kenley yang terlihat masih seperti seorang anak kecil berusia tujuh tahun. Padahal usianya sudah menginjak Dua puluh tiga tahun. Tapi Anak itu,belum berubah sejak ia pertama kali menolongnya saat dirinya Anak-Anak saat dia-.

"Aku harus pergi." Kata Eldred membuka suara. Matahari yang mulai meninggi diatas kepala mereka. "Baiklah, besok aku akan tiba tepat waktu, aku janji!" Kenley membulatkan tekadnya kuat-kuat. Elfair itu berjalan menyeberangi sungai Seiry yang deras, melewati jembatan besar yang menjadi penghubung wilayah Elfair dan Hamours.

Bangsa Elfair telah dianugerahi beberapa kemampuan yang tidak terbatas oleh leluhurnya dimasa lalu. Mereka telah hidup ribuan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Mereka tidak bisa menua dan tidak mati, kecuali jika ada yang membunuhnya.Kulit putih pucat, mata biru yang Indah, serta paras rupawan, membuat kaum Elfair seakan mahkluk paling sempurna dibumi.

"Apa dia seorang Mage Elfair?" Liza membuka sebuah pertanyaan. Kenley menggeleng Aku tidak pernah melihat dia menggunakan sihir. Tapi sepertinya kau bisa melihat sendiri kalau Elfair tadi membawa busur. Sudah jelas sekali kan dia seorang Kluith, Sama sepertiku. Namun bedanya aku menggunakan Slikers" Katanya.

"Apa ada ahli khusus lainnya yang dimiliki oleh bangsa Elfair yang lain? Aku pernah meminjam buku Edgar, kalau bangsa Elfair memiliki kemampuan melebihi bangsa Hamoursh" tanya Liza menjadi penasaran. "Entahlah, tapi aku sudah terbiasa melihat kemampuan Elfair itu sejak lama. Dia adalah salah satu temanku yang tidak menua, hahaha yang benar saja." Kenley memasang senyum pahit setelah menyebut bagian kalimat terakhir barusan.

"Jadi selama ini kalian memang sudah saling kenal? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Bodoh!" Satu jiwiran mendarat ditelinga kiri Kenley. Kenley meringis kesakitan dan memegangi telinganya, berharap Liza segera menghentikannya.

"Dia telah menolongku waktu Aku tersesat dihutan Larnia dulu. "Akhirnya Liza melepaskan jiwirannya. "Sebelum Dryzell menampungku waktu dulu,Aku tersesat diwilayah Elfair karena aku tertarik dengan tumbuhan unik yang tumbuh dihutan itu.Kau tau?" ucapnya sambil mengusap telinganya. "Diwilayah Elfair?!" kata Liza sebelum melanjutkan."Seharusnya kamu mati saja disana.Untuk apa Elfair itu menyelamatkan anak nakal sepertimu. "Gadis itu mempercepat langkahnya, berjalan kembali menuju Guild.

"Kau bilang apa?"

"Hey! Tunggu aku!" Kenley bergegas menyusulnya.

****

Seorang Elfair, tampak sedang berjalan santai di dalam Hutan Larnia. Dengan membawa Busurnya, dia menyapu pandangan disekitar. Ia takut akan ada penyusup yang menyelinap memasuki wilayah kekuasaan Bangsa Elfair. Apalagi jika berkeliaran dihutan Larnia tersebut. Tumbuhan unik disana menjadi sangat langka karena dicuri oleh beberapa penyeludup belakangan ini. Walaupun kaum Elfair telah memasang Perangkap dan pengawasan yang ketat, para pencuri itu tetap saja berhasil melarikan diri dengan selamat.

'Bangsa Hamoursh, memang sangat menyebalkan' maki Eldred dalam hati. Ia akhirnya telah tiba dimana para Hewan yang hanya hidup didalam hutan Larnia itu, telah mati. Yang dibakar kemudian menjadi abu yang menyatu dengan tanah.

