webnovel

Bab. 24 ||Ingatan Yang Hilang Part. 2||

Bab. 24

Damian menundukkan kepalanya dan berjalan bolak-balik di pintu masuk UGD dengan wajah pucat.

"Bos, Nyonya akan datang kesini."

Damian membeku lalu dia menganggukkan kepalanya dengan lemah karena dia tidak bisa menyembunyikan kejadian yang besar ini dari istrinya.

"Pergi katakan padanya, persiapkan mentalnya."

Assisten Damian menatapnya dengan kasihan dan khawatir karena bosnya kini sangat kuyu setelah kejadian kedua anaknya yang menghilang apalagi saat dia menemukan anaknya dalam keadaan yang mengenaskan lalu dia berbalik untuk memanggil istri bos dan mengatakan beberapa parah kata.

Polisi yang datang melihat bos dari perusahaan nomor satu di Asia memiliki wajah pucat dan gugup dengan tenang dan hanya memberikan simpatinya karena kejadian ini pasti berdampak buruk pada seseorang yang telah memiliki keluarga dan anak.

Kepala dari kepolisian yang menangani kasus khusus ini menatap teman baiknya dengan kekhawatiran diwajahnya.

"Damian anakmu pasti akan baik-baik saja."

"Ya, dia pasti akan baik-baik saja" Damian menganggukkan kepalanya dengan kuat karena dia akan mencari dokter terkenal karena keberhasilannya dalam menolong pasiennya dengan selamat jika keadaan anaknya sangat buruk.

"Maaf telah membuatmu merepotkan." Damian menatap Fajar Kepala dari kepolisan dengan tatapan meminta maaf.

"Tidak perlu karena ini adalah tugas kami untuk menangani kasus ini, apalagi kasus ini juga terkait tentang eksperimen pada manusia."

"??!!"

Fajar melihat Damian membeku dan menatapnya dengan ketidakpercayaan dimatanya, menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal lalu berkata dengan perlahan.

"Damian, pria yang telah mencuri anakmu selamat dari ledakan yang terjadi ditempat itu, mungkin keadaannya sekarang sangatlah buruk tapi kami tidak mengetahui dimana dia bersembunyi. Tapi karena kamu memberikan berbagai petunjuk dari pelaku pada kami, kami menemukan laboratorium yang berisi berbagai eksperimen pada manusia yang sangat kejam."

"Jadi kami juga ingin membuat laporan dari anakmu apa yang terjadi disaat mereka diculik dan menggambarkan sebuah proses yang terjadi hingga ledakan itu terjadi."

Damian terhuyung dan dengan gagap dia berkata.

"Eks.. Eksperimen... Manusia..?

"Yah, jadi kami juga ingin mengetahui keadaan anakmu saat ini."

Saat mereka berbicara Chelsea berlari kearah Damian yang memiliki wajah pucat.

"Suamiku, bagaimana dengan Vano dan Lendra?"

Damian menatap wajah istrinya yang memiliki wajah panik lalu dia memeluk istrinya dengan erat dalam diam karena dia masih syok.

Chelsea memeluk kembali suaminya karena dia melihat rasa bersalah, panik dan lelah dimatanya yang membuatnya terdiam lalu dia kembali tenang.

Ting!

Lampu merah yang menyala kini menjadi hijau, lalu dokter keluar dengan wajah lelah.

Keluarga Dirgantara dan para polisi menatap dokter dengan tatapan bersemangat yang membuat dokter merasa sedikit tekanan karena ditatap.

Dokter menatap yang menjadi orang tua anak yang dia selamatkan dengan sedikit tatapan kasihan dan sedih.

"Tuan dan Nyonya Dirgantara?"

"Ya." Damian dan Chelsea berkata dengan serempak.

"Kondisi anakmu sangat buruk, kami tidak bisa membantu banyak. Kami telah menyelamatkannya sebisa mungkin karena peralatan medis kami belum mencukupi hanya kalian harus memindahkan perawatannya diluar negeri."

"Keadaan anakku dokter...?"

"Kami mengusulkan kalian untuk memindahkan perawatan anakmu diluar negeri karena kami menemukan bahwa terdapat berbagai sel-sel yang tidak diketahui ditubuh anakmu yang melebur dengan darah anakmu. Dan..."

