webnovel

06. Ngidam 1

Empat bulan kemudian..

Kandungan Titah kini berusia empat bulan, Titah sedang ngidam tempe mendoan dan harus aku yang membuatnya, sedangkan Frensky belum bisa melupakan Titah walaupun dia pernah bilang pada Rivan kalau Frensky sudah bisa menerima Anissa sebagai istrinya namun sayang nya belum bisa mencintai Anissa sepenuhnya, Frensky juga masih belajar untuk mencintai Anissa.

Di pesantren darussalam,

Di rumahku..

"Mas.."

"Iya sayang, ada apa?", tanya Kamil.

"Aku lagi pengen tempe mendoan", jawab Titah.

"Oh iya nanti aku belikan di tukang gorengan di pasar ya", kata Kamil.

"Kok tukang gorengan sih mas", sambung Titah.

"Terus?", tanya Kamil lagi.

"Aku mau nya mas yang masak untuk Titah", jawab Titah lagi.

"Oke, kamu ngidam ya sayang?", tanya Kamil lagi.

"Menurut mas gimana?", tanya Titah juga.

"Ya sudah nanti mas buatkan tempe mendoan nya untukmu ya sayang", jawab Kamil yang mengabulkan permintaan Titah.

"Iya, bareng lik Pur saja ke pasarnya", kata Titah..

"Iya sayang", sambung Kamil lagi.

"Ya sudah, aku ke ruang batik dulu ya", kata Titah lagi yang berpamitan pada suaminya.

"Iya, mau mas Kamil antar?", tanya Kamil lagi.

"Tidak perlu mas, saya bareng dengan Anissa saja", jawab Titah.

"Assalamu'alaikum", Anissa memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari Anissa.

"Gimana mbakyu sampun jagi?, menawi sampun yuk dhateng ruang serat"

(Bagaimana mbakyu sudah siap?, kalau sudah yuk ke ruang batik), tanya Anissa.

"Sampun Nissa, mangga.."

(Sudah Nissa, yuk..), jawab Titah dan Titah mengajak Anissa.

"Nissa, aku titip istriku ya", kata Kamil yang berpesan pada Anissa.

"Iya mas, tenang saja saya akan menjaganya lagian juga saya sudah anggap mbak Titah itu mbakyu ku sendiri", kata Anissa.

"Ya sudah mas, Titah pamit ya", sambung Anissa yang berpamitan pada Titah.

"Assalamu'alaikum", Anissa dan Titah memberikan salam pada Kamil.

"Iya, Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Titah dan Anissa.

"Lik Pur mau kemana?", tanya Kamil.

"Mau ke pasar den mas, mau titip apa?", tanya Purnomo juga.

"Yuk..", Kamil mengajak Purnomo ke pasar.

"Maksudnya yuk?", tanya Purnomo lagi.

"Yuk kita pergi ke pasar, Titah lagi ngidam", jawab Kamil lagi.

"Oh.., ya sudah yuk den mas pergi sekarang saja keburu siang", ajak Purnomo.

"Yuk, lagian juga habis ini aku ngajar kok..", sambung Kamil.

"Yuk den mas.."

"Pur.."

"Punapa jo sampeyan kersa nitip menapa?"

(Kenapa jo kamu mau nitip apa?), tanya Purnomo lagi.

"Mboten Pur, aku emoh nitip menapa-menapa punapa.., namung kersa asih niki doang"

(Tidak Pur, aku tidak mau nitip apa-apa kok.., cuma mau kasih ini doang), jawab Paijo memberikan catatan belanjaan Purnomo.

"Menapa niki?"

(Apa ini?),tanya Purnomo lagi.

"Daftar tumbasan panjenengan loh.."

(Daftar belanjaan mu loh..), jawab Paijo lagi.

"Masa sih.., nanging ta pangraos kulo sampun aku bekta jo"

(Masa sih.., tapi kan perasaan ku sudah aku bawa jo), kata Purnomo.

"Coba di cek dulu lik, kali saja yang di omongkan lik jo ada benarnya", sambung Kamil.

"Oh inggih ora ono, maturnuwun nggih jo sampun ngingataken aku"

(Oh iya tidak ada, terima kasih ya jo sudah mengingatkan aku), kata Purnomo lagi.