Namun tiba-tiba, ia merasakan ada yang terbang diatas kepalanya. Ia memfokuskan pandangannya dan menangkap seseuatu yang terbang dari satu pohon ke pohon lain. Itu burung Viphotus, burung penyampai pesan. Burung itu satu-satunya milik Clevan, Penasihat Lord Hardikha. Ia melihat ada sesuatu yang terikat dengan pita putih dipergelangan kaki kiri burung itu.

Eldred menatap burung itu dan segera mengangkat tangan kanannya diudara. Alhasil sang burung hinggap ditangan Elfair itu. Eldred mengambil pesan yang terikat dikaki burung dan kembali mengangkat tangannya keudara. Seolah telah terbiasa, Burung Viphotus itu terbang kembali ke angkasa.

Eldred membuka surat kecil yang bertanda tulis tangan Lourd Hardikha. Ia membaca surat itu yang berisikan sebuah perintah, bahwa Lord Hardikha memanggilnya menuju istana.

Setelah dia keluar dari Hutan Larnia, dia bergegas menuju Larvard. Kota kecil yang berisikan semua penduduk asli dari bangsa Elfair. Para penduduk mendirikan rumah mereka dengan memanfaatkan kekuasaan yang dihasilkan dari alam. Rumah mereka terbuat dari Batang pohon yang besar yang beratapkan dedaunan hijau yang terbentang disetiap atas rumah. Karena kota itu dekat sekali dengan hutan larnia yang menjulang tinggi disebelah timur. Bangsa Elfair sangat bergantung hidupnya dengan alam. Mereka sangat menghargai setiap yang dianugerahi oleh alam.

Eldred menyisiri jalan yang dihiasi dengan bebatuan alami. Jalan itu memiliki lebar sekitar tiga sampai empat meter. Eldred berniat untuk menaiki tumpangan menuju istana, menggunakan Anomius.Anomius adalah sejenis hewan penarik gerobak berisikan barang muatan, yang biasanya berupa gandum. Biasanya dikendarai oleh seorang petani gandum diwilayah Elfair. Namun ada juga yang menjadikan hewan itu sebagai alat transportasi dan tunggangan sehari-hari. Anomius memiliki empat kaki yang kuat. Sehingga mampu menarik beban berat, bahkan sampai seberat tubuhnya sekalipun.

Sebelum menaikinya, Eldred telah membayar kusir itu dengan Tiga puluh Ruby untuk mengantarkannya menuju istana Fcycila.Tempat itu berada dibawah kekuasaan Lord Hardikha. Ia adalah seorang tetua bangsa Elfair.

Disepanjang jalan, dia menyaksikan beberapa Elfair melakukan upacara pembakaran jenazah Elfair yang Mati didalam lubang pembakaran khusus.Kejadian itu memang selalu terngiang dikepalanya. Menghantui setiap aktivitas yang ia jalani. Untuk sampai ini, Eldred masih belum tahu apa penyebab kematian yang dihadapi bangsa Elfair ini. Padahal sebelum itu, tidak ada kematian dibangsa Elfair kecuali mereka yang gugur dalam perang beberapa abad yang lalu. Ia belum mampu meneliti sejauh ini.

'Apa Bangsa peri sekarang sedang terkena wabah atau semacamnya?' gumam Eldred dalam hati. Sungguh kejadian yang membingungkan ini semakin mengiris hatinya. Karena dirinya, masih belum bisa melakukan apapun.

Tak lama kemudian, Anomius yang menarik Eldred itu, telah sampai didepan gerbang istana bangsa Elfair. Ia turun setelah berterimakasih kepada kusir tadi. Kerajaan Fcycila dihiasi dengan permata berwarna kuning keemasan disetiap gerbang dan menaranya. Atapnya yang terbuat dari kaca yang dihiasi dengan manik warna-warni, memiliki kemewahan tersendiri didalamnya. Belum lagi dihalamannya terdapat air mancur besar yang menjadi ikon istana. Menunjukan bahwa bangsa Elfair memiliki segalanya. Kedatangan Eldred disambut Clevan yang menunggu diambang pintu. Para pengawal kerajaan mempersilahkan Elfair itu masuk kedalam istana.

