webnovel

Adik Kelasku Adalah Mafia

Namaku adalah Silvia, Aku lahir dari keluarga miskin dan malang, Rumah aku hanya beralaskan tanah dan dinding hanyalah sebuah gubuk kayu. Ini menceritakan tentang seorang adik laki laki yang ber sekolah di sekolahan aku berada. Dia yang telah mengubah kehidupanku yang malang menjadi bahagia. Aku tidak menyangka dari pertemuan pertama kali dengannya, yang memiliki sifat begitu ramah dan sopan. Ternyata dia memiliki sebuah rahasia besar yang dia simpan selama ini kepadaku sebagai orang yang dia cintai. Sebuah rahasia besar yang dia simpan begitu rapat, dan ternyata terbuka oleh saudara tirinya yang datang menghampiriku. Ternyata dia adalah Bos Mafia besar di Ibu Kota Jakarta

RadenMas · Teen
Not enough ratings
20 Chs

Ibu Siska Seorang Kolonel

Kakinya mulai dia langkahkan terasa berat, koridor menuju ke kelas terasa sangat jauh. dan perasaan tidak karuan masih membayangi di pikiran selvia, ketika dia sedang menuju kekelasnya.

Bahkan suara detak jantungnya terdengar sekali di telinganya,

"DEG DEG DEG"

Detak jantung itu benar benar begerak menghantam tulang rusuk selvia dengan kencangnya.

Pintu depan kelas sudah di depan mata, terdengar suara keributan berasal dari dalam kelas, karena guru belum datang untuk mengajar, dan diantara suara itu sangat jelas terdengar suara Sebastian dan ke empat ketua Geng Iskind yang berteriak teriak seperti Anjing gila.

Dan suara itu terdengar jelas oleh Silvia yang berada di depan pintu kelas,

"CEPAT! robek robek semua buku buku pelajaran si sampah sialan itu, dan robek robek tasnya! "

Suara Sebastian yang membuat Selvia menggenggamkan tangannya dengan keras. dan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Dan suara murid murid yang ada di dalam kelas itu pun bersorak sorak,

"Sobek, Sobek, Sobek semua milik Sampah itu! "

"Bakar, Bakar, Bakar buku buku nya"

Ingin sekali langkah kakinya dia injakan masuk ke dalam kelas, tapi selvia memilih untuk menghabiskan air mata yang keluar dan membasahi pipinya, sambil berkata di dalam hatinya,

"Ya Tuhan! Cobaan apa lagi yang harus hamba hadapi di sekolah ini, aku tak tahu harus berlari kemana, karena langkah kakiku terasa sangat berat, Bahkan aku ingin berteriak pun terasa aku sungguh tak sanggup lagi, Ya Tuhan! Drama kehidupan yang aku jalani, apakah itu tanda bahwa Kau Mencintaiku dalam diam atau sebuah fatamorgana yang hanya memberikan Angan angan sebuah janji manis kehidupan yang bahagia"

Air mata yang terus mengalir membasahi pipi Silvia, hidung mancungnya mulai berwarna merah karena perasaan sedih bercampur emosi.

Setelah puas melampiaskan kesedihannya dengan air mata, Silvia memberanikan diri masuk ke dalam kelas.

Saat langkah kaki pertama memasuki ke dalam kelas, Sebastian dan para murid murid di sana melempari Selvia dengan kertas kertas dari buku buku Silvia yang mereka robek robek, dengan mereka mengeluarkan kata kata yang ditujukan kepada Silvia,

"HUUHHHHH si sampah berani berani nya masuk kekelas"

"Dasar si miskin ingin menjadi kaya, berani berani nya mendekati robby"

"jalang keluar kau dari sini, kamu tidak di terima di kelas ini"

Selvia pun terduduk lemas di depan pintu, tetapi seketika ada teriak dari Ridwan yang berlari dari luar pintu,

"Teman Teman Ibu Siska hampir sampai ke kelas, jangan sampai Ibu Siska tahu kalau kita membuat kegaduhan"

Mendengarkan kata Ibu Siska, Selvia pun mulai berdiri dan berlari menuju ke mejanya, dan membungkukan badannya mengambil sobekan sobekan buku yang berhamburan di bawah mejanya.

Setibanya Ibu Siska di depan pintu dan dia yang selalu membawa senjata api berisi peluru karet yang selalu dia bawa saat mengajar di setiap mata pelajarannya.

Ibu Siska ialah guru baru yang dipilih oleh Dewan Sekolah untuk mengajar anak anak dari Ketua Geng Iskind dan Blackhit, Latar belakang nya dari militer dan berpangkat Kolonel.

Dengan latar belakang nya yang keras itu lah, agar para ketua Geng Iskind dan Blackhit dapat dikendalikan di sekolah saat jam pelajaran.

Tetapi saat jam pelajaran selesai tugas Ibu Siska pun telah selesai juga, walau setelah jam pelajaran itu terjadi perkelahian atau peperangan antara Geng Iskind dan Blackhit. Sikap Ibu Siska Acuh tak Acuh, Karena tugas nya hanya mengawasi saat jam pelajaran yang dia bawakan.

Setelah Ibu Siska melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, Dia melihat sekitaran meja tempat dia duduk dan seluruh ruangan kelas, yang penuh dengan sampah berhamburan, Lalu dengan emosinya dia menghantamkan tangannya ke meja tepat di depan dia berdiri,

"Brukkkkkkkkkk"

tidak puas dengan melampiaskan amarahnya ke meja, Ibu Siska menembakan peluru karet ke arah para siswa yang duduk di depannya,

Sentak parak murid disana menundukan badannya ke bawah meja dan berteriak,

"KYAAAAAAAAAAAAK"

Setelah puas melampiaskan amarahnya, Ibu Siska mulai duduk di tempat nya, dan para murid murid merasa kesakitan karena badannya mereka merah merah terkena peluru karet.

Tetapi berbeda dengan Selvia yang dari awal telah membungkukan badannya untuk mengambil sampah sampah sobekan kertas di bawah mejanya, dia tidak terkena peluru karet itu.

Di belakang duduk Selvia terdengar suara Listy yang berkata,

"Aduhhhh, sakit sekali peluru karet itu mengenai tanganku, ini baru pertama kalinya aku diperlakukan kasar seperti ini di dalam kehidupanku"

Lalu Selvia berbalik dan melihat Listy yang matanya mulai meneteskan air mata.

Beberapa jam pun telah terlewati, Di dalam kelas menjadi hening tidak ada yang berani bersuara, dan ketika Ibu Siska melangkahkan kakinya untuk keluar ke kelas karena jam pelajarannya telah selesai.

Tiba tiba saja ada suara kaca yang pecah,

"Prengggggggg, Prengggggggg"

Sontak semua murid di kelas menjadi panik, karena yang dilemparkan dari arah luar yang membuat kaca itu pecah adalah sebuah Bom Asap yang mengeluarkan Gas air mata, dan terdengar teriakan dari luar kelas.

"Anak anak Geng High School Apollo International menyerang sekolah kita!!! "

Silvia pun kaget mendengar teriakan itu, Karena dalam satu tahun ini, sudah ke 20 kalinya anak anak Geng High School Applo International, Sekolah Menengah Kejuruan dengan Geng sekolahnya yang terkuat kedua di Jakarta menyerang sekolah mereka.