webnovel

Alice Sang Penyihir

Di kehidupan sebelumnya Alice merupakan seorang penyihir yang tak tertandingi. Ia adalah ketua dari organisasi The Golden Witch, organisasi penyihir terhebat di dunia. Namun suatu hari Alice mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang bangsawan yatim piatu yang selalu ditindas oleh paman dan sepupunya. Ketika dirinya ingin dijual, Alice bertemu dengan seorang pria tampan. Ternyata pria tampan itu adalah Damian yang notebene seorang duke yang sangat di takuti oleh seluruh orang di kerajaan. Tentu saja hal itu membuat Alice terkejut, namun yang membuatnya lebih terkejut adalah Damian berkata secara langsung bahwa ia tertarik pada Alice. Dengan bantuan Damian, Alice berusaha mengembalikan kekuatannya dan mencari tahu siapa orang yang melakukan pembunuhan pada tubuh Alice yang asli.

krt_tika · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Nafsu Menjadi Teratas

"Baiklah, ayo kita pergi kesana."

"Itu bagus."

"Ini pesanan anda." Hidangan datang drngan jumlah yang banyak ditata dengan rapi di atas meja. Alice yang melihat ini dqpat merasakan perutnya berbunyi pelan. Ia pun langsung mengambil sendok dan makan dengan lahap.

"Apakah makanannya sesuai dengan seleramu?" tanya Damian.

"Ya. Aku menyukai makanan ini." Alice tidak berbohong. Makanan disini begitu enak dan sangat sesuai dengan seleranya. Ia tidak menyangka bahwa Alice akan menemukan makanan yang seenak ini di dalam hidupnya.

"Syukurlah. Setelah ini kita akan pergi ke oragnisasi untuk mengurus semua yang kau perlukan."

Alice terdiam dan menjawab, "Secepat itu?"

"Semakin cepat semakin baik."

"Baiklah." Alice manggukkan kepalanya dengan perlahan. Ia juga berpikir bahwa lebih cepat lebih baik. Ia ingin mengetahui keberan yang selama ini orang-orang sekitarnya telah mereka sembunyikan.

Mereka makan dan sesekali mengobrol dengan banyak bahasan. Alice tidak menyangka dirinya akan merasa nyaman dan pembicaraan antara mereka begitu sesuai. Tidak ada satupun perselisihan pendapat. Ketika Alice menyuarakan idenya maka Damian akan mendengarkan dengan seksama, begitu juga sebaliknya.

Selama sebulan di mansion pun terkadang Alice akan bermain catur dan membahas banyak hal dengan Damian. Alice mengira Damian melakukan hal itu untuk membuatnya tidak merasa bosan selalu terkurung di dalam ruangan. Ia pun tidak menolaknya karena Alice menikmati akan hal itu. Menurutnya dengan percakapan dengan Damian dapat membuat Alice semakin tahu bagaiaman perkembangan yang terjadi di masa sekarang.

"Sejatinya para kalangan atas sangat suka untuk dipuji. Banyak orang yang menggunakan kesempatan ini untuk masuk dalam kalangan atas dengan cara menjilat mereka. Aku tidak mengatakan menjilat adalah cara yang salah, itu sah saja dilakukan kalau memang diperlukan. Namun terkadang mereka terlalu berlebihan dan melupakan batasan tertentu," ujar Alice.

"Tidak heran sekarang banyak bangsawan yang sudah tidak berpikiran normal. Mereka akan melakukan segala hal untuk membuktikan bahwa mereka adalah orang yang hebat. Bagaiaman menurutmu, apa aku adalah salah satu dari mereka?"

"Kau memiliki pikiran yang sangat rasional. Banyak di luar sana beredar tentang dirimu yang sangat kejam dan tidak punya hati. Bahkan kekaisaran pun takut padamu. Tapi kau diam dan tidak bertindak untuk menyelesaikan rumor itu. Bagaimana aku harus berkata jika kau sudah melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan. Tapi kau juga begitu tidak masuk akal dalam beberapa hal, seperti mau menghabiskan uang untuk memanjakan seorang gadis yang kau temui di perdagangan budak. Kau juga selalu berkata dengan vulgar tentang kau menyukaiku, kau sama sekali tidak memiliki etika."

Damiam tersenyum dengan lembut, "Kau adalah orang pertama yang memujiku dan menghinaku di saat bersamaan."

Menghirup teh manis dengan perlahan, "Bagaiamana ini," gumamnya.

"Kenapa?"

"Aku semakin menyukaimu."

"Lihat kau sangat tidak masuk akal."

Damian tertawa dengan keras mulai berdiri dan menjulurkan tangannya pada Alice untuk membawa pergi.

"Ayo kita harus pergi ke organisasi sekarang."

