41 Berkhianat (2)

"Saya rasa saya tidak perlu jawaban Anda, Dokter" balas Amanda. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Sebentar, sebentar saja.. Saya mohon, ada yang ingin saya katakan" ucap Abi lagi dengan cepat, dia sedikit putus asa dengan penolakan Amanda.

"Tadi saya bertemu dengan wanita yang menampar saya, dia bertanya pada saya apa saya pernah merasakan jatuh cinta yang teramat sangat" tiba-tiba Amanda bercerita tentang apa yang Vita katakan pagi ini di kantornya.

"Wanita itu bahkan melukai saya karena terlalu takut kehilangan orang yang dia cintai. Mendengar itu saya sadar, pertanyaan saya tempo hari sangat keterlaluan" lanjut Amanda lagi. Abi kebingungan dengan kalimat Amanda yang tidak dia mengerti akan kemana arahnya.

"Maksud kamu?" tanya Abi. Amanda tersenyum kecil.

"Harusnya saya tidak bertanya seperti itu. Saya salah, salah sekali. Bahkan kalaupun perasaan saya pada Dokter, tidak bertepuk sebelah tangan," Amanda berhenti sebentar, dia merasa malu sendiri dengan ucapannya itu.

"Saya juga masih tidak punya hak untuk meminta Dokter melupakan almarhumah istri Dokter, permintaan itu bukan hak saya dan sangat tidak pantas saya katakan" lanjut Amanda. Abi terdiam. Dia bingung harus merespon apa. Semua ini diluar perkiraan dirinya.

"Saya minta maaf. Harusnya saya tahu kalau kenangan itu adalah hal yang bisa membuat Dokter bisa bertahan, harusnya saya tidak meminta Dokter melupakan kenangan paling berharga dalam kehidupan Dokter." Amanda mulai melanjutkan kalimatnya. Dia memikirkan hal ini sepanjang perjalanan dari kantor tadi.

Amanda merasa dirinya terlalu kejam dan jahat pada Abi. Lelaki itu kehilangan istrinya karena kecelakaan, dimana saat itu istrinya sedang mengandung. Anak mereka juga meninggal karena kejadian itu. Dan yang mungkin lebih menyedihkan lagi, Abi yang menyetir saat kecelakaan itu. Abi yang paling menderita karena kejadian itu. Amanda yakin lelaki itu pasti menyalahkan dirinya sendiri.

Bagaimana Amanda bisa begitu kejam meminta Abi melupakan kenangan manis dia dan Nia. Kalimat Vita pagi ini membuat Amanda sadar, ada kalanya mencintai seseorang tanpa menggunakan akal sehat, justru tidak menciptakan sebuah kebahagiaan. Bahkan bila Amanda sudah resmi menjadi kekasih Abi pun, Amanda tidak punya hak untuk membuat Abi melupakan almarhumah istrinya. Amanda baru sadar akan kesalahannya.

"Saya tidak mungkin menang melawan kenangan terbaik dalam hidup Dokter. Mungkin akan lebih baik bila kita hanya sebatas dokter dan pasien saja, atau mungkin hanya sebatas tetangga apartemen. Sekali lagi saya minta maaf" lanjut Amanda. Perjalanan hari ini dan semua kejadian hari ini membuat Amanda tersadar, dia sudah membuat kesalahan.

"Tunggu sebentar, jangan pergi dulu, kamu belum dengar apa yang mau saya katakan" cegah Abi, menahan lengan Amanda. Gadis itu terpaksa berhenti.

"Apa?" tanya Amanda. Abi melepaskan pegangannya, dia tidak ingin menyakiti Amanda seperti sebelumnya.

"Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya rasa.. Saya mulai jatuh hati dengan kamu." aku Abi dengan jujur. Amanda merasakan degup jantungnya berdetak lebih cepat saat Abi mengungkapkan perasaannya. Hal yang sudah Amanda tunggu selama ini.

"Tapi harus saya akui, saya memang belum bisa melupakan Nia, mungkin tidak akan pernah," lanjut Abi lagi, melunturkan semua kebahagiaan yang tadinya sempat menyelimuti Amanda. Seperti dugaannya. Dia tidak akan pernah menang melawan kenangan Abi dengan almarhumah istrinya.

"Saya mengerti," balas Amanda. Memberikan senyuman yang dia paksakan.

"Jangan pernah coba lupakan Dok, istri Dokter wanita yang sangat baik" balas Amanda, mengingat sosok Nia yang dulu pernah dia temui. Wanita cantik yang lembut sekali, baik dan sangat menyenangkan, wajar saja bila Abi tetap tidak bisa menggeser posisi wanita itu di hatinya.

"Mengenai pertanyaan dokter sebelumnya, untuk memulai hubungan kita dari awal lagi, sepertinya saya belum bisa" lanjut Amanda. Abi terkejut mendengar kalimat itu. Dia sudah berusaha jujur dengan Amanda, tapi gadis ini justru menolak dirinya. Apa dia sudah terlalu terlambat, atau mungkin karena kalimat dan perlakuan dirinya selama ini terlalu dingin dan kejam, sehingga membuat Amanda begitu terluka dan tidak bisa menerima perasaannya.

"Tapi.., ".

"Ada banyak kejadian diantara kita Dok selama ini. Banyak hal yang saya pelajari, banyak hal juga yang mengubah perasaan saya pada Dokter. Seperti yang Dokter pernah bilang sebelumnya dan yang tadi saya katakan juga, mungkin lebih baik kita kembali seperti dulu saja, hubungan kita hanya sebatas dokter dan pasien atau tetangga apartemen. Biar saya dan Dokter sama-sama meyakinkan perasaan kita masing-masing dulu," balas Amanda lagi, memotong ucapan Abi dengan cepat.

"Terimakasih karena Dokter sudah membuat saya seperti sekarang, saya pamit" balas Amanda, beranjak pergi meninggalkan Abi sendirian.

"Tunggu Amanda!" cegah Abi lagi.

"Maaf Dokter, saya rasa saya hanya ingin sendiri dulu" ucap Amanda. Gadis itu pun pergi.

Lelaki itu tidak mengejar Amanda. Entah mengapa hatinya merasa sangat sakit dengan penolakan itu. Walaupun dia juga merasa pantas diperlakukan seperti ini oleh gadis yang sekarang memenuhi pikirannya. Semua ucapan dan tingkah lakunya dulu, pasti sudah membuat Amanda bingung dan terluka, atau mungkin saja perasaan gadis itu padanya sudah berubah. Abi terlambat, sangat terlambat untuk memperbaiki semuanya. Kini pria itu hanya bisa menunggu. Menunggu sampai Amanda mau kembali membuka hatinya untuk Abi.

_______________

Halo lagi

Agak sedih dulu yaa, nanti ada lanjutannya jadi sabar yaa

btw selalu ditunggu review, komentar, batu kuasa untuk semua cerita aku..

terimakasih dan happy reading

avataravatar
Next chapter