Wajah dokter menjadi pucat karena anak itu telah memiliki banyak racun mematikan yang ada ditubuhnya tapi yang membuatnya luar biasa adalah tubuh anak itu telah mengembangkan resistensi terhadap racun yang ada ditubuhnya. Tapi ini juga akan memberikan efek negatif pada tubuhnya yang akan membuat tubuhnya menjadi sangat dingin dan pada saat-saat tertentu racun itu meledak yang membuat anak itu dalam keadaan maniak.

Melihat wajah buruk dokter membuat semua orang memiliki firasat buruk.

"Tubuh anakmu memiliki banyak racun tapi karena itu dia juga akan kebal terhadap berbagai racun, tapi jika seseorang membuatnya meminum racun kembali itu akan menyebabkan reaksi berantai ditubuhnya."

Wajah semua orang menjadi pucat, polisi yang tahu bahwa anak itu akan memiliki sesuatu tapi mereka tidak menyangka bahwa anak itu juga akan menjadi bahan eksperimen untuk orang itu.

Fajar menatap bawahannya lalu dia pergi kearah dokter untuk membuat transkrip.

"Tunggu.. bisakah aku melihat anakku?"

Chelsea menatap dokter dengan permohonan dimatanya yang membuat dokter tertegun lalu dia merasa kasihan karena orang tua ini harus melihat anaknya dalam keadaan seperti ini tapi dia tidak bisa melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakitnya dan dia menganggukkan kepalanya.

"Anakmu mungkin akan bangun sebentar lagi."

Chelsea dan Damian dengan cepat pergi ke bangsal.

Ruang UGD

Elvano menatap langit putih yang ada didepannya dengan kosong karena dia masih merasa sedikit tidak nyata.

Suara pintu yang terbuka membuat Elvano memiringkan kepalanya dan menatap pengunjung yang datang.

Melihat itu adalah ibu dan ayahnya dia menghela napas dan menutup matanya dengan tenang.

Chelsea dan Damian yang ingin berbicara berhenti dan hanya menatap Elvano yang telah menutup matanya.

Chelsea menatap Damian dengan kecemasan dan keengganan karena anaknya akan pergi. Tapi untuk kesehatan Elvano mereka harus melepaskan anaknya dan menitipkan pada ayah dan ibunya yang ada di Prancis.

Damian hanya tersenyum pahit dan menepuk punggung Chelsea untuk menenangkannya.

"Jika dia sudah sembuh dia pasti akan kembali pulang."

"Tapi..."

"Shht... Tidak apa-apa."

Chelsea menutup mulutnya dan mengelus kepala Elvano yang tertidur. Setelah beberapa menit mereka diam disana mereka pergi.

Damian hanya menepuk kepala Elvano dengan pelan lalu pergi, lalu Chelsea mengecup dahi Elvano dan berbisik kecil.

"Malam sayang."

Elvano membuka matanya dan melirik ke arah orang tuanya yang pergi sambil mengerut keningnya karena sedikit bingung tapi dia tidak mempermasalahkannya dia hanya ingin tidur untuk menutupi kelelahan mentalnya.

Dia tidak menyadari bahwa dia akan pergi menjauh dari orang tua dan adiknya.

Saat dia sadar adalah dia sudah ada bersama kakek dan neneknya yang ada di Prancis yang membuatnya menjadi autis dan depresi meskipun dia merasakan kasih sayang mereka yang melimpah dia hanya ingin bersama orang tua dan adiknya setelah kejadian itu. Dia juga menyembunyikan keadaan psikologi yang semakin terdistorsi dari kakek dan neneknya agar tidak membuat mereka khawatir dan dia juga mengumpulkan berbagai kekuatan ditangannya setelah dia mengetahui bahwa Kent tidak mati saat ledakan itu terjadi yang membuatnya hampir kehilangan kendali karena marah.

Disaat bersamaan di dunia Alvaro saat Elvano diperlakukan sebagai percobaan.

Terlihat seorang remaja yang terlihat seperti 17-18 tahun sedang menutup matanya di tempat tidurnya besarnya dengan berbagai barang yang berantakan dilantai, itu karena remaja yang tertidur diranjang telah menghancurkan berbagai barang di kamarnya setelah dia dalam keadaan maniak.

[Ah, siapa kamu?]

[Kenapa hanya jiwa mu yang ada, dimana kesadaran mu?]

[Luar biasa! Kenapa bisa ada seseorang yang sadar meskipun dia hanya memiliki jiwa tapi kesadarannya yang hilang.]

[Jiwa yang menarik.]