"Sami-sami Pur", sambung Paijo lagi.

"Sudah gak ada yang ketinggalan lagi kan lik?, kalau tidak yuk berangkat, lik jo berangkat ya", tanya Kamil lagi.

"Sudah tidak ada lagi yang ketinggalan den mas", jawab Purnomo lagi.

"Ya sudah yuk berangkat", kata Kamil lagi.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Purnomo memberikan salam pada Paijo.

"Wa'alaikumussalam", Paijo menjawab salam dari Kamil dan Purnomo.

Di ruang batik..

"Nis.."

"Inggih mbak, ana apa ta mbak?"

(Iya mbak, ada apa mbak?), tanya Anissa.

"Mbak Aisyah kok gak ada di ruang batik, kemana ya?", tanya Titah juga.

"Mboten ngertos mbak, aku ugi bokmenawi taksih ing griya ne menyiapkan tedha konjuk pak ustaz Fitri sepupu panjenengan sami anak-anak e"

(Tidak ngerti mbak aku juga, mungkin masih dirumahnya menyiapkan makan untuk pak ustaz Fitri sepupu mu sama anak-anaknya), jawab Anissa.

"Oh, sampun menawi mekaten kita tengga kamawon nggih enggal awiti ngebatik e"

(Oh, sudah kalau begitu kita tunggu saja ya baru mulai ngebatik nya), kata Titah.

"Siap mbak..", sambung Anissa.

Di pasar..

"Cah ayu ngidam apa ta den mas?", tanya Purnomo.

"Tempe mendoan", jawab Kamil.

"Oh..", seru Purnomo.

"Iya lik..", sambung Kamil.

"Pur.."

"Nggih bu"

(Ya bu), jawab Purnomo.

"Duluan ya, mangga"

"Inggih"

(Iya), seru Purnomo.

"Terus kesini mau belanja apa?", tanya Kamil.

"Sekedhap nggih den jene, yu, tumbas lombok kula gangsal belas ewu kamawon"

(Sebentar ya den mas, yu, belanja cabe saya lima belas ribu saja), jawab Purnomo.

"Inggih Purnomo"

(Iya Purnomo), seru Purnomo.

"Kok banyak sekali lik?", tanya Purnomo lagi.

"Den, cah ayu itu suka tempe mendoan yang di dalam isinya ada cabe", kata Purnomo memberitahu Kamil.

"Maksudnya tempe mendoan nya di campur sama cabe gitu?", tanya Kamil lagi.

"Nggih"

(Ya), jawab Purnomo.

"Maturnuwun nggih yu, oh nggih kula kesupen ron bawang uga seledri nik tumbas gangsal ewu kamawon"

(Terima kasih ya yu, oh ya saya lupa daun bawang dan seledrinya belanja lima ribu saja), kata Purnomo lagi.

"Nggih,terus menapa meneh?"

(Ya, terus apa lagi?), tanya penjual sayur.

"Brambang uga bawang pethak gangsal ewu kamawon"

(Bawang merah dan bawang putih lima ribu saja), jawab Purnomo lagi.

"Biyasa ta Pur?"

(Biasa kan Pur?), tanya penjual sayur lagi.

"Nggih"

(Ya), jawab Purnomo lagi.

"Terus menapa meneh?"

(Terus apa lagi?), tanya penjual sayur lagi.

"Jangan sup, sami jangan asem biyasa nik ugi nggih"

(Sayur sup, sama sayur asam biasa nya juga ya), jawab Purnomo lagi.

"Nggih, sampun menapa dereng Pur?"

(Ya, sudah apa belum Pur?), tanya penjual sayur lagi.

"Konjuk dinten niki sampun,dados sepinten total tumbasan kulo?"

(Untuk hari ini sudah, jadi berapa total belanjaan ku?), tanya Purnomo juga.

"Sekedhap kulo etang riyen nggih"

(Sebentar ku hitung dulu ya), jawab penjual sayur.

"Nggih.."

(Ya..), seru Purnomo.

"Dados total semuanya tumbasan mu sekawan dasa ewu"

(Jadi total semuanya belanjaan mu empat puluh ribu), kata penjual sayur.

"Niki arta ne"

(Ini uangnya), Purnomo memberikan uang pada penjual sayur.

