webnovel

Lima

Pagi hari saat semua orang melakukan aktifitas begitu juga dengan Lona yang sudah siap dengan stelan pakaian kerjanya melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju ruang makan.

Di sana Anggota keluarga sudah berkumpul untuk sarapan bersama tidak ada sepatah katapun saat mereka sarapan. Dan setelah selesai barulah Paman Sam bertanya kepada Lona.

"Lona bagaimana dengan perusahaan milikmu saat ini?"Tanya Paman Sam.

"Oh perusahaanku baik-baik saja Paman , karena aku masih dalam pengawasan Papa"ucapnya.

"Memang kapan Tuan Raul anak menyerahkan kepadamu?"

"Aku tidak tahu Paman, tetapi Papa bilang saat usiaku menginjak dua puluh tahun maka Papa akan memberikan tanggung sepenuhnya kepadaku"

"Baiklah, jika kau membutuhkan bantuan paman katakan saja jangan sungkan"

"Baik paman, terima kasih"

Marina yang mendengar hal itupun dia hanya bisa tersenyum licik karena ada sesuatu yang dia sembunyikan dari seluruh keluarganya. Karena Alona adalah pewaris semua harta kekayaan milik ibunya dan sekarang di kelola oleh Tuan Raul suaminya sekaligus Papa dari Alona.

Tuan Raul sebenarnya ingin memberikan semua aset yang di miliki istri pertamanya, namun Marina selalu saja menolak dengan berbagai alasan agar Tuan Raul tidak memberikan hak sepenuhnya kepada Alona. Tentu saja dia tidak ingin di atur oleh Alona, dan dalam syarat wasiat yang di katakan pengacara keluarganya mengatakan bahwa jika Alona sudah berumur dua puluh tahun maka seluruh aset dan perusahaan akan sah menjadi miliknya.

Karena usia Alona belum genap dua puluh tahun jadi Tuan Raul yang mengurus perusahaan tersebut, dan hal itu tentu tidak ada di sia-siakan oleh Marina cara apapun dia akan melakukannya agar seluruh harta Barata bisa menjadi miliknya.

"Paman aku harus pergi ke kantor dulu"ucapnya lalu bangun dari duduknya.

"Baiklah sayang kau berhati-hatilah di jalan"jawab paman Sam.

"Kakak jaga keponakanku ini dengan baik, jangan sampai lecet sedikitpun"

"Sam sudahlah aku tahu bagaimana cara menjaga putriku ini, Lona ayo kita pergi"

"Iya Papa, Nenek jaga kesehatan Nenek ya Lona pergi dulu"

"Iya cucuku"

Setelah Alona mencium punggung tangan Nenek Sasmita dan Paman Sam lalu Alona akan mencium punggung tangan ibu tirinya tetapi dengan cepat Marina pergi ke dapur, karena Marina begitu membenci Alona.

Alona hanya menatap nanar kepada Marina walaupun Alona sering memanggilnya dengan sebutan 'Bibi Marina', tetapi dia tetap menghormatinya.

Tuan Raul sudah melangkah lebih dulu dan di susul oleh Alona yang mengikuti dari belakang.

Di gudang Tua yang sudah usang ada tiga orang yang sedang membuat rencana yang begitu licik, segala cara apapun akan mereka lakukan untuk mendapatkannya.

"Kau coba bujuk dia agar dia menjadi lebih menurutimu,"ucap wanita paruh baya dengan melipat tangan di dada.

Pria itupun tersenyum manis dan memeluknya dari belakang."Kau tenang saja perlahan-lahan aku akan membuatnya semakin membenci keluarganya, dan di saat seperti itu barulah aku akan membujuknya"

"Cepatlah aku sudah tidak sabar ingin merasakan harta yang berlimpah seperti itu"ucap pria yang masih muda.

"Tenanglah akan ada waktunya dimana kau akan mendapatkannya"ucapnya datar."Tetapi aku memiliki rencana untuk mencegahnya agar saat usianya pas dia sudah tidak ada lagi dan kau akan menjadi pewaris satu-satunya"

Semuanya pun tertawa bahagia karena akan ada rencana yang entah kapan akan mereka lakukan kepada targetnya.

"Tetapi jangan sampai meninggalkan jejak, aku tidak ingin dia mencurigaiku, apa lagi si Tuan itu selalu saja mulutnya pedas dan membuatku jengah"mengerucutkan bibirnya.

"Sudah aku bilang kau harus bersabar jika ingin mendapatkan hasil yang lebih baik lagi, apa kau mengerti maksudku 'kan?"