Ia diantarkan salah satu pengawal menuju ruang pertemuan, Clevan mengikutinya dibelakang. Disana, Lord Hardikha telah menunggu kedatangannya. Melihat itu, Eldred buru-buru memberi hormat.

"Sebuah kehormatan, anda memanggil saya, Lord Hardikha" Ucap Eldred membungkuk dengan tangan kanan diperut dan tangan kiri dibelakang punggungnya.

"Aku ingin memberitahumu, soal pencarian Crystal Crytilops menurut legenda itu." Kata Lord Hardikha membuka pembicaraannya setelah menyuruh Eldred duduk dikursi yang sudah tersedia. "Ya. Besok aku akan mulai mencari benda itu. Tapi, aku tidak tahu apa-apa tentang Crystal itu." kata Eldred. Clevan yang daritadi berdiri disamping Eldred, tersenyum sinis kearahnya.

"Tapi aku punya petunjuk yang bisa membawamu menemukan benda berharga itu." Kata Lord Hardikha mengeluarkan sebuah kotak bermotif cakar, menaruhnya diatas meja. Eldred melihat benda itu dengan wajah yang penasaran.

Lord Hardikha membuka kotak itu, kemudian segulung kertas tersimpan rapih didalamnya. "Ini adalah sebuah peta" kata Lord Hardikha sebelum melanjutkan kata-katanya. "Aku telah menemukan beberapa petunjuk dibeberapa wilayah didalam peta ini." Lanjutnya seraya menunjukan isi peta Magire Kivanal, yang sudah diberikan titik khusus disetiap gambar yang berbeda.

"Aku telah berasumsi bahwa Crystal itu tersembunyi dibenua ini, dan itu nyata. Dengan benda itu, kejayaan bangsa Elfair akan kembali seperti dulu." Ucap Lord Hardikha lagi.

Dengan kedua tangan kekarnya, Lord Hardikha memberikan peta itu ketangan Eldred. Umur tua dari Lord Hardikha, sama sekali tidak menunjukan sisi tuanya dari Elfair itu. Dengan Zirah yang selalu ia pakai, membuat dirinya menjadi seperti ksatria dimasa lalu.

"Aku akan menjaga amanah ini dan segera membawa Crystal itu pada anda, Lord Hardikha" Jawab Eldred. "Tapi.." Eldred menghentikan ucapannya. "Ini mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat lama. "Sambungnya kemudian.

Lord Hardikha mengangguk. "Aku percaya padamu, Eldred Carlton." Ucap Lord Hardikha, lalu memegang bahu bidang Eldred, dan hendak memberikannya sesuatu. Sebuah pedang yang lumayan panjang, yang dilapisi perak yang Indah. Pada sarung pedang itu, dihiasi corak hewan Gwivhal yang menjadi lambang bangsa Elfair. Eldred tertegun melihat benda itu.

"Gunakanlah pedang ini jika kau berada dalam situasi yang mendesak. Aku tahu bahwa busurmu tidak selalunya bisa melindungimu dari serangan yang tak terduga. Aku sudah memandikan pedang itu dengan darah Gwivhal. Sehingga pedang ini bisa mengeluarkan kekuatan yang hebat yang hanya dikuasai oleh pemiliknya." Jelas Lord Hardikha. "Aku memberkatimu dengan pedang ini" sambungnya menyerahkan benda ini kepada Eldred.