"Sudah lik?", tanya Kamil.

"Sudah den mas, sekarang tinggal cari tempe nya saja", jawab Purnomo.

"Ya udah yuk", ajak Kamil.

"Yuk, maturnuwun yu", sambung Purnomo dan Purnomo mengucapkan terimakasih pada penjual sayur.

"Sami-sami", sambung penjual sayur.

Di ruang batik lagi..

"Mbak sekarang kandungan mbak sudah berapa bulan?", tanya Anissa.

"Alhamdulillah sudah empat bulan Niss.., seminggu lagi selamatan nya", jawab Titah.

"Oh..", seru Anissa.

"Ya, memang nya kenapa Niss?", tanya Titah lagi.

"Mboten mbak, aku pingin deh sugih mbak ngandheg, nanging sayange jene Frensky dereng nyentuh aku sampe pas niki mbak, jene Frensky taksih tresna sami mbak Titah"

(Tidak mbak, aku pengen deh kaya mbak hamil, tapi sayang nya mas Frensky belum menyentuh aku sampe saat ini mbak, mas Frensky masih cinta sama mbak Titah), jawab Anissa.

"Astaghfirullahalazim, dosa punika Nisa menawi sampeyan dereng ing nafkahi secara muncul uga batin, berdosa ugi menawi jene Frensky taksih nyintai semah wong lio"

(Astaghfirullahalazim, dosa itu Nisa kalau kamu belum di nafkahi secara lahir dan batin, berdosa juga kalau mas Frensky masih mencintai istri orang lain), kata Titah kaget mendengar perkataan dari Anissa.

"Terus gimana mbak, Nisa ta mboten sanguh ngelakoni menapa-menapa?"

(Terus gimana mbak, Nisa kan tidak bisa berbuat apa-apa?), tanya Anissa lagi.

"Anteng nggih mangke mbak bantu

(Tenang ya nanti mbak bantu)", jawab Titah yang akan membantu Anissa.

"Leres mbak?"

(Benar mbak?), tanya Anissa lagi.

"Inggih.."

(Iya..), jawab Titah lagi.

"Sekedhap nggih hp kulo ungel"

(Sebentar ya hp ku bunyi)

"Siapa nis?", tanya Titah.

"Mbakyu Aisyah mbak.., katanya gak bisa dateng karena Adam sakit", jawab Anissa.

"Inalillahi wainnailaihi raji'un"

"Mbak mau kemana?", tanya Anissa lagi.

"Mau ke rumah mas Fitri, Niss..", jawab Titah lagi.

"Kalau ke rumah mas Fitri ya Nisa ikut tapi nanti saja kalau suami suami kita sudah pulang mengajar di pesantren atau jam istirahat", kata Anissa.

"Ya sudah Niss, sekarang kita lanjutkan saja ngebatik nya", sambung Titah.

"Inggih mbak nggih"

(Iya mbak ya), seru Anissa.

Di rumahku..

"Sudah ya Pur.., aku berangkat dulu nanti pulangnya baru ajari aku cara membuat tempe mendoan kesukaan nya istri ku, assalamu'alaikum", kata Kamil dan berpamitan kepada Purnomo dan Paijo, Kamil juga memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Iya den, Wa'alaikumussalam", Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.

Di kelas..

"Assalamu'alaikum ikhwan", Kamil memberikan salam pada semua santriwan.

"Wa'alaikumussalam pak ustaz Kamil", semua santriwan menjawab salam dari Kamil.

"Kita belajar aqidah dan akhlak ya, sampai mana kemarin ikhwan?", tanya Kamil.

"Sampai hubungan dosa, kemaksiatan, dan akhlak dengan akidah pak ustaz", jawab semua santriwan menjawab pertanyaan dari Kamil.

"Iya benar.., saya tanya sekarang Apakah terjerumus nya ke dalam dosa merupakan bukti akan rusaknya akidah atau ada syubhat dalam aqidah, ada yang bisa jawab?", tanya Kamil lagi.

"Saya pak ustaz Kamil", jawab Najib.

"Ya silahkan Najib", kata Kamil.

"Allah telah menyanjung akhlak – yang pada dasarnya merupakan  ketaatan dan menjadi sebab ketaatan – sebagi bagian dari agama, bahkan ia adalah agama itu sendiri.

