webnovel

Am I His Mate?

"Kau adalah Mate ku, milikku. Sejauh apapun kau pergi atau bersembunyi, aku akan selalu menemukan mu." Kata kata itulah yang selalu terngiang-ngiang di kepala Rose selama satu tahun ini. Rose tak mengerti kenapa ia selalu mendapat suara suara itu. Rose juga tak tahu menahu tentang kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh kedua orang tuanya. Sementara itu, seorang penguasa Blue Moon Packs tengah bersiap menyambut pengkhianat yang membawa lari Mate nya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

hanyeoreum_30 · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

AIHM-The Dream

"Hosh... Hosh.. Hosh... Aaakhh..."

Bruuugh

"Aw... Sakit..." ringis Rose sambil memegangi kakinya yang berdenyut karena jatuh saat berlari.

Rose bergidik saat mendengar suara lolongan dari kejauhan. Ia harus lari. Rose berteriak karena rerumputan yang cukup tinggi bergerak mendekatinya.

"Aaakhhh..." ringis Rose saat memaksa dirinya berdiri. Rose terus berlari sambil menyeret kakinya yang sakit. Ia tak berani melihat ke belakang karena ia yakin ada yang mengejarnya.

Sreeekkk.... Sreekkkk

Rose teriak kencang saat sebuah bayangan berdiri tepat di depannya. Rose terduduk di tanah. Kedua matanya membelalak saat melihat seekor Serigala hitam sangat besar dengan bola matanya yang tampak bersinar.

"Pergi! Pergi!" teriak Rose mengusir serigala besar itu dengan ranting ranting yang berserakan di tanah.

Serigala hitam besar itu berjalan setapak demi setapak mendekati Rose yang ketakutan. Rose ingin sekali melarikan diri dari sana tapi tubuhnya tak bisa bergerak.

Seolah ada lem kuat yang membuat tubuhnya terdiam disana. Air mata Rose mulai membanjiri wajah cantiknya.

Rose memejamkan matanya saat serigala hitam itu mendekatkan moncongnya kearahnya. Ia pun menahan nafas sejenak. Deru nafas serigala itu terdengar nyaring dan hangat.

Mama... Tolong aku. Cicit Rose dalam hati. Tubuhnya bergetar hebat.

"Akhirnya aku menemukan mu sayang."

Rose membuka matanya. Kedua matanya langsung bertatapan dengan mata serigala hitam itu. Seringainya menampilkan taring taringnya yang runcing dan tajam.

Rose mengedarkan pandangannya mencari suara yang tadi ia dengar.

"Kau mencari siapa sayang? Aku ada didepanmu." Suara itu kembali terdengar.

Rose semakin ketakutan saat mendengar suara dari serigala itu. Langkahnya semakin mendekat.

"Pergi... Jangan mendekat. Aku mohon..." usir Rose. Tubuhnya terlihat sangat kecil di banding dengan ukuran serigala tsb.

"Aku tak akan pergi sayang. Aku akan terus bersamamu." ucap serigala itu.

Rose menatap kedua mata serigala yang tajam itu. Seolah dihipnotis, Rose diam saja saat serigala itu menancapkan taringnya di lekukan leher jenjangnya.

"Aaakkkhhh..." ringis Rose saat darahnya bercampur dengan darah yang sang serigala.

Ia memegangi lehernya yang masih mengeluarkan darah setelah taring taring tajam itu terlepas. Rose kembali menangis.

"Kau milikku. Ingat itu sayang." ucap serigala jantan itu. Rose merasakan sakit yang teramat sangat ditubuhnya.

Ia menjerit kesakitan sembari memegangi lehernya. Tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya. Hanya ada serigala hitam itu yang bersamanya disana.

Suara rintisan Rose bersahutan dengan lolongannya. Rasa nyeri yang tidak tertahankan itu membuat Rose terbangun dari mimpinya.

***

"Aaaahhh.. Hah... Hah.. Hah..."

Rose terduduk diatas ranjang dengan tubuh yang basah dengan keringat.

Mimpi itu lagi.

Ada apa sebenarnya denganku?

Rose bertanya-tanya maksud dari mimpinya selama ini. Sudah satu bulan ini ia selalu bermimpi yang sama.

Bertemu serigala hitam yang sangat besar, lalu di gigit lehernya. Entah pertanda apa yang pasti setiap mengalami mimpi itu, leher kanannya selalu berdenyut nyeri.

Rasa nyeri yang ia rasakan dialam mimpi terbawa juga ke dunia nyata. Rose mendesah berat.

Sampai kapan ia harus terus mengalami mimpi yang mengerikan itu.

Rose pun turun dari ranjang hangatnya lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia harus berangkat bekerja. Ia bekerja sebagai pegawai di salah satu butik ternama di kota New York.

"Morning Zach." sapa Rose saat turun dari kamarnya di lantai 2.

Zach tersenyum membalas sapaan Rose dan sibuk mengaduk aduk sarapan mereka pagi ini.

"Humm... Wanginya enak. Ini apa?" tanya Rose yang semakin ngiler dan lapar.

"Hari ini kita akan sarapan ala Mexican. Tunggulah sebentar lagi kuahnya sebentar lagi matang." ucap Zach sambil mendorong Rose duduk di meja makan.

Zach dan Zalina adalah teman satu rumah Rose. Zach adalah seorang koki di restoran bawah rumah mereka. Ia seorang gay. Sedangkan Zalina adalah seorang model baru yang tengah merintis karirnya.

Rose pertama kali bertemu Zalina saat baru tiba di New york 2 tahun lalu. Berawal dari sering menginap, akhirnya Rose memutuskan untuk ikutan share kamar di rumah yang ditempati Zalina.