[Kehidupan yang ke dua.]

[Apakah dia akan seperti kita?]

[Tidak mungkin!]

[Orang gila ini mungkin akan kembali kedunia tempat dia berada dan dia tidak akan bisa berada disini terlalu lama.]

[Kenapa?]

[Jika tidak dia akan kehilangan kendali seperti sebelumnya.]

[....]

[Keadaannya saat kehilangan kendali sangat menakutkan.]

[Mungkin dia tidak akan bisa sadar dan menjadi manusia yang akan membunuh semua orang yang ada disini.]

[Seperti binatang buas yang kehilangan kendali yang akan menghancurkan semua yang ada didepannya.]

[Sungguh menyedihkan.]

[Jiwa yang menarik ini telah menjalani kehidupan yang terlalu menyedihkan, bahkan dikehidupan ini hidupnya dibenci oleh dunia.]

[Bahkan jika kita telah bersamamu selama bertahun-tahun kenapa kamu juga tidak mencoba mempercayai kami.]

[Jika saja kamu dengan sepenuh hati mempercayai kami kamu tidak akan memiliki beban yang sangat berat karena emosi yang selalu kamu pendam.]

[....]

Alvaro mengerut keningnya karena dia saat ini berada ditempat yang sangat aneh karena tempat ini sangat kacau dengan berbagai klip film seolah-olah mereka tidak bisa tersusun karena mereka telah kehilangan sesuatu yang bisa membuatnya kembali tertata.

Alvaro menuju klip film yang paling terang karena dia merasakan keakraban yang aneh bahkan keadaan tirani yang selalu ada di jiwanya menjadi sedikit tenang.

Sebelum dia menyentuhnya klip film itu berputar dengan cepat yang membuat Alvaro tidak bisa menangkap apa yang ada dalam film itu meskipun gambar-gambar itu sangat buram.

(Sayang ayo datang....)

(Bu.. Bu..)

(Wow! Vano Luar biasa!)

(Hehe..hehe.. yah... Ayah)

Klip film itu terus berputar dengan cepat kali ini meskipun itu buram dia bisa menangkapnya.

(Sayang kamu akan mendapatkan adik kecil jadi jaga dia baik-baik oke?)

(Saudara.... Saudara. Oke!)

(Vano, Lihat bukankah adikmu sangat lucu.)

(Lembut...)

(Hahaha~ tentu saja pipi adikmu sangat lembut.)

(Hehehe~)

...

(Kakak.. Kakak..)

(Lendra, Hati-hati...)

(Kakak akan menangkap ku dan tidak akan membuat Lendla Jatuh kan?)

(Ummm.)

(Hehehe~ Kakak yang telbaik!)

Alvaro menatap kosong pada gambar buram dan suara bahagia yang ada didepannya yang memiliki kebahagian murni yang membuat jantungnya berdenyut dengan sedikit rasa kesemutan.

Tik... Tik...Tik..

Rasa dingin yang ada di pipinya membuat Alvaro mengulurkan tangannya dan mengusap air yang ada di pipinya dengan kosong.

Ah..?

Menangis?

Sudah berapa lama aku tidak menangis..?

Tapi kenapa tidak bisa berhenti.

Alvaro mencoba mengusap air mata yang selalu berjatuhan dari matanya dengan kasar, tapi air matanya terus mengalir bahkan jika dia mengusapnya.

Mencoba menjauh dari tempat yang membuat jantungnya berdenyut tiba-tiba dia melihat klip film yang sangat gelap yang membuatnya berlari untuk melarikan diri dari tempat yang membuatnya emosional.

Seperti sebelumnya klip film ini dengan cepat berputar yang membuat Alvaro menatap pemandangan yang ada didepannya dengan tercengang.

Pemandangan yang ada didepannya membuat Alvaro sangat marah dan tirani yang ada di jiwanya kembali menyerangnya.

(Biarkan aku pergi! Ughhh.... Ughhh... Ahh!)

(Kakek Varo akan mengikuti semua perkataan kakek, jadi kumohon berhentilah... Ah! Ah! Varo sakit....)

(Vano... Vano... Tubuhmu sangat istimewa yang bisa membuat berbagai sampel yang aku buat dengan berbagai racun dan hewan menyatu denganmu... Jadi aku tidak akan melepaskan bahan percobaan yang sempurna yang ada di depanku.)

