webnovel

Terungkap Suatu Rahasia

"Hantu Putih, gw pinjam sopir sama mobil loe dong buat jemput anak gw di Bandara. Sekitar 2,5 jam lagi dia mendarat. Anak gw yang besar sama sekali belum pernah ke Indo", ujar Leo pagi itu saat mereka sedang sarapan pagi.

"Anak loe? Bukannya anak loe cuma Sakura?. Itu pak Mul ada di depan, loe suruh aja", ujar Nathan dengan muka tak mengerti.

"Anak gw yang besar itu anaknya Naomi. Sudah saatnya dia mengetahui papa kandungnya", ujar Leo tersenyum penuh misteri sambil melihat Naomi.

Lalu Leo berjalan keluar rumah menemui pak Mul untuk segera menjemput anaknya di Bandara dan memberitahukan nomor HP anakanya serta mengshare foto anaknya. Pak Mul segera melakukan perintah Leo, berangkat menuju ke Bandara menjemput anak Leo dan Naomi.

Naomi melihat HP nya dan kemudian memperlihatkannya kepada Nathan dan Adelia. Keduanya sangat kaget melihat foto yang ada di layar HP Naomi.

"Kok mukanya mirip banget sama Andika", celetuk Nathan. Xena yang duduk disebelah Adeliapun membenarkan.

"Iya aunty, mirip sama om Andika", ujarnya.

"Memang anak Andika", ujar Naomi santai.

"Hah? Jadi dia anak yang kamu kandung dulu? Yang kamu bilang akan kamu gugurkan di Jepang? Dia anak Andika?", tanya Adelia kaget.

"Iya. Dia anak yang aku kandung dulu dan aku lahirkan di Jepang. Aku tidak pernah selingkuh dari Andika, aku dulu marah dengan Andika makanya aku bilang anak itu bukan anaknya. Saat keluargaku tau aku pulang dalam keadaan hamil, mereka menolak tegas saat aku bilang aku akan menggugurkan kandunganku. Mereka tak perduli kata orang yang mencaci aku karena hamil tanpa suami. Mereka membesarkan anakku Takeshi dengan tulus", ujar Naomi.

"Saat aku pulang ke Indonesia dulu, mereka tidak membolehkan aku membawa Takeshi ikut serta karena mereka takut Andika akan mengambil Takeshi. Reaksi Leo waktu pertama bertemu Takeshi juga sama kaya kalian, dia langsung tau bapak biologis Takeshi", ujar Naomi lagi.

"Naomi, Takeshi mirip banget sama Andika, pasti dia akan sangat kaget melihat Takeshi", ujar Nathan.

"Leo dan Gw uda diskusi, sekarang saatnya Takeshi untuk bertemu bapak biologis nya agar dia tau siapa yang membuatnya lahir ke dunia", ujar Naomi.

"Sayang nanti si Takeshi biar ke sini aja dulu baru bareng ke hotel sama kita ya", ujar Leo saat ia kembali dari luar rumah.

"Oh iya, disini kamar tamu cuma ada 2 ya", ujar Nathan.

"Aunty Naomi dan om Leo, kalian tinggal di rumah kami aja", ujar Xena.

"Sayang, kontraktor nya masih belum kamu temukan kan untuk renovasi rumah?", tanya Xena kepada Prasetya yang ada di sebelahnya.

"Iya, kontraktor yang kemaren aku hubungi ternyata membatalkan pekerjaan karena mereka pailit. Rumah masih utuh kok, furniture nya juga belum diangkut ke rumah mama Yani Shu", ujar Pras.

"Aunty Naomi, tinggal di rumah kami aja, rumah kami ada 3 kamar kok. Di situ juga masih ada pelayan kami kok belum ke sini lagi. Daripada tinggal di hotel sayang uangnya bisa buat kalian beli oleh-oleh untuk keluarga di Jepang. Kan kalian juga bisa ketemukan Takeshi dengan om Andika di situ juga jadi ngga sewa tempat lagi", ujar Xena tersenyum.

"Iya tuh ide bagus Kadal", ujar Nathan menyetujui.

"Dimana rumah kalian?", tanya Leo.

"Tuh di depan", ujar Prasetya nyengir.

"Astaga ternyata kalian ngga mau jauh-jauh dari Nathan rupanya", ujar Leo meledek.

"Gw malah sebenarnya ngga ngebolehin mereka punya rumah sendiri tapi mereka maksa mau punya rumah sendiri. Ini juga karena Xena hamil makanya mereka tinggal di sini", ujar Nathan.

