webnovel

Bermalam Berdua Kembali

"Kenapa berhenti? Pak aksel?..." Anna menunjuk Aksel dengan rasa curiga.

"Kamu takut?"

"Eng—nggak kok, iya maksudnya apa?"

"Yang jelas saya sudah minta maaf sama kamu."

"Iya," jawaban Anna begitu singkat dan sedikit ketus.

Aksel melajukan kembali mobionya, entah mengapa dia berhenti hanya untuk mengatakan hal itu. Jelas bukan hal begitu penting.

"Boleh tanya enggak Pak?" 

"Apa?"

"Tapi jangan marah."

Tidak ada jawaban dari Aksel dan Anna segera saja bertanya yang membuatnya mengganjal. "Pak Aksel sudah beneran putus sama perempuan tadi?"

"Bukannya saya sudah bilang. Lagi pula media juga sudah membicarakan."

"Iya, saya hanya ingin tahu saja, Pak. Soalnya…" kalimatnya terhenti ia takut melanjutkan yang ingin ditanyakan. 

"Lanjutkan saja."

"Soalnya, perempuan tadi kelihatannya masih suka."

"Sama saya?"

"Iya," Anna menganggukkan kepalanya dan melihat Aksel. Jarang-jarang ada momen cukup tenang bersama Aksel begini.

"Mungkin."

"Bagus dong, Pak. Saya bisa bebas dari dramanya Pak Aksel."

"Kamu mau saya pecat?"

Anna menghela napasnya dan melihat Aksel yang berkata akan memecatnya.

"Hah! Pak Aksel serius?" tatapannya menjadi sendu.

"Pak, jangan begitu dong, saya butuh kerjaan ini."

"Kerjaan atau uangnya?"

"Oke, saya memang butuh uang, Pak. Jangan pecat saya."

"Saya sudah bilang tak akan pecat kamu asalkan ikuti aturan yang saya berikan."

"Baik, Pak. Saya akan melakukannya."

Aksel hanya menyeringai saja melihat Anna seperti itu. Dan entah kebetulan atau apapun saat itu terjadi macet parah. Jarak menuju rumah Anna juga masih cukup jauh dari situ.

"Astaga, ini lama nggak Pak?"

"Kamu bisa lihat kan, mobilnya sebanyak apa."

Anna kembali menghela napasnya yang lelah. Ia hanya ingin segera sampai rumah saja dan beristirahat. 

"Apa sampai malam banget Pak?"

"Kamu cerewet ya Anna! Kamu bisa lihat kan bukan cuma 1 mobil di depan!"

"Ah sudahlah."

"Ada apa?"

"Enggak Pak, saya cuma ingin istirahat saja."

"Ya sudah tinggal istirahat saja, masih lama macet ini."

"Enggak Pak, terima kasih."

"Oh jangan-jangan kamu takut?"

Anggukkan pelan dari Anna membuat Aksel pun sedikit tersenyum. "Enggak mungkin saya apa-apakan kamu kalau enggak salah."

"Ya cuma takut aja Pak."

"Saya enggak akan makan kamu."

'Yakali dia makan saya hidup-hidup!' Anna menggerutu dalam hati. 

Aksel terlihat mencari-cari sesuatu dalam mobil tersebut namun tidak terlihat menemukan yang ia cari. Kini ia membuka pintu mobil dan hendak keluar. "Pak Aksel mau ke mana?" tanya Anna yang penasaran.

"Saya mau pergi sebentar, tunggu di sini."

Ia dapat melihat jika Aksel berjalan menuju sebuah toko di seberang jalan dan keluar membeli beberapa yang ia butuhkan. 

Aksel hanya menyodorkan sebotol minuman pada Anna tanpa mengatakan apapun. "Ini aman, beli di toko sana. Enggak mungkin ada yang aneh-aneh."

Sejujurnya memang Anna juga sedikit takut karena pemberian kopi saat itu masih membekas pada ingatan Anna. Ia sangat takut tetapi ia juga kehausan karena macetnya masih begitu lama. 

Akhirnya Anna meminum yang diberikan Aksel tadi. Ia yakin jika itu aman. Anna melihat arloji di tangannya menunjukkan pukul delapan malam.

Kring!

"Iya, Bu. Kenapa?"

["Di mana?"]

"Masih di jalan, macet soalnya."

["Enggak usah pulang saja, Anna. Di rumah enggak aman."]

"Hah? Kalau Anna enggak pulang, Anna harus ke mana?"

Aksel yang mendengar pembicaraan itu pun sedikit heran namun ia tak memperlihatkan keheranannya tersebut. 