Allah Ta'ala telah memuji  nabi Muhammad sallalahu alaihi wa sallam yang berakhlak mulia, sebagaiamana firman-Nya, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)

Ibnu Abas radhiallahu anhuma menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah Islam. Beliau  berkata, "Yakni sesungguhnya engkau (Muhammad) dalam agama yang agung yaitu islam." (HR. Thabari dalam tafsirnya, 12/179)

Yang benar adalah tidak bahwa akhlak tidak terlepas dari agama. Fairuzabadi dalam kitabnya Bashair Dzawi At-Tamyiz, 2/568 mengatakan,"Ketahuilah bahwa agama seluruhnya adalah akhlak. Siapa yang bertambah akhlaknya, maka bertambahlah agama pada diri anda."

Di antara yang tidak meragukan lagi, adanya keterkaitan kuat antara akidah dengan prilaku dan akhlak baik dari sisi negative maupun positif. Hal itu akan jelas dalam pembahasan berikut ini:

1.Sesungguhnya seorang muslim yang meyakini bahwa Allah mendengar dan melihat serta memperhatikan yang tersembunyi. Jika kuat pada sisi ini, maka dia tidak akan berakhlak dan melakukan perbuatan yang dapat melemahkan keyakinannya pada masalah ini.

Yang menunjukkan akan hal itu adalah sebagai berikut,

Firman Allah,

"Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisaa: 128)

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (Q. An-Nisaa: 135)

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisaa: 58)

2.Seorang muslim yang mempercayai akan janji Allah Ta'ala dan ancaman-Nya, hal itu menjadi pendorong pada keyakinannya untuk melakukan apa yang disenangi untuk Allah Ta'ala dan menjauhi dari semua yang dibenci-Nya Azza Wa Jalla.

Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlaknya." (HR. Tirmizi, 1162 dan Abu Daud, 4682, dia mengatakan, haditsnya hasan shahih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Telah diketahui bahwa makhluk yang paling dicintai adalah orang mukmin. Kalau dia paling sempurna imannya, maka paling baik akhlaknya. Maka yang paling besar dicintai-Nya adalah yang paling bagus akhlaknya. Akhlak adalah agama sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." Ibnu Abbas mengatakan, mempunyai agama nan agung. Begitu juga Soyan bin Uyainah dan Ahmad bin Hanbal menafsirkan seperti itu dan selain dari keduanya. Sebagaimana yang telah kami jelaskan selain di tempat ini. (Al-Istiqamah, 442)

Al-Mubarokfuri rahimahulah mengatakan, "Perkataan 'Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya' kata 'Kholqun atau Khuluqun' dengan didhomma dan disukun huruf lamnya. Karena kesempurnaan iman, mengharuskan berbudi pekerti baik dan berbuat baik kepada seluruh orang." Tuhfatul Ahwadzi, 4/273.

3.Sesungguhnya kekuatan keimanan mendorong untuk melakukan amal saleh dan menahan diri dari daki kemaksiatan dan dosa-dosa. Yang menunjukkan akan hal itu adalah, hadits dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah orang yang berzina ketika melakukan perzinaan dia dalam kondisi beriman. Dan tidaklah pencuri ketika dia mencuri dia dalam kondisi beriman. Tidak juga peminum (khamar) ketika dia meminum dalam kondisi beriman." (HR. Bukhari, no. 2334 dan Muslim, 57)

Dan dari Abu Suraikh sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa salla bersabda, "Demi Allah belum beriman (secara sempurna), demi Allah belum beriman, demi Allah belum beriman. Beliau melanjutkan, "Orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya." (HR. Bukhari, no. 5670)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma sesungguhnya Rasulullah sallallahu alihi wa sallam melewati seseorang dari kalangan Anshar, dia menasehati saudaranya tentang rasa malu. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Biarkan dia, karena rasa malu merupakan bagian dari keimanan." (HR. Bukhari, no. 24 dan Muslim, no. 36)

Malik bin Dinar rahimahullah, dia berkata, "Iman itu tampak  lemah dan kecil di dalam seperti tunas tumbuhan. Jika pemiliknya memperhatikannya dan menyiram dengan ilmu bermanfaat dan amal saleh serta menyingkirkan belukar dan apa yang melemahkannya, maka  dia akan tumbuh dan terus berkembang. Sehingga dia menjadi induk, cabang, buah dan naungan tanpa ada batasnya sampai seperti gunung. Kalau pemiliknya membiarkan tanpa diperhatikan, maka akan datang seekor kambing yang memakannya atau anak kecil yang mengambilnya. Kalau semakin banyak belukarnya, maka akan melemahkan, membinasakan atau membuatnya kering. Begitulah keimanan."

