webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teen
Not enough ratings
194 Chs

Part 112 - Tetaplah Melangkah, Oki

Sebuah hal bisa terjadi kapan saja. Tak tertebak dimana dan kenapa.

Menghilangkan diri dari Ibu dan Cahya begitu sulit, karena aku terbiasa menelponnya. Memberi kabar dan bertanya kabar. Dan hari ini, saat aku memutuskan menghilang, memori itu rajin berdatangan.

Namun, Oki belum bisa menepis ingatan demi ingatan yang masih terpendam dan makin membuatnya kalut. Tak jarang, sifat pendiamnya amat mengganggunya. Seakan lupa apa yang seharunya ia jalanu atas keputusannya sendiri.

Ingatan itu, tepat saat ia memutuskan meminta Ibu mengirim kendaraannya. Ia teringat betapa terenyuhnya.

***

"Assalamualaikum, Bu. Gimana kabar, Ibu?"

"Waalaikumsalam... Alhamdulillah Ibu baik-baik aja, Nak. Kamu di sana gimana? Lancar, kerjanya?"

"Alhamdulillaah, Bu. Cahya sekolahnya lancar juga 'kan, Bu?"

"Alhamdulillah, Nak."

"Syukurlah. Senang rasanya denger kabar baik dari rumah."

"Bu... Oki ada perlu. Lagi butuh sesuatu."

"Apa, Nak? Kamu kenapa?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com