(Alvaro sudah kakek katakan berapa kali untuk tidak mengikuti orang-orang yang lebih rendah darimu, bersikaplah sempurna jadi jangan selalu ceroboh seperti mereka!)

(Berhentilah membuatku mengikuti semua perkataan mu!)

(Berhentilah membuatku mengikuti semua perkataan mu!)

(Apa kamu tidak ingin menyelamatkan adikmu?)

(Varo... Apa kamu menginginkan kasih sayang keluarga dari kami?)

(Tolong aku...)

(Seseorang bisakah kamu menolong ku...?)

(Ayah, ibu Vano sakit...)

(....)

Berhenti!

Tidak! Kumohon berhenti!

Alvaro memegang kepalanya karena rasa sakit menghantamnya dengan keras. Bahkan dia sudah mencoba menyakiti dirinya sendiri dengan menggigit lidahnya, memukul kepalanya, dan dia bahkan berani menggali matanya sendiri.

Ah! Ah! Ah!

Sakit! Sakit! Sakit!

Alvaro meringkuk untuk mengurangi rasa sakit yang ada dikepalanya.

Dunia nyata tempat Alvaro.

[Dia kenapa?]

[Shht! Dia akan bangun.]

Alvaro terbangun dengan keras dan terengah-engah sambil mengeluarkan keringat dingin bahkan tubuhnya masih bergetar yang membuatnya bingung.

"Apa itu...?"

Dia merasa bahwa dia telah memimpikan sesuatu tapi dia melupakannya yang membuatnya sedikit panik karena menurutnya itu sangat penting.

Sakit!

Kepalanya terus berdenyut kesakitan yang membuat Alvaro merasa kesal.

Sial! Ini sangat menjengkelkan!

Setelah bertahun-tahun saat Alvaro dewasa dia melupakan mimpi yang sangat membekas dihatinya selama tiga tahun.

-

-

Suara pistol yang berterbangan diudara membuat keadaan yang ada di kantor Elvano menjadi sangat berisik.

"Penghianat itu!"

Alex mengutuk setelah mengetahui bahwa yang membuat keadaan disini menjadi berantakan adalah Jack dan Simon yang dia anggap sebagai semut yang mencoba mengguncang pohon besar merasa sedikit terkejut karena mereka benar-benar membuat pohon besar ini sedikit terguncang.

Seorang yang baru saja akan menginjak remaja menatap semua yang ada didepannya dengan dingin dan tenang. Dengan rambut pirang, wajah yang tampan meskipun masih kekanak-kanakan, mata peach dengan warna pupil biru langit yang indah tapi menatap semua orang dengan tatapan dingin, batang hidung yang tinggi, bibir tipis yang pucat menekan erat, dengan tinggi 185 dia menekan tinggi badan pria dari berbagai usia, kulit yang sangat pucat bahkan seseorang akan melihat warna urat nadi yang kehijau-biruan dikulitnya yang membuatnya terlihat rapuh dan sakit, tapi jika kalian menganggapnya rapuh maka kamu salah besar karena orang ini telah membunuh banyak orang ditangannya yang masih bisa dikatakan dia masih anak-anak.

Elvano menurunkan matanya dan terdiam karena dia benar-benar sudah menganggap semua yang ada didepannya dan yang dia miliki menjadi kosong dan hampa setelah dia membunuh pria itu yang membuatnya menjadi seperti ini dengan tangannya sendiri dan bahkan dia menyiksanya dengan kejam sebelum dia membuatnya mati.

"Khekehkehe, siapa yang mengatakan bahwa aku menganggap kehidupan manusia sebagai semut dan rumput yang bisa diberantas kapan saja, bukankah kamu menjadi seperti ini." Kent tertawa keras karena anak kecil ini telah dewasa dan bisa membalasnya dengan sangat kejam dan berdarah. Dia merasa sangat, sangat senang meskipun keadaannya sangat mengerikan dengan tubuh yang penuh luka dan nanah dia mengabaikan karena dia bisa membuat anak sulung Damian menjadi seperti ini membuat tubuhnya bergetar karena kegembiraan.

"Diam!" Elvano mengubah wajahnya dan menusuk perut Kent dengan keras dan memutar pisau yang ada diperut Kent yang membuat Kent terbatuk keras sambil memuntahkan darah dari mulutnya.

"Hehehehehehe, Hahahahahahaha~ jika mereka tahu keadaanmu menjadi seperti ini apakah mereka akan ketakutan? Atau... ibumu akan mencoba menjauhi mu seperti dulu dia menjauhiku setelah mengetahui keadaanku?"

