Valter dan aku berada dalam antrian check in Finn Air di bandara Pulkovo, St. Petersburg, dalam waktu kurang dari satu setengah jam kami akan segera meninggalkan " MotherLand ."
Nampak hiruk pikuk suasana bandara International yang tidak pernah sepi dari pengunjung, mataku tidak bosannya menatap indahnya interior bandara Pulkovo.
Aku menyibukkan diri mengagumi bandara yang terkenal sebagai salah satu dari bandara dengan desain terindah di dunia ini, dibangun oleh seorang arsitek asal london, Grimshaw, dengan atap datar yang besar yang berfungsi menahan beban hujan salju lebat. Di bagian bawah atap berupa rangkaian permukaan terlipat yang membantu mendistribusikan berat ke berbagai bagian. Dari segi estetika, di bagian dalam , terdapat panel logam keemasan yang mengingatkan kita akan menara gereja St. Petersburg yang disepuh emas. Disepanjang lipatan panel ada lampu sebagai pelengkap pencahayaan, nampak seperti bentuk prisma dengan berbagai ukuran berwarna keemasan.
Aku memandang sekilas para penumpang yang lalu lalang, mataku terpaku dengan sesosok pria yang berdiri sekitar dua puluh meter dari tempatku berdiri, pria itu baru saja masuk melalui pintu masuk dan nampak celingukan seperti sedang mencari orang, aku berusaha memastikan bahwa aku tidak rabun jauh, yaaa...benar dia orang yang sama, orang yang sama ketika bertemu di kanal, di grocery, di kedai makan, juga di Commode Jazz Clubs yang mencuri rekam gambarku di malam aku mabuk berat, penguntit itu ada lagi dan dia mencari siapa.
Aku mencengkeram erat lengan Valter, suhu tubuhku mendadah naik seketika, aku takut dan cemas. aku menyembunyikan wajahku di balik tubuh Valter.
" Jade ? " ucap Valter.
" Ayo segera pergi dari sini. dan masuk ke ruang imigrasi, aku tidak ingin berada disini. " bisikku pelan, sambil menarik narik ujung baju Valter dengan wajah tegang.
Valter segera menyelesaikan prosedure check in, memasukkan bagasi dan segera membawaku pergi.
Aku baru bisa bernafas lega ketika menjatuhkan badan ke kursi pesawat Finn Air yang akan membawa kami menuju Helsinki, Finland. Ritme jantungku berdetak cepat, pikiranku sibuk melayangkan sejuta tanya, mengapa ?
" Apa yang terjadi Jade? Aku benar benar tidak mengerti. Kamu seperti baru saja melihat setan. " ucap Valter dengan nada tenang.
" Ya, aku baru saja melihat Hantu. Aku melihat orang yang menghantuiku. Dia ada disana , di pintu masuk bandara, seperti sibuk mencari orang. Dia pasti mencariku. " ucapku penuh emosi.
" Kamu yakin itu orangnya ? " tanya Valter
" Aku yakin seribu persen, aku sadar seratus persen, dan aku tidak rabun ." ucapku dengan nada yakin.
" Kenapa kau tidak memberitahuku, aku bisa menanyakan langsung ke orang tersebut." jawab Valter.
" Tidak cukup waktuku menerangkanya saat itu. Kita harus pergi sebelum dia menemukanku. " terangku lagi.
Valter menganguk mengerti, ia berusaha mencerna informasi dan bukti yang kusodorkan.
" Tenanglah Jade, sebentar lagi kita akan meninggalkan Russia. tidak ada yang perlu dirisaukan. " sambung Valter.
-
Perjalanan St. Petersburg menuju Helsinki hanya memakan waktu satu jam lima menit, suhu udara Helsinki terasa sedikit lebih hangat daripada suhu di St. Petersburg. Kami langsung menuju apartemen yang berada lima belas km dari bandara Vantaa Helsinki.
Aku menghempaskan tubuhku di sofa, menatap langit langit apartemen yang kami tempati, Valter baru saja pamit pergi untuk urusan pekerjaan. Beragam tanda tanya masih bersarang di benakku, aku belum bisa melupakan kejadian di bandara Pulkovo, pikiranku sibuk mencari ujung benang merah dari beberapa kejadian yang mustahil hanya kebetulan.
Aku kaget terbangun dengan bunyi langkah Valter yang baru saja kembali dari luar, aku tertidur di sofa selama Valter pergi.
" Kamu masih ditempat yang sama. " sapa Valter.
