webnovel

Child of Agony

Tidak lama kemudian semua sisi aula mengeluarkan api keabuan yang saling menyambung seperti rel kereta api. Kali ini suara raunganlah yang menggema di tempat ini.

Lalu semua api itu menyerbu kubah dengan cepat. Membentuk pilar-pilar api yang memunculkan sesosok makhluk yang cukup besar. Makhluk itu memakai mahkota dan juga jubah hitam dengan garis jahit keemasan.

Di tangan kanannya ia menggenggam sebuah tongkat sedangkan di tangan kirinya ia memegang buku. Tubuhnya terbuat dari tulang-belulang dengan kepala tengkorak yang bergemertak. Dari dalam bola mata hitamnya muncul bola cahaya kecil berwarna merah darah.

"Apakah dia adalah Boss tempat ini?"

Angin yang sebelumnya tenang kini menyerbuku dengan tekanan yang kuat.

"Groarghh!!! Avendumt!"

Makhluk itu mengentak tongkatnya dan alhasil sebuah bola api keabuan dengan wajah tengkorak melesat ke arahku. Namun, bola api itu dihentikan oleh sang perempuan misterius hanya menggunakan sentilan tangan kirinya.

"Ternyata Licht... "

"Licht?"

"Ortuos tingkat tinggi yang menguasai sihir kematian"

"Sejak kapan kau menjadi pengertian?" tanyaku remeh.

"Itu bukan urusanmu dan berusahalah agar tidak terbunuh, Aruna," balasnya dingin.

Walaupun nadanya itu terdengar dingin, tapi entah mengapa aku bisa merasakan tawa kecil yang samar.

Apakah ia sedang mengejekku?

Setelah itu ia pun berlari ke arah Licht dengan cepat. Langkah kakinya berderap ringan bahkan aku sama sekali tidak bisa mendengar ketukan langkahnya. Apakah selama ini ia menyembunyikan kekuatannya?

Melihat perempuan itu berlari menerjangnya, Sang Licht tidak tinggal diam. Ia pun kembali mengucapkan sesuatu yang tidak aku pahami. Begitu aku berkedip, sudah ada sepuluh lingkaran sihir yang mengelilingi perempuan itu.

Sial. Jika terus seperti ini, maka ia bisa-bisa dihancurkan oleh Licht itu.

Aku pun tidak berdiam diri saja. Pergi menyusulnya, aku berseluncur di permukaan es yang kuciptakan dengan cepat sambil menembaki Licht itu dengan sekumpulan palung es yang melesat dari sekitarnya.

"Ghoramm!!!"

"Rasakan itu!"

Sang perempuan misterius itu pun berhasil lolos dari serangan Licht dan dengan kuatnya menendang kepala sang Licht hingga membuatnya terhempas menghantam dinding belakang.

"Sepertinya tendangan kuat itu tidak mempan, huh?" gumamku.

"Ini masih belum cukup."

Sang Licht kembali bangkit. Kali ini Ortuos tingkat tinggi itu melayang di udara, lalu memakan buku yang berada di tangan kirinya dalam sekali lahap.

Sosoknya pun mengalami perubahan drastis pada struktur tubuh tulang hampanya. Pada bagian dadanya muncul sebuah orbs ungu yang berpendar. Mahkota di kepalanya pun meleleh dan menyatu dengan tengkorak hingga membentuk dua buah tanduk.

Sedangkan untuk kedua lengannya mulai dipenuhi oleh otot dan persendian merah muda. Ukuran tubuhnya membesar dan terakhir adalah tongkat di tangan kanannya hancur menjadi sekumpulan roh yang mengelilingi tubuh besarnya.

GHOARHHHH!!!

"Ini bukanlah pertanda baik, 'kan?"

"Jangan melamun atau kau akan mati terkena serangannya!"

Kali ini tekanannya semakin besar dan kekuatannya pun ikut meningkat. Sejak kapan ia memiliki kemampuan seperti itu? Bukankah power up seperti itu curang?

Lagian ini bukanlah game RPG ataupun Boss lantai, kan? Apakah semua Ortuos itu seperti ini? memiliki cara untuk meningkatkan kekuatannya dalam sekejap mata hanya dengan melakukan hal remeh tak berguna seperti memakan buku miliknya sendiri?

"Ini sangat merepotkan," celetukku.

Sang Licht yang mungkin bisa aku katakan sudah berevolusi itu mengeluarkan gelombang kejut yang menyebar ke seluruh penjuru ruangan ini. Baik aku dan juga perempuan itu setidaknya bisa bertahan, tapi siapa yang akan menyangka perisai es yang telah aku kerahkan hancur berkeping-keping ketika serangan area selanjutnya muncul.

Aku pun terhempas cukup jauh hingga membentur salah satu pilar dan menghancurkannya dalam sekali hantam.

"Arghhh!!—"

Ini bukanlah seperti sedang dipijat, di mana urat dan juga persendianmu diperbaiki. Namun, ini seperti ada seseorang yang memukul keras tulang belakang dan tengkorakku secara bersamaan.

