webnovel

Buka Hati

Itulah hakikat kita, manusia. Yang sering mendambakan sesuatu yang tidak kita punya. Hanya dengan alasan, "aku ingin bahagia" apa tiap-tiap kehadiran yang ada di sisimu sekarang ini tidak memberi rasa bahagia walaupun sedikit ia? Mungkin itu alasan yang berlapikkan ego dalam diri kita. Sering memandang apa yang tiada berbanding mensyukuri apa yang kita punya. "Please, mulai hari ini bersyukur dengan apa yang ada hargai ia selagi masih ada". Karena mungkin kita terlambat untuk bermula dengan hari esok, jika semuanya telah tiada.

Sindi sudah mulai terbuka hatinya untuk orang lain, dia mencoba menerima Mail. Karena Mail yang paling serius dan mengerti dirinya. Bahkan Mail tetap menunggu Sindi meskipun hati Sindi bukan miliknya. Kali ini Mail tidak menyerah untuk, dia selalu berusaha untuk mendapatkan hati Sindi, dengan ber-prinsip berusahalah menggapai cintamu. Karena jika memang cintamu tulus dari hati, suatu saat orang yang kamu cintai akan luluh dan akan merasakan seperti apa yang kamu rasakan. Kemudian Mail memberanikan diri untuk nge-date bareng Sindi.

"Sin jalan yuk? Sekadar nongkrong juga gak masalah" Tukas Mail

"Bosen ah nongkrong cuman duduk aja. Gimana kalo jogging?"

"Boleh, sore aja ya sepulang sekolah?"

Sambil menepuk pundak Mail, "Nanti gue nebeng lu ya. Tapi anterin gue pulang dulu ganti baju"

Mail cuma bisa diam di tempat seolah dia tidak percaya.

"Diem aja lu kayak patung" Ucap Rian

"Gue lagi bahagia"

"Bahagia mah harusnya jingkrak-jingkrak, lah elu diem kayak patung doang" Ledek Rian

"Diemm lu pokoknya gue lagi bahagia" Mail pun meninggalkan Rian dan masuk ke dalam kelas

"Woi ceritain dong" Rian mengejar Mail ke dalam kelas

"Hijau yan hijau" Jawab Mail

Rian yang tidak mengerti apa yang dimaksud, "Hah? Hijau apaan tolol? Lu beli lampu hijau?" dan kemudian bertanya ke Dona, "Don lu tau hijau maksudnya apaan sih?"

"Diterima mungkin dia nembak cewe" Jawab Dona

"Wah bener-bener lu Il, sama Sindi ya?" Bisik Rian

"Iyaa, gue sebenarnya sudah lama suka sama Sindi, tapi apa Sindi malah suka ke Onad. Sekarang kayaknya Sindi sudah mulai buka hati buat gue bro" Bisik Mail

"Hahaa ya bagus deh. Lagian Onad kayaknya udah ada yang dia incer tuh"

"Yaudah tinggal lu nih cari cewe, adek kelas banyak noh pilih aja paling banyak yang mau sama lu"

"Anu bro. Gue gak mau pacaran, dosa tau nggak. Gue mau taaruf aja dah paling haha"

"Pacaran gamau tapi kalo ribut nomer satu, sama aja dosanya tolol"

"Sudah lu mending buruan dandan yang ganteng deh, habis ini juga sudah mau pulang. Apa gue yang dandanin?" Tanya Rian sambil meminum es teh yang di bungkus plastik

"Gue juga bingung gimana ngobrolnya juga ya"

Sambil menunjuk Dona, "Noh ahlinya kalo masalah obrolan dengan kaum hawa"

"Apa sih ganggu aja" Jawab Dona yang duduk di pojokkan. Entah di melihat apa, yang jelas matanya sampai di buat sipit

"Lu liat porno ya, kan ada yang berdiri" Ledek Mail dan menghampiri Dona, "Bantuin gue Don"

"Apaan?"

"Gue kan tadi ngajak Sindi jogging, eh dia mau dong. Pas jogging gue harus ngomong apa aja ya" Mail berkata dengan nada pelan, takut di denger teman sekelasnya

"Nah kan lu lagi olahraga, ya tanyain aja seputar olahraga. Misal lu suka jogging Sin? Apa olahraga favorit lu"

"Pelan aja anjing ngomongnya, terus gimana lagi Don?"