Kent yang memikirkan ini tertawa terbahak-bahak dan mengabaikan pisau yang ada diperutnya yang menggores semakin dalam kedalam tubuhnya.

Elvano tercengang dan menatap kosong pada pria yang dalam keadaan sangat tragis didepannya yang telah menyiksanya saat dia masih kecil sambil tertawa terbahak-bahak.

"Apa? Kamu takut?"

Kent menatap anak kecil yang kini telah tumbuh dewasa dan dia anggap sebagai setengah anaknya karena dia merasa bahwa anak kecil ini sangat mirip dengannya.

Melihat Elvano yang tidak menjawabnya Kent tersenyum semakin cerah.

"Aw~ kamu masih sangat lucu meskipun kamu sudah tumbuh dewasa~"

Elvano mengangkat kelopak matanya dan menatap Kent dengan suram. Kebencian yang coba dia pendam semakin besar saat Kent mengingatkannya bahwa ibunya membenci dan takut pada orang yang seperti pria yang ada didepannya, tapi dia semakin terlihat seperti pria yang ada didepannya yang ibunya benci dan takut lalu bagaimana dia akan mengahadapi mereka saat dia memiliki keinginan untuk pulang ke Indonesia.

Wajah Elvano menjadi sangat pucat, meskipun dia didiagnosis oleh dokter bahwa dia akan mengalami maniak jika terangsang, dan dia juga menyadari bahwa saat dia akan dalam keadaan maniak, keadaan tersebut menghilang tanpa jejak yang membuatnya bisa menghadapi segala sesuatu disekitarnya dengan dingin dan tenang seperti keadaan manusia normal tapi hanya untuk pria yang ada didepannya dia memiliki obsesi yang dalam untuk membunuhnya yang bisa membuatnya kehilangan kendali dalam emosinya.

Dia tidak mempedulikannya bagaimana dia bisa menghilangkan keadaan maniaknya menjadi sangat tenang. Dia sekarang merasa sangat takut, takut jika ibunya akan membencinya, ayahnya akan menatapnya dengan ketakutan, atau adiknya yang sangat dia sayangi menatapnya dengan asing saat dia membuatnya kehilangan ingatan karena kejadian selama berbulan-bulan diculik.

Tubuh Elvano semakin bergetar saat dia memikirkannya dia hanya mendengar suara Kent yang tertawa bahagia yang membuatnya menusuk jantung Kent dengan keras hingga darahnya berceceran dilantai dan wajah Elvano juga terciprat darah Kent yang terlihat sangat menakutkan ditempat yang minim cahaya ini.

Sebelum mati Kent memiliki senyum diwajahnya dan berkata dengan suara terputus-putus dan lemah.

"Elvano... Jangan mencoba menyangkal.... Keadaanmu... Jika kamu... Mencoba menyangkalnya... Kamu akan bertambah gila dan tidak... Bisa membedakan antara kenyataan dan ilusi.."

"Bos... Bos!"

Elvano yang kembali sadar menatap Alex yang sedang menatapnya dengan khawatir dengan dingin.

Alex menatap Elvano dengan tatapan khawatir dimatanya karena bocah berumur 15 tahun ini telah dia anggap sebagai adiknya sendiri dan coba dia lindungi tapi selalu dia yang  melindunginya yang membuatnya sedikit malu tapi dia hanya bisa menemaninya disaat-saat bocah ini menjadi linglung dan tidak mencoba mengganggunya.

Dia tidak tahu pengalaman apa yang telah membuat bocah berumur 15 tahun ini menjadi seperti ini, tapi dia melihat keluarganya sangat menyayanginya tapi dia terobsesi dengan mengejar seorang pria yang sangat menakutkan.

Alex juga tidak tahu kenapa saat mereka mengejar pria itu mereka selalu dikejar oleh berbagai pembunuhan yang membuatnya selalu takut jika dia bisa mati kapan saja karena sesuatu yang kecil saja bisa membuat hidupnya menghilang.

Karena obsesi ini dia tidak memiliki teman diusianya yang membuatnya semakin khawatir. Tapi sekarang sesuatu yang diluar dugaannya membuatnya sangat terkejut, karena bawahan yang coba Elvano percayai mengkhianatinya.

"Tidak apa-apa."