Awalnya Rose takut karena ada pria yang tinggal disana. Tapi setelah mendengar penuturan Zalina kalau Zach seorang gay, Rose setidaknya sedikit lega.

"Apa dia belum bangun?" tanya Rose tentang keberadaan Zalina. Zach mengendikkan bahunya.

"Entahlah. Setahuku dia semalam pulang menjelang pagi."

"Bukannya dia ada pemotretan pagi ini. Kenapa belum bangun. Coba aku bangunkan dia dulu." Rose melangkahkan kakinya ke kamar Zalina. Kamar yang paling luas diantara kamarnya dan Zach.

Zalina lebih dulu menempati rumah ini, sebel Zach dan Rose. Jadi ia berhak memilih kamar super besar ini.

Belum juga Rose mengetuk pintu kamar Zalina, Rose mendengar suara ribut dari dalam kamar. Sepertinya Zalina sudah bangun dan ia kesiangan.

"Zal... What's wrong? Are you oke?" tanya Rose sambil menempelkan telinganya di pintu kamar.

Suara gedebak gedebuk dari dalam membuat Rose khawatir. Ia pun mengetuk pintu kamar Zalina. Rose menatap Zach yang malah asik dengan menu sarapan buatannya.

"Zal buka pintunya. Kau membuatku khawatir."

"It's oke. It's oke. Sebentar lagi aku keluar."

"Baiklah. Segeralah sarapan. Bukannya kau ada pemotretan pagi ini."

"Oke mom. Thanks."

Rose menggelengkan kepalanya. Ia lalu kembali duduk dan bergabung dengan Zach. Rose mendengar celotehan Zach pagi ini yang selalu membanggakan hasil karyanya.

Masakan yang di buat Zach sungguh nikmat. Ini masakan Mexico yang terenak yang pernah ia makan. Beruntungnya ia dan Zalina yang selalu di buatkan masakan oleh Zach.

Ia dan Zalina dilarang menyentuh dapur karena dapur adalah area kekuasaan sang chef.

***

"Oh my goodness. Aku telat. Aku telaaat..." teriak Zalina yang buru buru keluar dari kamarnya dengan membawa tas besar yang berisi perlengkapannya.

"Hei kau mau kemana? Ayo sarapan dulu." ucap Zach yang melihat Zalina tengah duduk memakai sepatunya. Rose membawakan menu sarapannya yang belum ia sentuh. Zalina pasti sangat kelaparan saat ini.

"Makanlah. Kau pasti butuh banyak tenaga buat hari ini." Rose menyodorkan piringnya.

"Sudah tak ada waktu lagi. Aku sudah terlambat. Oh shit!! Kenapa susah sekali memasang talinya."

"Cepat makan dulu sarapan mu biarkan pria ini yang membuat simpul tali sepatu mu." perintah Zach kepada Zalina.

Ia mengerang. Tapi menurut juga. Zalina memakan sarapannya sementara Zach membenarkan tali sepatunya.

"Oh come on Zach aku sudah terlambat." keluh Zalina.

"Oke sudah selesai ladies."

"Oke thanks for breakfast. Aku semakin mencintai masakan mu Zach. Thank you Rossy. I have to go bye."

Rose dan Zach membalas lambaian tangan Zalina. Gadis tinggi dan kurus itu berlarian menuju halte bis.

Keduanya kembali masuk ke dalam rumah dan melanjutkan sarapan mereka.

"Aku mendengarmu berteriak lagi pagi ini. Apa kau masih bermimpi yang sama?" tanya Zach membuka obrolan.

Rose mengangkat wajahnya dan mengangguk. Zach dan Zalina sudah sering diceritakan olehnya tentang mimpi aneh yang selalu ia alami setiap malam.

"Apa ada kelanjutan dari mimpi mimpimu atau hanya sampai kau di gigit saja?"

"Tak ada kelanjutannya. Berakhir dengan aku kebangun karena gigitannya. Rasanya seperti nyata." ucap Rose sambil mengelus leher kanannya yang terasa berdenyut.

"Aku tak bisa membayangkan betapa mengerikannya itu."

Rose mengangguk. Ia menatap jam tangannya. Ia harus segera berangkat bekerja.

"Oke i'm done. Thank you for delicious breakfast. Aku juga sudah harus bekerja." ucap Rose sambil membawa piring-piring kotor ke dapur.

Zach mengacungkan jempolnya.

"Eum... Zach. Karena aku sudah telat, bolehkah aku mencuci piringnya sepulang bekerja."

Karena Zach yang selalu memasak, Zalina dan Rose bertukar peran mencuci bekas piring dan peralatan masak. Hari ini harusnya jadwal Rose yang mencuci piring tapi ia takut terlambat dan membuat Nyonya Moore mengamuk pagi hari adalah sebuah kesialan baginya.

"No way. Kau harus mencucinya sekarang juga."

"Tapi aku sudah sangat telat. Kau tahu kan Mrs Moore kalau sudah..."

"Now!" Zach tak mau menunda nunda. Ia ingin rumahnya selalu bersih. Rose mengerang dan mulai mencuci piring piring kotor itu dengan terburu buru.

"Nanti aku akan mengantarmu ke butik karena aku mau mengambil pesanan untuk restoranku hari ini." ucap Zach sambil menyimpan piring kotornya kedalam bak pencucian.

"Yeaaayyy... Zach kau yang terbaik. I love you Zach." Zach menepiskan tangan berbusa Rose darinya.

Ups.

Rose tertawa lalu dengan santai mencuci wadah wadah kotor itu dengan baik.

"Sayangnya aku lebih mencintai Pedro dibanding kau ataupun Zalina." kekeh Zach. Rose ikutan tertawa.

***

TBC...