Sebuah kehormatan bagiku untuk bisa menerimanya. Tapi izinkan busur hamba ini yang menjadi teman dalam perjalanku nanti.Izinkah hamba untuk bisa membuktikan kemampuan yang kumiliki untuk bisa kupersembahkan kepada kaum Elfair nanti"

Clevan sebetulnya merasa iri dengan Eldred. Karena dirinya telah mengimpikan untuk bisa mendapatkan pedang itu dari Lord Hardikha agar menjadi satu-satunya ksatria yang terkuat diwilayah Elfair. Hatinya memanas, apalagi mengetahui ada Elfair lain yang menerima pedang itu yang bukan dirinya. Untungnya Eldred menolak pedang pemberian Lord Hardikha. Namun Ia memikirkan berbagai cara jahat untuk bisa mendapatkan pedang itu agar dapat menyimpan kepercayaan Lord Hardikha kepadanya.

"Maaf sebelumnya Lord Hardikha, jika aku boleh mengusulkan. Izinkan aku ikut menemani Eldred dalam perjalannya itu." Kata Clevan tiba-tiba. Clevan dan Eldred adalah Elfair yang seumuran.

"Jika kau berkenan mengemban misi itu, aku izinkan.Kalian berdua harus bersiap-siap untuk besok." Ucap Lord Hardikha kemudian. Lord Hardikha pergi meninggalkan mereka berdua diruang pertemuan istana yang megah itu. Tapi Eldred, walaupun kau tidak membutuhkan pedang ini.aku yakin suatu saat kau akan membutuhkannya, Jadi tolong gunakanlah pedang ini dalam perjalananmu nanti Lord Hardikha membalikan badannya dan tetap berniat ingin memberikan pedangnya itu pada Eldred walaupun Elfair itu menolak.

Eldred tidak bisa membantah, Lidahnya mendadak kelu dan otaknya berhenti berpikir. Setelah memberikan pedang itu, Lord Hardikha betul-betul telah meninggalkan mereka dan menaruh kepercayaan yang besar pada keduanya.

Seketika suasana menjadi hening tanpa suara. "Baiklah Eldred, kau dalam pengawasanku sekarang. Aku bisa menemanimu untuk perjalanan jauh ini.Tapi tetap saja, aku lah satu-satunya Elfair kerajaan yang akan disegani oleh para penduduk kaum Elfair" Kata Clevan yang kemudian juga bergegas pergi, meninggalkan Eldred sendirian. Dirinya merasa gusar terhadap apa yang baru saja ia saksikan didepan matanya sendiri. Pedang yang sangat ia impikan, jatuh ketangan seorang Kluith yang bukan berasal dari kerajaan Fcycila. Dia hanya sorang Elfair pemanah biasa, tidak lebih! Rutuknya kesal seraya meninggalkan Eldred.

'Tunggu dulu, apa aku lupa memberitahu Lord Hardikha tentang perjalanan ku bersama Kenley besok?!' Benaknya.

"Sial, jika aku membicarakan ini pada Lord Hardikha tadi, Clevan tidak akan ikut bersamaku. Aku hanya tidak ingin Elfair pencari muka itu merusak perjalananku nanti." Maki Eldred pelan, melemparkan kata-kata kebencian pada Clevan. Ia tahu betul bagaimana karakter pria itu setiap ia bertemu. Clevan selalu tidak menyukainya karena beberapa hal.Eldred akhirnya keluar meninggalkan istana, Pulang menuju rumahnya di Eisternd.

****

Sementara diguild, Kenley tengah sibuk mempersiapkan peralatan yang akan dibawanya besok. Kalung salib selalu ia kenakan dilehernya. Botol untuk minum, pakaian pengganti secukupnya, serta Slikers kesayangannya. Slikers adalah sejenis pistol yang selalu Kenley bawa dalam setiap pekerjaannya. Dalam perjalanan panjang barunya yang akan ia tempuh besok ini, ia tidak ingin terus-terusan dirinya dilindungi oleh Elfair itu. Itu sangat merepotkan. Jadi Kenley akan berusaha menjaga dirinya. Edgar datang memasuki kamar karena baru selesai mandi.