Elvano menyandarkan tubuhnya pada kursinya dan menunggu Jack dan Simon untuk datang dan melihat apa yang akan mereka lakukan.

"Tapi..."

"Alex berhentilah menatapku dengan tatapan kasihan dan khawatir."

Elvano memalingkan kepalanya dan tidak berani menatap Alex. Dia tahu Alex menganggapnya sebagai adiknya setelah dia menolong Alex saat dia akan mati tapi, Elvano tersenyum pahit dalam hatinya.

Dia bosan..

Dia menyerah untuk terus mencari harapan..

Karena dia tahu, dia tidak berhak mendapatkan banyak kasih sayang untuk menjadi adiknya, apalagi dia telah membuat adiknya sendiri melupakannya.

Dia merasa lelah dengan semuanya...

Saat dia tumbuh dia semakin merasa dia telah kehilangan dan melupakan sesuatu yang sangat penting, dia tidak tahu apa itu karena dia tidak merasa dia telah kehilangan dan melupakan sesuatu dengan ingatannya yang luar biasa yang membuatnya bingung.

Dia menunggu...

Dia juga tidak tahu apa yang dia tunggu, tapi mungkin hari ini adalah yang dia tunggu dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi yang membuatnya harus menunggu.

Alex berhenti berbicara dan menundukkan kepalanya. Saat suasana menjadi sangat sepi pintu yang terbanting terbuka membuat keduanya menatap kedua orang yang mendobrak pintu dengan tatapan tenang.

Jack dan Simon tertegun lalu Jack menatap Alex dengan senyum lembut.

"Bisa kamu meninggalkan kami untuk berbicara?"

"Tidak!"

Senyum diwajah Jack membeku lalu menodongkan pistolnya ke kepala Alex dengan wajah muram. Alex juga mengeluarkan pistolnya dan saat dia akan menarik pelatuknya suara Elvano membuatnya menghentikan langkahnya.

"Keluar."

Alex membelalakkan matanya dan dengan keras kepala tidak ingin pergi dari sini karena ini bukan perusahaan Elvano yang dia buat sendiri karena ini adalah perusahaan yang Elvano dapatkan dari kakeknya yang memberikannya.

"Aku bilang keluar!"

Alex tersentak melihat Elvano yang kini memiliki wajah suram dan dia harus menuruti keinginannya. Sebelum dia pergi dia memberikan peringatan pada Jack dan Simon dengan matanya lalu dia berbalik pergi.

Saat hanya mereka yang tersisa Elvano mengangkat suaranya yang membuat Jack dan Simon tersadar.

"Ada apa?"

"Berikan saham milikmu padaku, aku tidak tahu mengapa ketua sangat mempercayai mu meskipun kamu adalah cucunya tapi kenapa dia memberikannya pada bocah kecil yang belum dewasa." Simon menatap dengan sinis pada Elvano yang sedang duduk di kursinya.

Elvano tidak ingin mendengar ini dia hanya ingin tahu mengapa mereka melakukan ini.

"Kalian akan membawaku kemana?"

Jack dan Simon tersedak saat Elvano mengetahui bahwa mereka akan membawa Elvano. Jika sebelumnya mereka akan membawa Elvano dengan paksa mereka mengubah pikirannya karena dia sudah mengetahuinya jadi mereka hanya bisa berbicara dengan jujur.

"Kalau begitu apa kamu ingin pergi?" Simon menyeringai.

"Ya."

Jawaban tak terduga membuat Jack dan Simon tertegun. Jack menatap Elvano dengan rumit lalu dia mengulurkan tangannya untuk membuat tolong.

"Kalau begitu..."

"Oke."

Elvano merapikan bajunya yang sedikit kusut dan berdiri untuk berjalan menuju mereka berdua yang akan membawanya entah kemana.

"Berhenti."

Elvano berhenti dan menatap pada Jack dengan bingung.

"Kamu tidak boleh melihat."

Elvano memiringkan kepalanya dengan bingung karena perkataan dari Jack membuatnya sedikit terkejut dan bertanya dengan ragu pada Jack yang memiliki keringat di dahinya.

"Kamu ingin aku menggali mataku?"

??!!

"Tidak!"

Suara Jack dan Simon yang ketakutan membuat Elvano menatap keduanya dengan aneh.

Jack dan Simon saling memandang dan memiliki pikiran yang sama 'pikiran anak ini sangat tidak normal!'

"Lalu apa?"

