webnovel

Sebuah Mimpi

malam hari setelah selesai mengerjakan laporan rutin, Suri yang mengantuk lalu memutuskan untuk tidur dengan sebelumnya membaca doa mau tidur ditambah doa meminta Ilham yang baik, agar jika pada saat tidur dia akan dijaga oleh Allah dari setan dan jin yang menganggu serta agar bermimpi maka akan dituntun untuk mendapatkan mimpi yang sebagai Ilham atau petunjuk yang baik.

" allahuma alhimnirusdi wa'aidni minsarinafsih."

kemudia Suri menarik selimut dan memiringkan menghadap arah kiblat itu lah sunahnya.

di tengah tidur ku Suri malam itu aku bermimpi sangatlah indah menurut ku dan aku selalu ingin mendapatkan mimpi yang sama itu lagi,

dalam mimpiku aku melihat sosok Raiz datang mencari ku dengan yang aku ingat Raiz mengenakan seragam hitam putih dengan tampannya ia masih mengenakan tas miliknya yang khas warna hitam dipunggungnya dan masih juga mengenakan jam tangan nya yang juga khas di tangan kanan nya ia datang mencari ku dengan memberikan aku Alquran ukuran sedang bersampul warna coklat tua dan 3 buah buku kumpulan hadist tebal bersampul warna hijau dengan gambar menara masjid yang tinggi berwarna putih yang aku sendiri sangat familiar dengan kesemuanya karena aku sering melihat dan membawanya saat aku pergi mengaji, setelah Raiz memberikan itu tanpa berbicara apa pun kemudia Raiz dalam mimpi pun pergi.

hanya itu mimpi yang aku sangat ingat dan selalu aku ingat aku tidak tahu pasti itu sebuah Ilham yang baik atau bunga tidur biasa yang tiada makna sebenarnya tapi aku sangat menyukainya.

dari mimpi itulah aku sedikit berharap pada Sosok Raiz bahwa mungkin Suatu saat Raiz akan membalas rasa milik Suri itu.

semakin hari semakin Suri berharap tetapi tetap dalam koridor kesopanan dan harkat nya sebagai wanita ...tidak memaksa tidak merebutnya, hanya lewat doa yang selalu bergema di setiap doa -doa nya.

dia tidak seperti tokoh-tokoh jahat dalam film yang akan mencelakai atau memfitnah lawannya dengan sangat keji , tapi justru sebaliknya ia malah tetap baik dan ramah kepada Meira, ia tidak menguntit Raiz seperti paparazi yang ingin mencuri berita,. tidak juga genit dengan permainan akalnya,

justru ia tetap diam dengan terus bersahaja berharap hanya sang waktu yang akan mengungkapkannya.

karena wanita yang sopan itu hanya menunggu menurutnya, bukan mengungkapkan cinta lebih dulu katanya dalam.

walaupun zaman sudah di Emansipasi kan oleh R.A Kartini tapi.... tapi bukan Emansipasi yang memalukan yang akan aku lakukan, hanya bersabar mungkin ...

entah sampai kapan sabar itu akan ada....

tapi hanya itu yang bisa dilakukan untuk saat ini .