"Kenley, kau mau kemana?" Tanya Edgar penasaran. "Aku mendapat misi penting bersama seorang Elfair besok." kata Kenley tanpa mengalihkan pandangannya dari tas yang telah ia isi muatan. "Tunggu. Bersama seorang Elfair katamu?!" ucap Edgar terkejut. Kenley seharusnya tidak menyebut kata Elfair pada siapapun. Apalagi ia berjanji jika tidak ingin sampai ada orang guild yang tau tentang itu. Seketika Kenley terdiam, memikirkan berbagai alasan sampai akhirnya ia habis pikir. Ia menarik nafas dan menghembuskannya berat sebelum berkata.

"Edgar, Maafkan aku. Tapi bisakah aku minta tolong padamu untuk tidak menceritakan ini pada siapapun terutama orang-orang diguild. Liza sudah tahu ini semua dan aku ingin, kau juga bisa mengerti." kata Kenley, berharap teman satu kamarnya itu bisa merahasiakan tentang Eldred, teman Elfairnya. Edgar menghembuskan nafas. Ia ikut berjongkok lalu menepak pundak Kenley.

"Aku hanya ingin kau tidak lagi merahasiakan apapun dari kami. Karena kita anggota satu guild. Kita adalah keluarga. Aku mau kau jangan lagi menyembunyikan masalah yang kau hadapi itu sendirian. Aku akan mengerti." ucap Edgar.

"Aku hanya tidak ingin semua orang diguild mencemaskanku. Terimakasih Edgar." kata Kenley merangkul pundak Edgar.

"Ohya, kau bilang kau akan pergi besok bersama seorang Elfair. Sebentar, aku penasaran. Bagaimana kau bisa berteman dengan orang dari bangsa Elfair?" Kata Edgar memulai pembicaraan yang lain. "Ceritanya panjang.." Ucap Kenley tersenyum masam.

"Menurutmu, Apa Dryzell tidak akan menghajarku jika aku pergi keluar kota dalam waktu yang lama?" Kata Kenley tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Walaupun Liza akan mengatur urusan ku dengan Dryzell nanti, tetap saja rasanya aku takut." sambungnya menatap wajah Edgar dengan penuh kebimbangan. "Hahahah kau pikir Dryzell ada di guild?" Jawab Edgar lalu mulai tertawa.

"Maksudmu?" kenley kebingungan. "Dia ada urusan diluar kota. Mungkin satu minggu kedepan dia akan kembali" jelas Edgar.

"Oh ya? Syukurlah. "Kenley merebahkan tubuhnya dikasur jeraminya. Mengepalkan tekad ditangannya kuat-kuat. "Baiklah, aku mau minum sake, sepertinya dibawah sana ramai sekali." kata Edgar beranjak keluar dari kamar.

"Kau mau ikut?" tanyanya pada kenley kemudian, setelah ia berdiri diambang pintu sebelum akhirnya keluar kamar setelah Kenley menggeleng kepalanya.

Hari sudah sore, karena matahari yang tadinya berada diatas, sekarang perlahan mulai merosot kearah barat.Warga dikota mulai memasang lampu lampu minyak untuk menerangi malam gelap yang sebentar lagi akan mereka hadapi.

Kenley mulai beranjak keluar dari kamarnya, turun kelantai dasar. Menelurusi beberapa anak tangga yang terbuat dari kayu itu. Ia tiba di ruang utama guild, tempat dimana semua anggota berkumpul setiap hari.Ia duduk ditempat yang lumayan sepi dan jauh dari keramaian.Ia menyapu pandangannya mencari seseorang. Tak lama kemudian, Liza datang menghampirinya dengan membawa dua gelas sake berukuran besar.

"Kau mau? Aku sudah membuatkannya untukmu." Liza menaruh satu gelas sake untuk Kenley dan yang satunya lagi untuknya. "Terimakasih." kata Kenley seraya tersenyum tipis.