Khaitsamah bin Abdurrahman berkata, "Keimanan akan menjadi gemuk di tempat subur dan akan kurus di tempat kering. Tempat suburnya adalah dengan beramal saleh sementara tempat keringnya adalah dosa dan kemaksiatan," (Dikutip dari Ibnu Taimiyah, kitab Al-Iman, hal. 213)

4.Beriman dengan qadha dan takdir Allah dapat menghalangi akhlak jelek dan kemaksiatan. Karena agama sangat memperingatkan dan mengancam perbuatan tersebut, seperti histeris, menyobek baju, mencambak rambut dan  berteriak-teriak (Niyahah). Sebaliknya, keimanan mengajak pemiliknya untuk mempunyai akhlak (mulia) yang agung, seperti sabar, ridha dan mengharap pahala.

Dari Suhaib Ar-Rumi radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ  (رواه مسلم، رواه  2999 )

"Sangat mengherankan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya itu baik. Hal itu tidak ada melainkan untuk orang mukmin. Jika ditimpa kebaikan, maka dia bersyukur dan hal itu baik untuknya. Jika ditimpa keburukan, dia bersabar. Dan hal itu baik untuknya." (HR. Muslim, no. 2999)

Dalam sunan Abu Daud, 47010, Ubadah bin Shamit menasehati anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya engkau belum mendapatkan hakikat keimanan sebelum engkau meyakinin bahwa apa yang (ditakdirkan akan) menimpamu tidak akan meleset. Dan apa yang (ditakdirkan akan) meleset darimu tidak akan menimpamu . Aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ ، فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ !! قَالَ : رَبِّ ، وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟!! قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ !! يَا بُنَيَّ ، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :  مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي !! (صححه الألباني)

"Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Lalu Dia berkepada kepadanya; "Tulislah!. Berkata (pena), "Wahai Tuhanku apa yang akan aku tulis?" Berkata (Allah), "Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat."

(Ubadah bin Shamit berkata), "Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang meninggal dunia tidak (berkeyakinan seperti ini) maka dia bukan dari (golonganku)." (Dishahihkan oleh Al-Albany)

5.Sesungguhnya agama banyak menganjurkan ketaatan dan menekankan adanya kaitan dengan keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Begitu pula agama mengharamkan kemaksiatan dan (dosa) yang dapat menjerumuskannya pada pengingkaran terhadap keimanan kepada Allah dan hari kiamat. Yang menunjukkan akan hal itu adalah:

a.Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaknya dia menghormati tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari, no.  5672 dan Muslim, no. 47)

b.Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidak dibolehkan bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan safar sejauh tiga mil (atau lebih), kecuali dia  bersama mahramnya." (HR. Bukhari, no.  106, Muslim, no. 1338 dan redaksi darinya)

c.Dari Ummu Habibah radhiallahu anha berkata, aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidak dihalalkan bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung lebih dari tiga hari kecuali untuk suaminya, (yaitu) empat bulan sepuluh hari." (HR.. Bukhari, no.  1221 dan Muslim, no. 1486)

Sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sunnahnya, bahwa rusaknya keyakinan –seperti kenifakan- menjurus kepada kerusakan akhlak dan amal. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga, ketika berbicara berbohong, ketika berjanji tidak ditepati dan ketika diberi amanah dikhianati." (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 5)

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

"Orang yang menyalahi ahli hadits, mereka kemungkinan akan rusak amalnya. Baik karena keyakinan jelek dan kenifakan atau karena penyakit hati dan lemah imannya. Di antara mereka ada yang meninggalkan kewajiban dan melanggar aturan serta meremehkan hak-hak dan kerasnya hati yang tampak oleh setiap orang. Kebanyakan guru mereka dituduh (dengan melakukan) sesuatu yang besar. Meskipun di antara mereka terkenal dengan zuhud dan ibadahnya. Dalam kezuhudan dan ibadahnya sebagian orang awam dari kalangan ahlus sunnah itu lebih bagus daripada apa yang ada padanya.

