webnovel

ALDONEM~Part 2

''LO!!!''

Teriakan itu membuat beberapa siswa menoleh untungnya keadaan kelas sedikit sepi karena bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Namun Veyna masih tetap diam di bangku menunggu teman sebangkunya yang masih bingung dengan kehadirannya disini secara tiba-tiba..

''Hai,

###

Amel menekuk wajahnya di sepanjang jalan menuju kantin. Sebelumnya ia tertidur di kelas dan terkejut dengan wajah polos Veyna dengan senyum tak berdosa disampingnya. Ya siswi yang tidur di kelas tadi adalah Amel.

Setelah di jemput oleh Nico, Amel dan Veyna berjalan menuju kantin. Kantin sudah ramai karena mereka bertiga telat istirahat karena insiden tadi. Obsidian siswa di kantin tertuju ke arah Nico dan Amel lebih tepatnya ke arah anak baru yang tak lain adalaha Veyna.

Mereka berjalan menuju meja yang sudah ditempati anak Re-G yang masih sekolah disana sudah ada Damian, si kembar dan juga Elthan. Mereka adalah si arah mata angin Re-G. Nico sudah duduk di depan Damian disampingnya ada Amel. Dikiri Amel ada si kembar dan Elthan di depan si kembar.

''Hai, boleh duduk disini?''

Damian menyerngit heran tatkala melihat seorang siswi yang meminta ijin duduk disampingnya, pasalnya tak ada siswa maupun siswi yang berani mendekati anak Re-G karena kabarnya Re-G adalah geng motor yang telah lama didirikan oleh pemilik AHS sendiri yang tak lain adlaha tuan Aldonem.

''Siapa lo berani duduk disini? Gak tau peraturan kantin? Belum pernah lihat kan, mending ke mading kantin dulu baca peraturannya baru balik lagi kesini!!!''

Memang kantin AHS memiliki peratutan aneh yang dibuat oleh pihak sekolah yaitu, siapapun dilarang duduk di bangku anak-anak Re-G sekalipun dalam waktu mendesak. Siswi tersebut masih diam berdiri, bibirnya sedikit berkedut mendengar jawaban Damian. Mungkin ia tak tahu siapa yang diajak bicara saat ini.

''Ngapain malah diem!!! Oh gue tahu jangan-jangan lo anak baru itu ya. Cih, anak baru gak tahu aturan!!!''

''Damian!!!''

Panggilan mengintimasi tersebut mengalihkan perhatian Damian disebrang sana Nico sudah mentapnya dingin dan tajam bak elang. Tatapanya memang asli dingin namun kali ini ada yang berbeda seakan mengisyaratkan dia sedang tak ingin main-main.

''Lupa peraturan?''

Damian mengkerutkan keningnya tanda tak mengerti. Nico terlalu irit bicara dengan semua orang terkecuali Amel.

''Peraturan Re-G Dam, lo gak lupa kan kalo di Re-G gak ada kata merendahkan kaum lemah karena hanya pengecut yang ngelakuin itu,'' jelas Amel.

''Tapi kan dia itu ...'' belum sempat Damian menyelesaikan kalimatnya si anak baru tersebut sudah menyela.

''Lo lupa sama gua? Ck, dasar mie ayam pikunnya gak ilang-ilang,'' selanya sambil geleng-geleng kepala.

''Tunggu dulu kok lo manggil gue mie ayam sih yang tahu panggilan itu kan cuma si curut AAAA... VEYNAAAAA!!!.''

''Jangan teriak juga kali sat malu noh diliatin.''

''Bodo gue gak peduli.''

Damian memeluk erat Veyna sudah lama ia merindukan gadis ini biasanya mereka hanya bisa bertukar pesan lewat telepon dan kejadian tersebut tak luput dari semua murid AHS yang ada di kantin.

Veyna melepaskan pelukannya pada Damian dan beralih memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti kakanya sendiri karena Damian dan si kembar sudah kelas XII sedangkan ia, Amel, Nico dan Ethan masih kelas XI.

''Kangen banget ya lo sama gue sampe erat banget meluknya.''

''Iya dong apalagi kalo ditraktir makan pasti Veyna tambah kangen nih sama abang kembar,'' katanya sambil menunjukkan cengiran khasnya.

Kevan dan kevin hanya tersenyum mendengar ucapan Veyna sama seperti Veyna yang menganggap mereka abang mereka juga menyayangi Veyna layaknya adik mereka sendiri. Mereka memang sering membelikan apa yang Veyna mau terlebih Kevan yang sangat memanjakannya apa saja kemauannya pasti akan dituruti.

