Kaito
Kriiingg ~
Alarm smartphone ku berbunyi membangunkan ku dari alam mimpi.
Dengan mata masih terpejam aku mematikan alarm dari smartphone ku. Tapi saat aku membuka mata dan melihat layar smartphone ku, aku langsung membuka mata ku dengan lebar dan bangkit dari ranjang.
Itu karena aku memasang foto Ai yang ku ambil saat aku ke rumah nya malam itu sebagai wallpaper. Entah kenapa semangat ku langsung terbakar saat melihat wajah cantik dan rambut pirang keemasan nya itu.
Ting tung ~
Notifikasi chat masuk dari grup kelas.
"Kaito, hari ini kamu sama Ai gak perlu masuk", chat dari Raku.
"Kenapa?", balas Ai.
"Kalian fokus lomba menulis kalian, hari ini kami lagi ngurus properti buat drama", chat dari Haru.
"Kaito?", chat dari Ai yang membangunkan ku dari lamunan ku.
"Apa?", balas ku.
"Kita ketemuan di perpustakaan kota aja ya?", tanya Ai.
"Aku jemput kamu aja", balas ku lalu meletakan smartphone ku di samping bantal dan segera menuju ke kamar mandi.
Setelah membersihkan badan ku aku segera memakai kaos dan celana panjang ku.
°•°•°•°•°•°•°•°•°
Raku
Sinar mentari yang masih berwarna oranye, sang surya yang masih menunjukan setengah dari diri nya. Pagi ini aku kembali melewati gerbang sekolah bersama gadis berambut merah padam bernama Nazuki Haru.
Dengan jaket biru muda yang menutupi seragam nya Ia melingkarkan headphone yang ku berikan waktu itu di leher nya. Entah kenapa aku tak bisa melepaskan pandangan mata ku dari nya. Tapi walaupun begitu aku tetap berusaha cuek dan dingin layaknya sikap ku pada orang lain.
Saat kami sampai di depan pintu masuk gedung sekolah suara notifikasi dari handphone Haru menghentikan langkah kami berdua.
"Eh ... Raku, tunggu bentar", pinta nya lalu mengambil handphone dar saku seragam nya dan membaca pesan yang barusan masuk.
Tentu saja aku tetap berdiri di samping nya dan tetap memperhatikan wajah nya. Di saat yang sama angin pagi di musim gugur menerpa kami. Rambut panjang nya yang tertiup angin membuat nya seperti malaikat, tapi senyuman di wajah Haru hilang bersama angin yang melewati kami.
"Haru?, kenapa?", tanya ku dengan wajah khawatir melihat senyuman nya hilang.
Haru terperanjat lalu menoleh ke arah ku.
"He? ... emm, ga apa apa ... kamu kalo mau ke kelas duluan aja", ucap Haru dengan senyum nya yang telah kembali.
"Lah?, emang kenapa?", tanya ku bingung mendengar kata kata nya.
"Aku ada urusan bentar ... aku duluan ya", kata Haru lalu melangkah meninggalkan ku.
Kayak ada yang aneh ...
Karena penasaran aku pun diam diam mengikuti langkah Haru. Perlahan tapi pasti aku mengikuti kemana ia melangkah. Haru memutari gedung sekolah dan berhenti di pinggir lapangan sepak bola yang ada di belakang gedung sekolah.
Aku menghentikan langkah ku dan mengamati Haru dari jauh. Beberapa saat kemudian laki laki berseragam olahraga menghampiri Haru. Entah apa yang mereka bicara kan tapi mereka berdua terlihat akrab satu sama lain.
Tapi saat laki laki itu mengucapkan satu kalimat dengan wajah serius nya, suasana di antara mereka menjadi hening. Aku yang hanya bisa melihat Haru dari belakang pun penasaran akan ekspresi Haru.
Sesaat kemudian Haru membungkukkan badan nya seperti sedang minta maaf.
"Dasar pelacur!", teriak laki laki itu.
Murid murid lain yang ada di sekeliling mereka berdua langsung memperhatikan mereka. Haru hanya bisa terdiam dan menundukan kepalanya. Tangan nya mengepal kuat seakan menahan semua perasaan nya agar tak keluar.
Karena tak tahu harus berbuat apa, aku pun kembali melangkah menuju kelas. Setelah masuk ke kelas aku hanya bersikap seolah tak tau apa pun yang terjadi barusan. Aku hanya duduk di bangku ku dan bermain game di handphone ku.
Beberapa menit ku lewati dengan duduk di kelas dan asyik bermain game di ponsel ku. Sesaat kemudian,
Greekk ...
Seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam kelas.
Karena aku fokus pada layar ponsel ku aku tak sadar Haru sudah duduk di sebelah ku.
"Nee ... Raku?", Haru memanggil ku.
"Hmm ... apa?", jawab ku tetap fokus ke layar ponsel ku.
"Aku ... aku ..., Ano apa kamu tau apa arti cinta?", pertanyaan Haru yang menghentikan jari ku untuk menekan layar ponsel ku.
Apa?!
Aku menoleh perlahan ke arah wajah nya. Aku bisa melihat bekas air mata yang mengalir di pipi nya. Entah kenapa tubuh ku rasa nya membeku dan tak bisa berkata apa pun.