Telah diketahui bahwa ilmu itu merupakan landasan amal, keabsahan asal mengharuskan keabsahan cabang. Seseorang tidak akan mengalami kerusakan amal kecuali karena dua hal; karena kebutuhan atau ketidaktahuan (bodoh). Orang  yang mengetahui buruknya sesuatu dan tidak memerlukannya, tidak akan melakukannya. Kecuali kalau hawa nafsunya mengalahkan akalnya, dan telah dikuassi kemaksiatan. Dan hal itu merupakan bentuk dan macam lain lagi." (Majm Fatawa, 4/53)

Kami memohon kepada Allah Ta'ala agar memperbaiki urusan kita semua. Dan diberi petunjuk ucapan, perbuan dan akhlak yang terbaik", Najib menjawab pertanyaan Kamil dan menjelaskannya pada teman-teman nya.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil dan semua santriwan.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", Kamil dan semua santriwan menjawab salam dari Titah.

"Maaf ikhwan menganggu"

"Tidak apa-apa mbak.."

"Ada apa sayang?", tanya Kamil.

"Nanti makan siang di rumah kan?", tanya Titah juga.

"Iya, kenapa?", tanya Kamil lagi.

"Ada yang mau Titah omongin sama mas Kamil", jawab Titah.

"Oh ya sudah nanti kita omongin di rumah ya", kata Kamil.

"Iya mas, assalamu'alaikum", sambung Titah dan Titah memberikan salam pada Kamil dan semua santriwan.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", Kamil dan semua santriwan menjawab salam dari Titah.

"Baik jam pelajaran sudah habis, besok kita lanjutkan kembali, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", kata Kamil yang menyelesaikan pelajaran di kelas.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua santriwan menjawab salam dari Kamil.

Di rumah ku,

Di dapur..

"Pur.."

"Apa jo?", tanya Purnomo.

"Itu gak di masak tempe nya?", tanya Paijo lagi.

"Nanti sama den mas Kamil", jawab Purnomo.

"Loh kok?", tanya Paijo lagi kebingungan. 

"Iya, cah ayu ngidam", jawab Purnomo lagi.

"Oh..", seru Paijo.

"Nggih jo"

(Ya jo), sambung Purnomo.

Di rumah pak kyai Abdullah,

Di ruang tamu..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, eh Kamil", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.

"Iya pakde", jawab Kamil.

"Ada apa ngger?", tanya pak kyai Abdullah.

"Titah istri saya ada di dalam?", tanya Kamil juga.

"Titah tidak ada di sini mil", jawab pak kyai Abdullah.

"Oh, mungkin sudah di rumah ya, ya sudah kalau begitu aku pamit pulang ya pakde, assalamu'alaikum", Kamil pamit dan memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.

Di rumah ku,

Di depan rumah..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.

Di dapur..

"Sapa jo?"

(Siapa jo?), tanya Purnomo.

"Den jene Kamil mulih Pur"

(Den mas Kamil pulang Pur), jawab Paijo.

"Oh..", seru Purnomo.

Di depan rumah lagi..

"Pur.."

"Inggih den jene"

(Iya den mas), jawab Purnomo.

"Titah sudah pulang?", tanya Kamil.

"Sudah, ada di kamar den mas", jawab Purnomo.

"Di kamar, oh ya Pur kamu kan panggil istri saya cah ayu terus kamu panggil aku apa?", tanya Kamil lagi.

"Apa ya kira-kira, saya ingin panggil den mas saja, kalau Paijo tidak tau", jawab Purnomo lagi.

"Saya mau panggil den mas Kamil, tuan papi boleh tidak?", tanya Paijo juga.

"Boleh dong lik", jawab Kamil.

"Oh ya den mas.."

"Kenapa lik?", tanya Kamil lagi.

"Yuk..", jawab Purnomo lagi.

"Maksudnya?", tanya Kamil lagi.

"Tempe den mas, tempe", jawab Purnomo lagi memberikan kode pada Kamil.

Akhirnya aku dan Purnomo membuat tempe mendoan untuk Titah yang sendang ngidam.