" Yah, aku tertidur ketika kau pergi. " sambil bangkit berdiri membuka gorden di depan sofa.
" Aku bawakan kau makan siang. " tambah Valter, yang berjalan ke arah meja makan, menaruh plastik berisi makanan ke arah meja dan berbalik menghampiriku di sofa.
" Bagaimana harimu ? lancar ? " tanyaku.
" Semuanya baik baik saja. Aku punya waktu besok hari untuk membawamu jalan jalan. " sahut Valter.
" Kabar baik untukku. Btw, Aku suka apartemen ini, sangat bersih, interior nya mewah dengan pemandangan yang spektakuler . " ucapku.
" Aku selalu tinggal di tempat ini setiap kali bertugas di Helsinki, perusahaan memberikan aku akses untuk menikmati fasilitas di tempat ini. " terangnya.
" Pemilihan warna putih yang mendominasi , material yang digunakan, dekorasi ruangan, penempatan benda serta tata cahaya sangat kental dengan nuansa scandinavian." sambungku.
" Kamu bisa memanfaatkan fasilitas sauna diatas gedung, dengan kaca serba transparan, kamu bisa berendam sambil melihat laut Baltik. Kamu pasti menyukainya. " tambah Valter." wah, aku akan mencobanya nanti. terima kasih Valter " sahutku riang.
" eits... " sambil melirikku dan mengangkat sebelah alisnya.
" ops...sorry. aku masih menggunakan kata terima kasih. " ucapku dengan tersenyum.
" No, sorry. its Ok. " sambungnya.
-
Helsinki adalah ibukota negara Finlandia, yang juga merupakan pusat bisnis, keuangan, mode, hiburan, media, dan budaya di Finlandia dengan jajaran museum, galeri, dan tempat pertunjukan.
Kota ini menduduki peringkat pertama sebagai kota teraman di dunia, dengan angka kejahatan nol persen. Masyarakat disini hidup nyaman dan bahagia, menurut catatan World Happiness Record tahun 2017 kemarin, Finlandia meraih peringkat ke 5 di dunia berdasarkan atas tingkat kebahagiaan penduduknya. itu sepenggal informasi yang kuketahui dari Valter sebelum menginjakkan kaki di kota ini.
Market Square ( Kauppatori ) berada tidak jauh dari apartemen yang kami tinggal, sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Pasar ini cukup populer dikalangan penduduk dan wisatawan, nampak banyak kafe, kedai yang menjual cinderamata dan gerai berwarna orens yang menjual sayur, buah, ikan yang diasap juga ikan salmon.
Tidak jauh dari Market Square ada pelabuhan tempat pemberangkatan ferry jika ingin menyebrang ke pulau sekitar. Aku pergi sebentar membeli sayur dan buah yang akan kugunakan untuk makan malam nanti sambil berjalan di sepanjang benteng, mengagumi teluk dan kapal kapal.
Sekilas Helsinki tidak banyak berbeda dengan St. Peterburg, gedung gedung tua bergaya gothic , artistik dan eksentrik, dengan tata kota yang apik dan rapi.
" Permisi Nona ." suara pria dari arah belakang mengagetkan aku.
Aku membalikkan badan dan tertawa ketika menemukan Valter sudah berada tepat dibelakangku.
" Bagaimana caramu menemukanku ? " tanya ku sambil tertawa.
" Aku bisa mengendusmu " jawab Valter ringan.
" Ok, fine ." jawabku setengah merajuk.
" Maukah kamu menemaniku ke Cafe ? Aku ingin minum bir." tambahnya sambil merangkul bahuku.
" Baiklah " jawabku mengiyakan.
Aku menyeruput coklat panas di sebuah Cafe tidak jauh dari Market Square, tepat di depan Valter yang asik dengan segelas bir. Valter menatap aku lekat lekat, seperti halnya aku yang lagi memperhatikan Valter dengan detil. Entah apa yang dipikirkannya, aku tidak peduli.
Bersama Valter aku tidak menemukan debar debar itu, tidak juga membuat aku panas dingin gemetar ketika ditatap, segalanya mengalir begitu saja, Valter yang cenderung serius dan pemalu, yang tidak pernah merayuku, tidak pernah membawakanku bunga justru membuatku lebih nyaman dan percaya. Aku pun tidak merasa terintimidasi untuk menerima perasaanya. Jangan tanya aku apa arti cinta, karena aku tidak pernah bisa menemukan kata kata untuk itu, aku hanya bisa merasakanya.
❤❤❤