''Kamu kapan pulang? Kok tiba-tiba udah sekolah aja gak bilang-bilang lagi sama abang hm!'' ucapnya sambil mengelus rambut Veyna.

''Veyna pulang kemaren lusa bang, maaf deh gak ngabarin soalnya capek banget naik pesawat. Veyna duduk sini ya ditengah pokoknya titik!.''

Ia mendudukkan diri diantara Kevan dan Kevin. Selain menyayangi Veyna mereka juga posesif terhadap adiknya itu. Memang seperti itu perempuan yanag ada dalam lingkungan Re-G memang dijaga ketat agar tak diganggu oleh musuh apalagi Lucifer yang diketuai oleh Alex. Beberapa pasang mata melirik ada juga yang terang-terangan melihat sambil menggosipkan mengapa si anak baru itu bisa duduk diantara petinggi Re-G.

''Ehm...Vey nanti kamu ke rumah?'' tanya Kevin.

''Iyalah bang, tapi nanti agak maleman soalnya mau ketemu oma dulu belum ketemu nih dari kemarin,'' jawab Veyna.

''Yaudah inget! Yang penting selalu hati-hati jangan sampai lo ketahuan musuh kalau udah pulang, ngerti!''

''Gue juga tahu bang, Lucifer gak akan pernah mau ngalah kalau sama kita.''

###

Suara deruman motor menggema di sirkuit. Banyak anak motor disana dan terdapat beberapa anak perempuan yang menggunakan pakaian minim seperti seorang jalang di club. Disana terdapat anak-anak Lion yang termasuk salah satu geng terkenal di Bandung.

Rafa sang raja jalanan kembali memenangkan balapan kali ini seperti biasanya. Lawannya yang tak lain dan tak bukan adalah Axel ketua pengganti Lucifer karena ketua aslinya sedang proses pembebasan setelah kejadian 1 tahun yang lalu, dimana ia ditanggkap polisi.

Lucifer tidak akan pernah terima jika meeka kalah dalam hal apapun, ingat! Garis bawahi dalam hal apa pun. Sirkuit berubah ramai ketika Rafa turun dari motornya dan menghampiri Alan, wakil ketua Lion. Anak-anak Lion memandang remeh kumpulan anak Lucifer. Semua orang tahu kalau Rafa adalah king racing jadi orang seperti Axel sangat mudah untuk Rafa kalahkan.

''Weh selamat bro,'' ucap salah satu anak Lion sembari bertos ria kepada Rafa. Ucapan selamat menghujani Rafa dan bersamaan dengan itu Axel datang bersama antek-anteknya.

''Cih...baru menang sekali aja bangga. Kali ini lo beruntung man tapi lain kali jangan harap gue ngalah lagi sama lo.'' Setelah mengatakan itu Axel langsung pergi bersama anggotanya.

''Idih ngalah katanya, anak TK juga tahu kalo dia kalah kalek, dianya aja yang gak mau ngaku huuu dasar,'' hujat Alan.

''Gak usah dibahas mending kita balik ke markas,'' ujar Galih menengahi.

''Gak usah langsung balik ke rumah jangan mampir kemana-mana, inget jangan sampai ada yang jalan sendiri kalau bisa temenin temannya saling bantu ngerti!'' sanggah Rafa.

''Siap bos!''

Setelah semua anggota bubar pulang menuju rumahnya masing-masing barulah para inti Lion keluar dari area sirkuit namun, suara Rama lebih dulu mengistrupsi mereka.

''Raf kayaknya kita nginep di rumah lo aja deh udah malem ya ya,'' dengan nada centilnya. Memang diantara inti yang lain Galih terkenal dengan kealayannya dan segala kegesrekannya.

Rafa hanya berdehem menjawab perkataan Galih mereka pun menaiki motor masing-masing menuju rumah Rafa. 10 menit kemudian mereka sudah sampai Galih, Alan, Rama dan Rafa memarkirkan motornya di garasi rumah Rafa.

Sesampainya di kamar Rafa, Galih langsng merebahkan dirinya diatas kasur berbeda dengan Rama dan Alan yang memilih bermain ps bersama. Rafa yang melihat sahabatnya hanya menggeleng pelan berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.

''Lo pada tahu dia udah balik.''

Suara Rama mengalihkan atensi teman-temannya terlebih Rafa yang tadinya ingin membersihkan diri pikirannya sudah berkelana keman-mana.