"Baiklah aku mengerti"

Sementara di tempat yang berbeda kini seorang gadis sedang membantu orang yang susah dengan barang bawaannya, lalu dia pun membantunya bersama dengan teman-temannya.

"Ini bu barang milikmu"ucapnya dan menaruhnya di bagasi mobil miliknya.

"Terima kasih nak, kalian sudah mau membantuku"

"Sama-sama Nyonya, kalau begitu kami permisi dulu"pamitnya." Ayo kita pergi"ajaknya.

"Baiklah"

Baru satu langkah dia pun sudah di panggil lagi oleh si ibu tersebut."Tunggu nak, kemarilah!"

Dia pun menghampirinya dengan sedikit membungkukkan badanya.

"Ada apa Bu?"Tanyanya sopan.

"Ini ada sedikit uang untukmu ambilah, jangan sungkan"ucap si ibu tersebut, dia mengeluarkan uang beberapa lembar.

"Ah tidak apa-apa Bu, aku membantu ibu ikhlas dan tidak ada bayaran"tolaknya.

"Jangan menolak nak, ambilah jangan membuat ibu sedih ayo ambillah" menyodorkan uang tersebut.

"Iya sudah Nana, ambilah"ucapnya temannya.

Aluna atau lebih di kenal dengan sebutan Nana dia adalah seorang gadis cantik yang memiliki postur tubuh yang bagus, tetapi sayangnya nasibnya tidak sebagus namanya dia hanya dari keluarga sederhana dan tidak memilik apapun.

Aluna menatap ke arah teman-temannya seakan meminta persetujuan dari mereka dan mereka pun menganggukkan kepalanya. Aluna pun mengambil uang tersebut dan tak lupa mengucapakan terima kasih.

"Terima kasih bu"ucap Aluna.

"Iya nak, kalau begitu ibu pergi dulu"

"Iya Bu hati-hati di jalan".

Aluna tersenyum menatap kepergian ibu tersebut dan dia pun memberikan kepada teman-temannya yang sudah membantunya tadi .

"Ini untuk kalian, ambilah!"

Semua saling menatap ke arah Aluna, dan Aluna hanya tersenyum saja sebagai balasannya.

"Tidak Na, itu milikmu"tolak Reza.

"Kak Reza aku mohon terima ya"bujuk Aluna.

"Lebih kau berikan saja pada ibumu, dia pasti lebih membutuhkan daripada kami Na"ucap Deon

"Nah benar itu kata Deon, berikan saja pada ibumu"ucap Reza lagi.

"Tetapi kalian sudah membantu Nana!"

Reza dan Deon hanya tersenyum tipis melihat sikap Aluna yang baik dan sopan tetapi polos juga, jika orang lain mungkin Aluna sudah di manfaatkannya. Tetapi Deon dan Reza sudah menganggap Aluna sebagi adiknya sendiri walaupun berbeda orang tua.

"Tidak apa-apa Nana, kami mengerti, iya sudah pulanglah ahrus udah semakin sore dan cuacanya tidak mendukung saat ini"ucap Deon.

Karena hai sudah semakin sore dsn sepertinya akan turun hujan juga jadi Aluna memutuskan untuk pulang begitu juga dengan Deon dan Reza.

Sampai di rumah Aluna pun membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan tak lama pintu terbuka masuklah seorang wanita paruh baya tersebut.

"Ibu kau sudah pulang?" Tanya Aluna , setelah berpakaian.

"Iya Nana, kau sudah makan?"

"Belum Bu Nana baru saja pulang"

"Baiklah, ini ibu bawa makanan untukmu, ayo kita makan"

"Baiklah"

Mereka pun memakan makannya dengan damai dan setelah selesai makan, Aluna pun menuju kamarnya dia akan memberikan uang tersebut kepada ibunya.

"Ibu ini ada sedikit uang untuk biaya hidup kita"memberikan uang tersebut.

Bi Rahma terkejut melihat Aluna memegang uang yang begitu banyak.

"Nana itu yang darimana? Banyak sekali!" Tanya bi Rahma yang begitu terkejut.

"Sewaktu di pasar Nana membantu ibu paruh baya membawa barang yang sudah dia beli Bu dan dia memberikan Nana yang ini"jelas Aluna kepda Bi Rahma.

"Nana, apa kau meminta bayaran setelah menolong?"

"Tidak Bu, Nana tidak pernah meminta bayaran apapun, Nana sudah menolak tetapi ibu itu memaksa Nana dan Nana pun mengambilnya"

"Iya sudah kau simpan saja, jika kau butuh bisa memakainya"

"Tetapi ibu lebih membutuhkan"

"Sudah kau simpan saja"

Aluna menuruti perkataan Bi Rahma lalu dia pun menyimpan uang tersebut.