Elvano menatap keduanya dengan tatapan ragu.

"Pakai ini."

Elvano menatap penutup mata yang ada ditangan Simon lalu memakainya dan berkomentar.

"Katakan sesuatu yang jelas jangan membuatku salah paham akan maksud kalian."

Sial!

Kamu saja yang memiliki pikiran tidak normal!

"Berikan kami jalan tersembunyi."

"Oke."

Pada akhirnya mereka pergi dengan tenang yang membuat para karyawan dan bawahan Elvano yang bersembunyi saling memandang dengan aneh karena mereka tidak mendengar suara tembakan atau teriakkan.

Alex menatap ragu pada tempat dimana Elvano dan penghianat itu berada. Karena dia juga tahu Elvano itu seperti apa jadi dia merasa aneh dia tidak mendengar teriakan dari penghianat itu tapi, ini sangat sepi.

Setelah setengah jam berlalu mereka yang bersembunyi melihat bahwa tidak ada suara yang tidak normal yang membuat mereka keluar dan menghela nafas lega.

Tapi ini dipecahkan oleh suara Alex yang panik yang membuat wajah semua orang menjadi pucat.

"Tidak baik! Bos dibawa oleh mereka!"

Mereka dengan panik dan ketakutan menatap Alex karena menurut mereka itu tidak mungkin karena bos mereka sangat kejam tapi untuk pengikutnya mereka sangat baik yang membuat mereka sangat khawatir dan menatap Alex dengan berharap bahwa semua bohong.

Tapi melihat wajah panik Alex mereka menyadari bahwa ini benar jika bos dibawa oleh kedua orang itu.

"Telepon ketua!"

"Apa yang kamu tunggu! Panggil ketua jika bos menghilang!"

Melihat mereka juga panik, Alex dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan membuat pengumuman digrup.

19.00 [Bos menghilang!]

19.01 [!!!!]

19.02 [Kenapa kamu tidak menjaga tuan dengan baik!]

19.02 [Yang Mulia menghilang!]

19.02 [Bagaimana ini bisa terjadi?!]

19.03 [Sial! Cari! Cari!]

19.04 [Sungguh berani!]

19.05 [Tidak! Bagaimana aku tidak bisa menemukannya?!]

19.05 [Apa?!]

19.06 [!!!!]

19.07 [Alex!]

19.10 [Bos menyuruhku untuk tidak bersamanya dan dia sedang dalam keadaan marah. Jadi aku harus meninggalkan nya dengan mereka.]

19.11 [Siapa yang begitu berani?!]

19.11 [Jack]

19.12 [Dimana dia?]

19.12 [...]

19.14 [Cari dia!]

Alex juga mengabaikan kekacauan yang ada didepannya dan pergi untuk mencari Elvano dengan panik.

....

Selama satu bulan Elvano tidak pernah melawan saat Simon dan Jack yang menyiksanya dia hanya menatap mereka dengan kosong dan dingin.

Jack dan Simon tidak pernah berlama-lama menyiksanya karena mereka merasa kedinginan dengan tatapan Elvano jadi mereka menyiksanya sedikit demi sedikit apalagi Jack yang mengetahui jika menyiksa fisiknya tidak akan terlalu berpengaruh pada Elvano hanya racun saja yang akan membuat wajah Elvano terdistorsi dengan rasa sakit yang membuatnya terus-menerus membiarkan Elvano memakan racun.

Elvano menatap kunci dan besi panas yang ada didepannya dengan tatapan rumit, meskipun dia telah menjadi percobaan Kent dia tidak tahu apakah dia masih manusia atau bukan, dia merasa tubuhnya bisa terus menerus memperbaiki luka yang dia dapat.

Mendengar suara napas panik yang bersembunyi di peti kosong dia hanya bisa menghela napas.

"Tidak... Tunggu.. jangan mati, keluargamu masih menunggumu..."

Mendengar kata keluarga membuat Elvano berkedip kosong lalu tersenyum pahit, tapi melihat nya akan memanggil ambulan dia tersenyum dingin.

"Percuma saja kamu menelpon ambulan, karena mereka menyabotase sinyal yang ada ditempat ini."

Melihat wanita didepannya tidak mendengarkannya Elvano menutup mulutnya dan tidak ingin berbicara.

Wanita itu menatap dengan Elvano dengan rasa bersalah dan takut.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah karena mungkin ini sudah waktunya untuk aku pergi." Elvano menutup matanya, tapi saat dia terjatuh dari rantai yang mengikatnya dia menatap dingin pada wanita yang akan membantunya.