"Ya pokoknya lu banyak nanya kesukaannya aja deh"

"Oh gitu ya?"

"Iyee, yaudah gue mau pulang" Jawab Dona dan langsung membereskan buku miliknya

Sindi yang melihat Dona pulang duluan, dia juga ikut-ikut'an dan tentu saja mengajak Mail.

"Il sekarang aja yuk? Biar nggak kesorean" Tukas Sindi

"Kerumah lu dulu kan?"

"Iyalah gue ganti baju sama sepatu juga"

"Lah gue juga berarti, gue anter lu pulang. Terus gue pulang ganti baju juga. Habis itu gue jemput lu lagi gimana?"

"Kamu gapapa kan jemput gue? Kasihan lu muter-muter jadinya"

"Kalem aja. Pom bensin masih buka"

Sindi tertawa kecil, "Ya iyalah Il, tapi kan tenaga kamu yang capek"

"Kalo capek ya istirahat Sindi Kartikasarii"

Sindi terbahak-bahak, "Aneh lu hahaha"

"Memang ya kalo udah cinta bakal ngelakuin apapun biar dia bahagia" Batin Mail dan berkata, "Yaudah lu tunggu di depan aja ya, gue ambil montor dulu"

"Siap komandan" Tangan Sindi sikap hormat

"Lu juga aneh woi haha"

Rumah Sindi jaraknya tidak jauh dari sekolah. Dia tinggal di sana bersama kakek, nenek dan adiknya. Orang tua Sindi bercerai. Ayahnya pergi keluar negeri dan menilah lagi, ibundanya meninggal setahun yang lalu. Jadi Sindi bisa di bilang tulang punggung untuk adiknya. Karena kakek dan neneknya sudah sangat sepuh tidak bisa melakukan apa-apa. Sindi bersekolah di pagi hari dan juga bekerja di malam hari di sebuah Klub Malam. Ia melakukan ini hanya untuk tetap bertahan hidup dan cita-cita Sindi untuk melanjutkan ke jenjang Universitas.

Setelah kurang lebih 7 menit. Kami berdua sampai di rumah Sindi. Rumahnya sepi perabotan. Di ruang tamu hanya ada 1 lemari saja.

"Il lu tungguin gue aja mending. Gue cepet kok ganti bajunya. Tunggu ya" Tukas Sindi

"Eh gue tunggu di depan aja ya. Nyari angin"

Ketika Mail duduk di kursi depan, ada anak kecil masuk ke rumah Sindi. Wajahnya begitu mirip Sindi

"Hai dek, aku temannya kak Sindi. Namanya siapa dek?" Tukas Mail sambil melambaikan tangan

"Namaku Sandi kak, kalo kakak siapa?"

"Aku Mail, umur berapa dek?" Tanya Mail

"Umur 11 tahun kak"

Tak lama kemudian Sindi keluar dengan baju Barcelona bertuliskan Messi miliknya dan menggunakan sepatu adidas.

"Kak dicariin Kak Mail" Ucap Sandi

"Iyaa, kamu kalo maen jangan pulang maghrib-maghrib ya nanti kakak pulang sebelum maghrib" Ujar Sindi

"Kakak mau kemana?"

"Kakak mau olahraga sama kak Mail" Jawab Sindi

"Kak Sindi pacaran ya sama kak Mail?" Tanya Sandi sambil tersenyum bahagia

Mail yang menjawab "Eh belum dek. Yaudah aku berangkat yaa dadahh"

"Sin, gue juga ada baju Barcelona kayak lu, gue pake juga ya" Bisik Mail

"Jangannn, kayak panti asuhan aja sama"

"Kan couple Sin hehe"

"Kalo jangan ya jangan. Pake yang lain aja Il" Celetus Sindi

Setelah sampai di rumah Mail. Mail memilih memakai baju Chelsea karena sewaktu itu mengalahkan Barcelona dengan harapan Mail juga bisa menaklukan Sindi. Selepas itu kami berdua langsung bergegas menuju lapangan kota yang jaraknya mungkin sekitar 10 menit dari sini. Selepas lampu merah Mail langsung mengegas motornya. Karena Sindi mengantuk, sontak membuat Sindi kaget dan berteriak kencang sampai diliatin banyak orang. Untung saja tangannya langsung memegang pundak Mail. Sungguh itu moment yang memalukan bagi Sindi.