["Ya kamu ke tempat temanmu saja dulu."]

"Memangnya kenapa sih, Bu?"

["Sudah ikuti saja apa yang Ibu bilang, kalau kamu mau aman dan uangmu aman jangan pulang dulu."]

"Ayah?"

["Banyak. Sudah Ibu tutup, pulang besok saja."]

Anna heran dengan Ibunya, ia tak punya tempat untuk tinggal malam itu. Ia berkali-kali mendengus kesal. "Pak, kalau balik ke kantor jauh ya?"

"Jauh, mau apa?"

"Mending saya tidur di sana saja."

"Kamu mau tidur sama security?"

"Hah! Ya enggak lah!" Anna menggunakan nada tingginya tanpa sadar sedang berbicara dengan siapa.

"Maaf, Pak. Enggak gitu maksudnya."

"Memang di rumahmu kenapa?"

"Saya sebenarnya malas berbagi cerita keluarga saya, Pak."

"Saya juga malas mengetahui urusan orang lain! Tapi karena ini macet saja! Jangan kepedean kamu."

"Iya, Pak. Saya juga enggak tahu kenapa Ibu saya melarang saya pulang malam ini."

"Lalu?"

"Katanya di rumah enggak aman. Kalau mau saya dan uang saya aman jangan pulang sekarang, dan kembali besok. Gila kan pak?"

"Biasa saja."

"Percuma sih memang cerita."

"Jadi kamu mau ke mana?"

"Enggak tahu, Pak. Mungkin penginapan dekat sini aja. Eh memang ada ya Pak?"

"Belum saya bangun."

'Apaan sih! Orang serius juga!' Anna kembali menggerutu dalam batinnya. 

Kini Anna sibuk melihat sekeliling, memang sekitar sana apalagi mendekati rumahnya tidak ada penginapan. Anna menggeser-geserkan layar hp nya untuk mengubungi Danita namun sayangnya malam itu Danita tak aktif dan jaraknya jauh pula.

Sedang Anna bingung, namun Aksel hanya menatap ke depan. Melihat lampu-lampu jalanan dan mobil yang begitu banyak. 

"Pak Aksel?" Anna memberikan diri memanggilnya. Hanya dehaman saja yang keluar dari Aksel tanpa melihat Anna pula. 

"Saya harus ke mana ya? Atau kalau saya boleh saya minta bantuannya Pak?" Anna terlihat sedang memohon pada Aksel, namun Aksel tampaknya tak bergeming ataupun melihat Anna yang ada di sampingnya tersebut.

Aksel membuka ponselnya, ia menelepon seseorang dan Anna jelas tak tahu siapa yang sedang dihubungi.

"Setelah rumahmu ada penginapan di sana."

"Jadi saya ke sana?"

"Lalu kamu mau ke mana?"

"Ya enggak tahu, Pak. Saya pun bingung. Tapi enggak apa-apa ke penginapan yang Pak Aksel bilang itu."

Perlahan-lahan macet mulai lancar. Kini sedikit demi sedikit mobil mulai berjalan dan akhirnya menjadi sangat lancar ketika pukul sepuluh malam.

Aksel tak berbicara apapun, ia terus melaju saja. "Turunlah."

Anna hanya mengikuti Aksel dari belakangnya dan memasuki penginapan yang Aksel bicarakan sebelumnya.

"Selamat malam Pak Aksel, ini kunci yang Pak Aksel pesan tadi," beri pelayan yang menyambut hangat mereka.

Anna tetap mengikuti langkah Aksel hingga mmapu beriringan. "Pak Aksel sudah pesan?"

"Silakan tidur di sini."

"Tunggu Pak, ini saya sendiri?" 

"Kamu mau tidur sama saya?"

"Enggak maksudnya bukan gitu, ini berapa semalam pak?"

"Gratis."

"Pak jangan begitu dong, saya pasti bayar kok."

Namun, di saat mereka berbincang di depan pintu kamar Anna seorang pelayan menghampiri mereka dan membawa kotak.

"Maaf Pak, ini yang Pak Aksel minta tadi."

"Taruh di kamar."

Anna membelalak melihat pelayan tersebut, ia tak tahu benda apa dalam kotak tersebut. "Kamu kenapa? Itu punya saya juga."

"Pak Aksel di sini juga?"

"Saya mau istirahat saja," Aksel berjalan dan hendak membuka jasnya. 

"Pak Aksel," Anna mengikuti Aksel.

"Apalagi sih Anna?!"

Next chapter