Menyakitkan sekali. Rasa sengatnya langsung menjalar ke sekujur tubuhku saat itu juga.

"Bukankah aku sudah memperingatimu?"

"A-aghh... itu bukanlah cara yang tepat untuk memperingati seseorang," balasku parau.

"Kau masih bisa bangkit, 'kan?" tanyanya sambil menghindari setiap serangan sang Licht.

"Aku tidak selemah apa yang kau kira...."

Aku pun berusaha bangkit dengan keadaan lengan kiriku yang tampaknya terkilir. Ini gawat, benar-benar gawat. Dengan kondisiku yang seperti ini... tunggu? Bukankah aku membawa ramuan penyembuh?

Setelah berhasil bangkit, aku pun langsung mencari ramuan itu, dan untungnya aku masih memilikinya.

"Hanya satu?... arggh! Sekarang atau tidak sama sekali," ucapku lalu meminum ramuan itu sambil menggeram menahan rasa sakit.

Kini lengan kiri bisa aku gerakan dengan normal, tapi untuk beberapa alasan ada bagian tubuhku yang masih belum pulih sepenuhnya. Ramuan ini cukup membantu meski tidak sepenuhnya berhasil memulihkan tubuhku.

Selain itu aku juga masih memerlukan waktu agar efek dari ramuan ini bekerja.

Sang perempuan misterius itu masih bertarung dengan Licht tanpa kesulitan. Ia bahkan berhasil mendaratkan beberapa serangan di tubuh besarnya.

Gerakannya lincah dan teknik kakinya bahkan terbilang sangat ahli. Setiap kali sang Licht menyerang, ia berhasil menghindarinya tepat waktu. Setelah itu menyerangnya balik dengan kecepatan tinggi.

Pukulan yang disusul oleh tekanan dari kedua telapak tangannya yang dibentuk seperti ingin menembak itu berhasil mendorong sang Licht beberapa meter. Kini Ortuos besar itu tidak lagi melayang, tapi berpijak pada tanah.

Aku masih menunggu, menunggu, dan menunggu, dan setelah itu....

"Rasakan ini...," gumamku lalu menekan permukaan lantai dengan kedua telapak tangan.

Dalam beberapa detik setelahnya sebuah layer es merambat cepat menuju sang Licht. Ketika layer es ini berhasil menyentuh kakinya, tubuh bagian bawahnya pun langsung terpenjara oleh lapisan dingin yang menyayat kulit.

Di sisi lain sang perempuan misterius langsung menerjang dengan kekuatan dahsyat di mana entakkan kakinya berhasil menghancurkan ubin serta dinding di belakangnya.

Semakin dekat dan dekat, begitu sosoknya tepat berada di hadapan Licht. Sebuah pukulan yang tampak biasa mendarat tepat di bagian perutnya dengan lembut, begitulah yang aku lihat sebelum ledakan udara keluar, dan menggetarkan sekitarnya beberapa kali.

Tubuh sang Licht pun terlempar jauh sekali di mana sekumpulan api berwarna abu mengejarnya dengan ganas. Begitu tubuh tulangnya itu menghantam kubah, tiba-tiba saja aku mendengar suara tepuk tangan.

Sontak aku pun mencari sumber suara itu hingga sesosok anak kecil dengan gaya yang aneh muncul dari atas kubah.

"Bukankah kau anak kecil yang sebelumnya?"

Namun, ia hanya tertawa puas sambil melihatku dengan tatapan tajam dari atas sana.

"Ahahaha! Benar-benar luar biasa. Kalian seperti pemeran teater, sangat membuatku tertarik, dan aku penasaran apa yang akan kalian lakukan setelah ini... bang-kit," ucapnya sambil menyipitkan mata.

Setelah itu sang Licht pun menggeram kesakitan, ia seperti meminta tolong, tapi beberapa esensi cahaya keluar dari tubuhnya. Menggumpal menjadi cairan merah kental yang mengambang di langit-langit.

"Anggaplah ini sebagai bantuan kecil dan karena bantuan kecil ini aku menginginkan pertunjukan yang menarik."

Ia pun menyeringai lalu kubah besar itu pun hancur dan memunculkan sebuah tangan busuk besar yang langsung meraih gumpalan bola merah di atas. Setelah itu menariknya ke dalam tanah dan tidak lama kemudian tempat ini bergetar hebat.

"Ini semakin rumit"

"Aku heran mengapa kau bisa setenang itu?"

"Ini sudah biasa bagiku"

"Apa?—Whoaa!"

Aku yang sedang berdiri pun hampir terjatuh jika saja perempuan misterius ini tidak menarik lenganku.

"Menarilah, bermainlah, berlarilah... kita lihat pertunjukan seperti apa yang akan kalian tunjukan padaku," ucap anak laki-laki itu dengan lantang, "sebelumnya perkenalkan, aku adalah Nheil, seorang bocah kecil periang yang sangat menyukai kesengsaraan Aruna."