webnovel

ALDONEM~Part 3

Dua bocah kecil ini sedang bermain-main di taman sekolah sembari menunggu orang tua mereka menjemput. Keduanya berlari kesana kemari masih dengan seragam sekolah di tubuhnya.

''El udah dong hos...hos...aku capek tau ngejar kamu, kamu larinya cepet banget,'' ucap si anak perempuan.

Anak yang dipanggil El tersebut berhenti berlari dan menghampiri temannya.

''Aduh capek ya. Maaf ya, kamu jadi kecapekan gara-gara ngejar aku. Gimna kalau duduk dulu istirahat sebentar.''

Mereka berdua pun duduk kursi panjang yang ada disana. Anak perempuan tersebut menyodorkan botol minum kepada si El yang selalu ia bawa saat sekolah.

''Ini minum dulu.''

''Gak ah kamu duluan aja Ge aku gak terlalu haus kok,'' ucap El berbohong, padahal tenggorokannya kering sekali karena berlari.

Bocah yang dipanggil Ge tersebut mengangguk dan meminum air tersebut. El melihat bagaimana Ge yang sedang meminum sedikit kesusahan sehingga airnya tumpah kemana-mana dan itu membuat El tertawa lepas.

''Ge...Ge....hahahhahahahahahah...''

''Ih kok kamu ketawa sih El,'' kesal Ge.

''Lagian kamu minum tumpah semua Ge gimana aku gak ketawa coba,'' ucapnya sambil mengusap wajah Ge yang terkena air minum dengan tangannya.

Ge hanya diam ketika El mengusap bibirnya tanpa sadar El sudah mencium bibir Ge tanpa diketahui.

###

Lamunan Rafa menghilang ketika pundaknya ditepuk oleh Rama.

''Lo gak papa Raf. Lo lagi mikirin sesuatu atau lo lagi mikirin Ge...'' ucapan Rama terhenti ketika Rafa menyela ucapannya.

''Jangan pernah lo sebut dia dengan nama itu.''

''Ya elah Raf lo kenapa sih, itu udah belasan tahun yang lalu dan lo masih nungguin dia yang gak tahu kapan baliknya. Ck, ck, mendingan lo lihat ini deh anak baru di kelas Alan.''

''Lo gak tahu kan, makanya jangan dekem mulu di kelas sekali-kali keluar Raf cari siasana baru,'' yang dibalas Rafa dengan deheman.

Rama membuka instagram berita sekolah yang geger akan anak baru pindahan dari London tersebut. Sudah banyak gosip yang beredar tentangnya, mulai dari mengapa ia pindah, pelukan Nico dan duduk diantara mata angin Re-G. Rafa yang asalnya tak minat pun mencoba melihat seberapa cantiknya si anak baru tersebut.

Deg

''Gue gak tahu pastinya tapi tadi waktu di kantin gue lihat dia duduk sama mata angin Re-G, dan jangan lupa kalo dia sepupu Damian. Bisa jadi itu dia juga bisa bukan lo jangan gegabah.''

Hatinya bergetar ketika melihat mata si anak baru itu, matanya mengingatkannya akan beberapa tahun yang lalu ketika ia dan dia pertama kali bertemu di bangku taman kanak-kanak. Terlebih perkataan Rama yang berkata bahwa si anak baru adalah sepupu Damian.

###

Hari ini adalah hari pertama Rafa masuk sekolah kanak-kanak ia berangkat bersama sang Ayahnya. Rafa sangat bersemangat karena hari ia kan bertemu banyak teman baru di sekolah.

''hati-hati di sekolah inget! Gak boleh nakal sama temannya oke.''

''Oke Ayah.''

Rafa kecil berlari menuju kelas yang akan ditempatinya disana sudah banyak anak-anak seumurannya. Ia duduk bersama anak laki-laki bernama Rama yang ternyata adalah tetangga satu kompleknya.

Selama pembelajaran ia terlihat sangat antusias karena pada dasarnya ia naka yang cukup mudah bergaul dengan orang lain.

Saat bel pulang sekolah berbunyi ia dan Rama berpisah saat di gerbang sekolah. Ia masih menunggu jemputan di halte dekat sekolah. Rafa tak sengaja melihat gadis kecil di pojokan halte yang sedang duduk sendiri, sepertinya ia juga sedang menunggu jemputan.

Rafa memberanikan diri mendekati gadis tersebut dan mencoba menyaanya karena ia sedang menunduk. Dapat ia lihat bahwa gadis itu satu sekolah dengannya karena seragam merka sama.

''Hai nama kamu siapa? Aku Rafael kamu siapa?'' ucap Rafa sambil mengulurkan tangannya.

Gadis tersebut mengangkat wajahnya dan tepat itu juga manik mata mereka bertemu. Mata birunya yang sebiru batu safir menyala itu bertatapan dengan manik abu-abu Rafa. Hati Rafa menghangat tatkala mereka bersitatap.

''Eh, hai juga aku Ge kamu Rafa kan?''

Mata Rafa mengerjap mendengar jawaban gadis tersebut yang ia ketahui bernama Ge. Rafa tersenyum manis lalu duduk disamping Ge, mereka hanya diam sampai mobil jemputan Ge datang.