"Sayang, kita jalan sekarang ya", ajak Xavier kepada Luna yang telah selesai sarapan lalu mereka berdua berpamitan mencium tangan Adelia dan Nathan bergantian lalu seperti biasa Xavier mengacak-acak rambut Xena baru berjalan keluar dan kemudian pergi dengan mobilnya berdua Luna menuju ke WD Group.

"Kak Xavier kebiasaan. Rambutku kak, rapikan", ujar Xena manja kepada Pras yang dengan lembut merapikan rambut istrinya yang diacak-acak Xavier.

"Pras sayang banget sama Xena ya", ujar Leo melihat mereka berdua.

"Dia cinta dalam hidup saya om. Tidak ada satu wanitapun yang bisa meyamai dia", ujar Prasetya tegas sambil matanya sempat melirik ke arah Sakura.

"Ayo om, Aunty, Sakura, aku antar ke rumah", ajak Xena.

"Iya, gw ikut akh sekalian mau lihat kavling yang dibeli Agung buat kalian", ujar Nathan lalu menggandeng tangan Adelia.

Sebelumya Adelia memerintahkan pelayan untuk membantu membawakan koper milik Leo dan Naomi untuk dipindahkan ke rumah Xena. Mereka kemudian beriringan berjalan menuju ke rumah Xena di depan rumah. Pras membukakan pintu pagar lalu dengan kuncinya ia membuka pintu depan rumah. Rumah Pras dan Xena dalam keadaan bersih karena pelayan tetap membersihkan rumah walaupun rumah akan di renovasi.

"Ini dibawah ada satu kamar dan diatas ada dua kamar", ujar Pras lalu meletakkan kunci di depan sofa meja TV.

"Ayo Sakura, aku antar ke atas ke kamar kamu, aku kasih tau kamar terbaik di rumah kami", ajak Xena sambil mengambil tangan Sakura ikut bersamanya naik ke atas.

"Hati-hati ya sayang naiknya", ujar Pras kepada Xena dan hanya diangguki oleh Xena.

Sementara Prasetya, Leo dan Nathan berjalan ke arah belakang rumah melihat halaman belakang rumah yang sekarang lebih luas karena tembok pembatas sudah dihancurkan dan pagar belakang rumah sudah diperkuat lagi. Naomi dan Adelia masuk ke kamar utama, kamar yang dulu ditempati Xena dan Pras, mengobrol santai disana.

Xena membukakan pintu kamar yang menghadap ke arah belakang rumah untuk Sakura. Dikamar ada kamar mandi dalam, tempat tidur dan sofa.

"Lihatlah, kalau pagi disini hawanya sejuk. Hai sayang", teriak Xena saat ia keluar dari kamar menuju balkon dan melihat ke arah Pras di bawah.

"Hati-hati ya", teriak Pras dari bawah melihat ke arahnya.

Pras sedang berdiri dengan Leo dan Nathan di pinggir kolam renang memperlihatkan halaman belakang rumah mereka.

"Kak Xena boleh aku bicara", ujar Sakura pelan.

"Bicaralah", ujar Xena lalu mengajak Sakura duduk dikursi malas di balkon kamar.

"Maaf kan aku ya kak kalau membuat kalian berdua tidak nyaman dengan kehadiranku", ujar Sakura.

"Maksud kamu?", tanya Xena tak mengerti.

"Forgive me, I really like Prasetya Kak. I Do. Tapi aku bukan Pelakor kak, aku tidak mau jadi Pelakor", ujar Sakura lagi.

"Siapa yang bilang kamu pelakor?", tanya Xena lembut.

"Mommy aku. Mommy aku nasehatin aku semalaman. Aku suka kak Prasetya tapi aku sudah menyerah kok kak karena memang tidak ada peluang untuk aku untuk menyukainya. Kak Prasetya begitu mencintai kamu kak, dia mengatakan berkali-kali", ujar Sakura.

"Aku membuatnya tidak nyaman saat bersamaku dan aku lihat kamupun juga tidak nyaman, jadi aku minta maaf ya kak. Aku tidak akan merebut kebahagiaan kamu karena akupun tidak mau ada orang yang merebut kebahagiaan aku kelak", ujar Sakura lagi.

"Sakura maafkan aku juga sempat berprasangka buruk padamu. Semoga kamu juga menemukan seorang pria yang tulus mencintai kamu dengan sepenuh hatinya", ujar Xena tulus.

"Doakan aku ya kak", ujar Sakura dan Xena mengangguk.

Hati Sakura dan Xena menjadi damai setelah mereka saling terbuka untuk membicarakan kesalahpahaman diantara mereka. Xena lalu menggandeng Sakura mengajaknya berdiri di balkon kamar sambil melihat ke arah bawah. Pras yang menengok ke atas tersenyum melihat mereka berdua.