"Baik." Alice kembali memasang topinya dan mengambil juluran tangan Damian dan mereka kembali ke kereta.

Saat kembali keadaan depan restoran sudah begitu penuh dengan berbagai macam orang yang sedang berlalu lalang. Dari orang biasa sampai bangsawan muda yang srdang menikati harinya.

Sebelum Alice dan Damian masuk ke dalam kereta seorang gadis berjalan dengan anggun kearah mereka dengan pelayan dan pengawal dibelakangnya. Dia adalah Daisy.

"Duke Damian, sudah lama tidak bertemu." Suaranya sengaja dibuat lembut namun sedikitenggoda. Alice menyadarinya dan merasa sangat jijik dengan wanita yang ada di depannya.

"Nona Daisy. Ya kau benar." Damian menjawab dengan enggan dan nada yang begitu dingin. Sebelumnya moodnya sedang dalam keadaan baik, namun karena sekarang ada orang yang mengganggi waktunya bersama Alice membuat moodnya jatuh dengan sangat buruk.

"Anda ingin pergi kemana? Sangat jarang saya melihat anda berjalan-jalan. Oh? Siapa ini tuan Duke? Apa dia tamu anda?" Daisy sengaja mengabaikan Alice pada awalnya agar dia dapat menunjukkan perbedaan status antara mereka. Sebenarnya Daisy sudah mengathui siapa Alice, dia hanya berakting.

"Dia tuanganku."

Daisy memandang terkejut pada Damian. Ia tidak menyangka akan keluar jawaban seperti itu dari seorang Damian. Begitu pula dengan Alice, ia juga sangat terkejut mendengar jawabannya yang tidak masuk akal. Sejak kapan dirinya setuju untuk menjadi tungan Damian?!

"T-tuangan?"

"Ya, sekarang saya sedang pergi berkencan dengan tuangan saya. Kalau begitu kami akan pergi terlebih dahulu, saya tidak ingin membuang-buang waktu yang tidak menyenangkan bersama tuangan saya."

Setelah mengatakan kaliamat itu, Damian langsung menyeret Alice masuk dan kerteta pergi menjauhi Daisy.

Daisy yang ditinggal begitu saja sangat marah sampai ke ubun-ubun. Ia pun dengan jelas mendengar Damian mengatakan bahwa dirinya tidak ingin membuang waktu tidak menyenangkan bersama perempuan itu. Berarti menurut Damian mengobrol dengannya merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.

Daisyi merasa sangat terhina. Semua ini karena perempuan sialan itu. Jika perempuan itu tidak datang kepada Damian, maka Damian tidak akan bersikap seperti itu. Damian adalah meiliknya dan hanya miliknya.

"Sejak kapan aku setuju untuk menjadi tunanganmu." Suara sinis terdengar dari Alice.

"Mengapa? Apa kau tidak menyukainya? Keluarga bangsawan Remseymu telah membuangmu begitu saja dan berusaha untuk membunuhmu untuk mendapat gelar dan kekayaan orangtamu. Keadaan tubuhmu pun sekarang sedang buruk. Untuk mendapatkan semuanya, kau perlu bantuan dariku. Dan aku pun sangat menyukai, jadi muncul lah ide itu begitu saja."

Alice mengerutkan wajahnya tidak suka, "Aku dapat mengambil semua dengan kekuatan dan kemampuanku sendiri."

Damian mengetahui jika gadis yang ada di depannya sedang dalam suasana yang buruk karena dirinya. Damian pun segera berkata, "Bukannya aku tidak percaya akan kemampuan dan kekuatamu. Kau adalah wanita yang begitu kuat dan cerdas, ini adalah pertama kalinya ku bertemu dengan wanita seperti itu. Namun bukankah akan lebih mudah untuk menjalankan misinya jika aku berada di sisimu?"

"Meamang mudah. Hanya saja aku tidak mencintaimu, bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai."

Alice tahu bahwa pemikiran seperti ini tidak diterima oleh para bangsawan, karena mereka selalu berpikir untuk menjadi teratas maka mereka mengorbankan semuanya. Termasuk pernikahan mereka. Sedangkan Alice tidak. Alice memang masih berpikiran begitu sederhana. Dirinya juga ingin memiliki suami yang ia cintai dan mencintai dirinya dengan tulus.

Tidak jarang di kehidupan sebelumnya dirinya mendapatkan nasehat dari berbagai bangsawan disekitarnya karena pemikiran Alice yang begitu kuno.

"Kalau begitu kalau kau mencintaku maka kau akan menerima tawaran dariku?"

"Tentus saja."

"Ini tantangan yang begitu menarik. Aku akan membuatmu menyukaiku. Kau tunggu saja dan persiapkanlah dirimu."

IG : Krt_tika