"Kenapa Horald tidak ada disini? Kemana dia? Sejak tadi aku tidak melihatnya diguild." tanya Kenley pada Liza dengan beberapa pertanyaan.

"Hari ini Dryzell pergi keluar kota dan Horald mendampinginya." jelas Liza menatap wajah Kenley, kemudian tersenyum masam. "Kau beruntung karena Dryzell pergi" Sambungnya. Kepergian Dryzell keluar kota, membuat dirinya semakin percaya bahwa keberuntungan berpihak kepadanya hari ini.

"Tapi kau bilang saja nanti jika Dryzell pulang lebih cepat dariku. Katakan padanya bahwa aku sedang pergi ke Gracylia karena suatu alasan." Ucap Kenley, lalu menengguk segelas sake itu sampai setengah gelas.

"Beres" kata Liza mengarahkan ibu jarinya. "Padahal aku tidak tahu itu akan menghabiskan waktu berapa lama. Hahaha" Ucap kenley lagi, ia tertawa karena mabuk. Dengan nafas yang sudah penuhi bau sake.

"Jangan lupa bagi upahku. Hahaha" Sambung Liza yang Juga ikut tertawa karena mabuk. "Apa Fyon sedang diluar juga?" tanya Kenley dengan kepalanya yang sedikit berat.Liza mengangguk. "Fyon sedang mendapat tugas dari Dryzell untuk merampok disebuah bank. Tidak jauh" jawab liza, kemudian akibat terlalu mabuk, gadis itu menjatuhkan kepalanya dimeja.

"Baiklah, aku akan pergi tidur saja. Cih, disini berisik." Kenley beranjak dari tempatnya, berjalan terpapah menuju kamarnya dilantai dua. Dengan kepalanya yang pusing, ia nyaris beberapa kali tersungkur kelantai. Tapi untungnya Edgar datang menopang Kenley.Dia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang membantunya itu. Lalu ia tersenyum kecut kearah Edgar.

"Hey, bukankah kau bilang kau ingin minum sake tadi? Ayo kita minum!" kata Kenley dengan kepalanya yang sempoyongan.

"Kau minum terlalu banyak ya?" ucap Edgar khawatir kepada Kenley.Karena biasanya Pria itu hanya minum sake satu gelas kecil, itupun jika Kenley sempat. Tapi belakangan ini, Kenley seharusnya sudah jarang sekali menikmati minuman memabukkan itu, tapi entah karena ia akan pergi begitu lama dari guild dan pastinya akan jarang sekali menikmati sake bersama orang-orang diguild ini.

"Aku hanya sedikit saja minum tadi." katanya lagi sambil menopang Kenley, membantunya menaiki beberapa anak tangga untuk bisa sampai kekamarnya. Setelah tiba didepan pintu, Edgar buru-buru membuka pintu kayu yang mulai agak reyot itu. Ia membaringkan tubuh Kenley ditempat tidur jeraminya.

"Dasar bodoh, selalu saja begini. Kau sama sekali tidak berubah sejak pertama kali kau datang membantuku waktu itu." Ucap Edgar berbicara pelan. Sedangkan orang yang diajak bicara sudah tertidur akibat pusing karena sake yang diminumnya bersama Liza tadi.

"Aku yakin besok kau pasti akan mampu untuk menjaga dirimu sendiri. Aku bisa merasakan semua yang kau alami sampai sekarang ini." Edgar mencoba berbicara lagi pada Kenley. Dia menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya dengan berat.

"Aku tahu siapa orang tuaku, aku bahkan tahu siapa kamu, Kenley Rhys. Aku-" Edgar menghentikan perkataannya. Tanpa sadar, air matanya yang belum pernah ia keluarkan, tiba-tiba saja mengalir dari kedua matanya. Membasahi kedua pipinya. Ia buru-buru menyeka air matanya, kemudian bergegas untuk keluar dari kamar.

****

avataravatar
Next chapter