"Lu sih asal ngegas aja, kaget kan gue" Tukas Sindi bete

"Gue udah pelan Sin seriusan, kamu kenapa bisa kaget? Ngantuk ya?"

"Lu pokoknya gara-gara lu" Jawab Sindi kesal

Mail hanya bisa terdiam "Emang bener cowok selalu salah di mata cewe"

Mail ingin memcoba untuk membuat mood Sindi balik lagi.

"Loh Il kan kita ke lapangan kok malah ke toko sih?" Tanya Sindi

"Iya bentar tunggu ya"

Mail pun membelikan Sindi coklat, dan minuman untuknya. "Nih coklat mau?"

"Mauuuuuuu, gue makan di montor sekalian sama jalan ya" Jawab Sindi histeris

"Gak nanti aja sampai di lapangan?"

"Sekarang aja, ntar nggak sempat" Jawab Sindi dan langsung membuka bungkus coklatnya

Memang Mail bisa diandalkan kalau membuat mood menjadi lebih baik lagi, dia tahu kalau coklat semua orang suka, dan juga dia pernah membaca sebuah riset kalau coklat bisa membuat mood menjadi lebih baik. Kemudian kami sampai di sebuah lapangan yang tak rame juga tak sepi. Di pinggir lapangan banyak orang berjualan macam-macam minuman dan makanan mulai dari es kelapa, es oyen, es campur, siomay, batagor, bakso. Di tengah lapangan biasanya ada sebuah klub sepakbola yang berlatih.

"Pemanasan dulu nggak sih Il?" Tanya Sindi

"Pemanasan sambil jalan aja mengelilingi lapangan"

"Oh iya deh boleh"

"Eh Sin lu suka olahraga ap aja sih?" Tanya Mail yang mencoba mempraktekkan kata-kata dari Dona

"Gue sih ya sukanya badminton, sama renang sih Il. Renang tapi gak jago-jago banget, kalo lu apa?"

"Apa ya, gue main dakon aja deh sama lompat tali hehe" Mail tersenyum tipis

"Heh itu kan buat anak cewe Mail Suratdja"

"Iyaa gue bercanda, gue apa aja suka kalo olahraga. Ya dikit-dikit bisa" Jawab Mail dan bertanya lagi, "Kalo makanan fav lu apa sih Sin?"

"Aku paling suka guramiii, the best pokoknya"

"Ikan yang lain gak suka?"

"Biasa aja sih, tapi paling the best guramii asli enak parah Il"

"Heran apa yang dikatakan Dona benar. Padahal dia gak pernah pacaran tapi bisa mengetahui siklus-siklus pertanyaan untuk orang pdkt" Batin Mail

"Il lu kok diem aja sih mikirin apa, kalo lu makanan apa?" Tanya Sindi

"Gue paling suka sih masakan emak apalagi masakan mu" Gombalan Mail

"Kode minta dimasakin nih"

"Boleh sih kan gratis" Jawab Mail dengan tertawa kecil

"Haha bisa aja ni orang, yaudah yuk Il udah panas nih tambah kecepatan kuy"

Setelah Jogging sekitar 45 menit, kami berdua memutuskan untuk pulang. Karena Sindi harus memandikan adiknya, dan merawat kakek, neneknya. Sungguh Sindi wanita yang sempurna. Mandiri, pekerja keras, penyayang. Paket komplit pokoknya. Tapii, kok bisa ya Onad nggak suka balik ke Sindi?

"Il pulang sekarang aja yuk" Tukas Sindi

"Nggak mau istirahat dulu ini?"

"Gue istirahat di rumah aja deh il"

Mail tertegun, "Sin kalu lu ada apa-apa jangan sungkan-sungkan minta bantuan gue ya. Gue pasti nolongin kok"

"Iyaa Il, tenang aja. Gue sebenernya juga butuh temen curhat sih. Lain kali aja ya kita ketemu lagi"

Dia yang merancang segalanya dan perancang skenario hidupmu.

Jangan takut.

Kamu sudah ditakdirkan untuk takdirmu sendiri.

Tidak akan pernah tertukar dengan takdir orang lain.

Jangan terus gelisah, sebab tak selamanya hatimu lelah.

RencanaNya adalah yg terbaik.

Ingat

Kebahagiaan tidak tercipta tanpa terluka parah.

Next chapter