"Jangan sentuh aku."

Wanita itu masih berdiri diam yang membuat Elvano mengerut keningnya dengan marah.

"Pergi!"

"Tapi..."

Wanita itu menggigit bibirnya dengan erat karena dia merasa kasihan pada pria yang dalam keadaan tragis.

"Aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan tapi jika bawahan ku menemukan ku dalam keadaan seperti ini tolong katakan pada mereka 'jangan biarkan semua orang tahu tentang kejadian ini'."  Elvano tidak ingin berbicara karena dia merasa lelah.

Setelah melihat wanita itu pergi Elvano membuka matanya dengan sedikit kemerahan di sudut matanya.

"Ayah, ibu, Lendra, Opa, Oma... Vano lelah..."

"Jika aku bisa aku ingin saja mati, tapi bagaimana dengan kalian setelah mengetahui ku mati? Pasti itu seperti yang Jack katakan kalian akan sangat terkejut dan sedih akan kepergian ku."

"Tapi Vano sangat lelah... Vano juga sedih, kenapa harus aku? Jika saat itu Vano secara sukarela agar bisa menyelamatkan Lendra, kenapa Vano harus dikhianati oleh bawahan ku sendiri? Vano salah apa? Vano hanya kejam pada musuh ku dan Vano juga bersikap baik pada mereka tapi kenapa ...?"

"Kalian orang-orang dewasa sangat berhati gelap."

Jika seseorang mendengar kata-kata Elvano mereka pasti akan memuntahkan darahnya karena siapa yang dia katakan sangat berhati gelap, dia sendiri lebih gelap dari kami.

Elvano merasa dia melayang diudara lalu dia melihat dirinya dimasa depan menatap kuburan dengan nama ibu, ayah, Lendra dan pamannya dengan tatapan tidak percaya tapi dia dimasa depan dengan tatapan sedih dimatanya dia berbisik didepan kuburan ibu, ayah, Lendra, dan pamannya yang membuat Elvano menatap apa yang akan dia katakan.

"Ayah, ibu, paman aku pasti akan mencari tubuh Lendra meskipun aku telah membuat kuburan untuknya tapi tubuhnya belum juga Vano temukan."

Setelah itu Elvano merasa pemandangan yang ada didepannya berubah lalu dia melihat tempat yang asing dan familiar didepannya tapi yang pasti ini bukan tempat dia tinggal.

Sebelum dia memproses apa yang terjadi dia melihat seseorang yang terlihat seperti dirinya dengan mata terbelalak karena dia merasa apa yang hilang adalah dia.

Apa?

Lalu aku ini apa?

[Kamu hanya kesadaran kecil darinya.]

Lalu...

[Dia adalah jiwamu.]

Tapi... Bagaimana aku bisa ada disini?

[Kamu mati saat mencoba balas dendam.]

Apakah itu ingatan sebelumnya...?

[Ya.]

Ini...

[Kehidupan keduamu..]

Kehidupan kedua....?

Elvano menurunkan matanya dan menatap Alvaro yang berumur 10 tahun yang sedang membalut luka yang ada ditubuh nya dengan wajah dingin.

Lalu kenapa dia....?

[...]

Hei, jawab aku!

[Lihat saja...]

Elvano mencerutkan bibirnya dengan kesal meskipun dia terlihat dewasa dari luar dia sebenarnya masih sangat kecil.

[Waktu disini lebih cepat dari waktu disana. Jadi aku akan memperlihatkan waktu saat jiwamu berusia 10 tahun dan aku tidak akan terlalu lama memperlihatkan ini karena ini akan mempengaruhinya.]

Baik.

Elvano menatap Alvaro yang dikatakan bahwa dia adalah jiwanya.

Alvaro pergi dari UKS sekolah dengan tenang tapi dia merasa seseorang menatapnya yang membuatnya menatap sekelilingnya dengan waspada, lalu dia menatap tempat dimana Elvano melayang yang membuat Elvano terkejut dan sedikit takut dengan matanya karena mata itu terlalu gelap untuk anak sekecil itu.

Alvaro mengerut keningnya dan melihat tidak seorangpun yang sedang menatapnya yang membuatnya sedikit gugup dan dengan cepat berbalik pergi untuk pulang.

-

-

-

-

[Bersambung.....]