###

Rafa menghela napasnya kala mengingat masa kanak-kanaknya yang diwarnai canda tawa. Namun, sekarang semuanya sudah pupus karena orang yang membuatnya tersenyum pergi entah kemana meninggalkannya sendiri.

Rama yang melihat hanya tersenyum masam, ia sudah lama berteman dengan Rafa dibanding Galih dan Alan. Dan fakta tersebut membuat Rama selalu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya itu. Ia juga tahu tentang seseorang yang selalu Rafa tunggu kedatangannya.

Galih dan Alan masih asyik bermain ps di kamar Rafa sedang sang empunya sedang melamun di balkon bersama Rama disebelahnya. Mereka memang selalu tak ingat waktu jika sudah main ps seperti ini.

''Raf.''

Panggilah dari Galih mengalihkan dunia Rafa, ia menoleh mendapati Galih tengah cengengesan dihadapannya.

''Dipanggil bunda lo Raf disuruh makan katanya yok! Gue udah laper soalnya.''

Rafa hanya berdeham lalu turun ke bawah menuju dapur menghampiri sang bunda.

###

Sedangkan disisi lain Veyna sedang melaju dengan mobilnya ke mansion sang nenek. Oma Valen memang sudah menyuruh Veyna untuk datang setelah pulang sekolah untuk menyalurkan rindu kepada cucu dari putri satu-satunya di keluarga Aldonem.

Gerbang setinggi 10 meter itu terbuka seteah Veyna mengenalkan identitas, memang keamana di sana tidak main-main. Omanya selalu menjaga keluarganya dengan baik, ia selalu berjaga dan selalu siap siaga ketika musuh datang. Disana pun juga ada bodyguard yang sudah terlatih skillnya dan akan mengabdi sampai kapan pun pada keluarga ini.

Untuk masuk kesini saja harus melewati beberapa gerbang dengan keamanan tertinggi. Veyna datang sendiri karena Amel dan Nico sudah lebih dulu karena suatu urusan. Jadilah ia menyetir karena biasanya Nico lah yang menyetir dengan Amel disampingnya.

Veyna turun dari mobilnya dan masuk menuju pintu utama yang dibukakan para maid omanya. Ia hanya tersenyum membalas sapaan mereka lalu berjalan menuju ruang keluarga. Terlihat omanya sedang bersantai dengan secangkir teh melati kesukaannya.

''Halo Oma.''

''Halo juga cucu Oma. Gimna kabar kamu setelah pulang dari London?''

''Baik kok Oma, oma sendiri aja ga ada yang nemenin tumben?'' tanyanya pasalnya biasanya Omanya kan menyuruh salah satu maid untuk menemaninya bersantai. Karena Omanya memang tak suka bersantai sendirian.

''Hari ini Oma lagi mau ngeluangin waktu sepenuhnya buat kamu, kan kamu gak pernah pulang ke Indonesia juga jarang kesini sejak kejadian itu.''

''Oma,'' peringat Veyna dengan nada memperingati.

Cucunya ini sangat sensitif ketika ia membahas kejadian belasan tahun silam. Oma hanya tersenyum dan kembali berkata,''Iya-iya Oma tahu, oma ada kejutan buat kamu tunggu sebentarnya. NANI... bawa kejutannya kesini,'' teriak omanya.

Veyna terdiam sambil menaikkan alisnya karena tidak biasanya sang Oma memberi kejutan mendadak seperti ini. Sembari menunggu kejutannya datang ia lanjut berbincang dengan omanya.

''Oma udah tahu kalau Amel sama Nico udah men...'' ucapan Veyna terpotong dengan selaan Omanya.

''Oma udah lama tahu Vey, mereka berdua cocok dan gak akan bisa dipisahin. Mereka udah terikat sejak kecil vey dan itu yang buat mereka gak bisa dipisahin walaupun Cuma sedetik.''

Penjelasan omanya membuat Veyna mengerti mengapa Nico selalu menempel pada Amel bahkan di waktu acara terpenting dan mendesak pun mereka selalu menmpel berdua. Nico dan Amel adalah sepasang insan yang sudah terikat karena kedekatan mereka sejak kecil.

''Nah itu dia kejutannya udah dateng,'' ucap Oma gembira.

Atensi Veyna berpindah ke sebelah kanan dan membulat ketika melihat kejutan yang dilihatnya. Ia tak pernah menyangkan jika Omanya seperhatian ini dengan dirinya. Disana seseorang sedang berdiri dengan senyum lebarnya bahkan ia masuh mengenakan stelan kamtornya sambil menjinjing tas laptop.

Seketika itu Veyna langsung berlari memeluk orang tersebut sedang yang dipeluk hanya terkekeh melihat kelakuan Veyna seperti anak kecil. Ia tahu jika Veyna pasti sangat merindukannya begitu juga dirinya sangat rindu dengan gadis ini.

''Do you miis me, hm?'' katanya sambil mengusap lembut surai Veyna yang tergerai.

''Yes, I miis you Dad.''