webnovel

02. Nyatakan Cinta & Hari Pernikahan Ku

Satu bulan kemudian..

Di ruang batik..

"Sekarang kamu sudah lancar bahasa arab alhamdulillah", kata Titah.

"Iya alhamdulillah ya, terimakasih ya Titah kesumawardani", sambung Kamil.

"Kok kamu tau nama lengkap saya dari siapa?", tanya Titah.

"Tau dong dan ada deh.., aku tau nama lengkap kamu dari siapa hehe..", jawab Kamil.

"Haa.., kok jadi aku, kamu", kata Titah lagi yang kaget mendengar Kamil berbicara dengan halus.

"Kenapa?", tanya Kamil.

"Tidak apa-apa hanya saya heran saja seorang preman yang baru sebulan masuk ke pesantren darussalam ini sudah bisa ngomong aku, kamu, biasanya elu, gua", jawab Titah dengan heran.

"Ya kan sesuai apa yang kamu bilang kemarin"

"Memang nya kemarin aku bilang apa?", tanya Titah lagi.

"أنت تقول لا تخف من التغيير للأفضل لأن الله الخالق يقبل وضعنا سواء كان صالحًا أو سيئًا ، صحيح أم لا؟"

(Kamu bilang jangan takut berubah menjadi lebih baik lagi karena Allah sang pencipta menerima keadaan kita entah itu baik dan buruk nya kita, betul tidak?), jawab Kamil lagi.

"نعم صحيح"

(Iya benar), jawab Titah lagi.

"Emm nanti malam habis sholat isya kamu sibuk gak?", tanya Kamil lagi.

"Enggak, kenapa?", tanya Titah juga.

"أريد أن آخذك إلى مكان جميل جداً"

(Saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat yang sangat indah), jawab Kamil lagi.

"حسنًا ، لكنني لست وحدي برفقة نادل هاه؟"

(Oke kalau begitu, tapi saya tidak sendiri di temani dengan Paijo dan Purnomo ya?), tanya Titah lagi.

"حسنا، إنها ليست مشكلة، سأدعو أيضا ريفان" 

(Baiklah tidak masalah, aku juga akan mengajak Rivan), jawab Kamil lagi. 

"Oke..", seru Titah.

"Sampai jumpa nanti malam ya", kata Kamil. 

"Iya..", seru Titah lagi.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Di kelas Titah..

"Endah na bidadari kuring"

(Indah nya bidadari ku), kata Kamil dalam hati yang memperhatikan Titah yang sedang belajar di dalam kelas nya.

"Si unta arab ngapain neng kelas dik Titah?"

(Si onta arab ngapain di kelas dik Titah), tanya Frensky dalam hati yang memperhatikan Kamil di depan kelas Titah.

"Mas.."

"Nggih.."

(Ya..), jawab Frensky.

"Ngapain?", tanya Rivan.

"Punika sampeyan perhatikan deh pun unta arab"

(Itu kamu perhatikan deh si onta arab), jawab Frensky.

"Kamil ngapain jene punapa mesam mesem sugih mekaten?"

(Kamil ngapain mas kok mesam mesem kaya gitu?), tanya Rivan lagi.

"Mboten ngertos, ampun-ampun piyambakipun nggadhahi pamanggih jorok meneh dhateng dik Titah"

(Tidak ngerti, jangan-jangan dia mempunyai pikiran jorok lagi terhadap dik Titah), jawab Frensky lagi.

"Janten teu sabar palay nyatakan tresna ka Titah di taman, kuring  bayang pan tiheula ah.."

(Jadi gak sabar ingin nyatakan cinta ke Titah di taman, aku bayang kan dulu ah..), kata Kamil di dalam hati lagi.

Di dalam khayalan Kamil..

"Kamu sangat populer di kepalaku.

Bahkan saat aku tidur

Kepalaku tetap disibukkan olehmu.

karena kamu selalu singgah dalam mimpiku.

Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku

tak pernah berhenti!", Kamil membacakan puisi cinta untuk Titah di dalam khayalan nya. 

"Maksudnya apa?", tanya Titah.

"هل تريد الزواج مني؟"

(Apakah anda mau menikah dengan ku?), tanya Kamil juga.

"نعم أريد أن أتزوجك"

(Ya saya mau menikah dengan mu), jawab Titah.

Di dunia nyata..

"Tuh kan senyam senyum..", kata Frensky.

"Ya sudah yuk mas samperin", ajak Rivan.

"Yuk..", sambung Frensky.

"Assalamu'alaikum", pak ustaz Fitroh memberikan salam pada Rivan dan Frensky.

"Wa'alaikumussalam", Rivan dan Frensky menjawab salam dari pak ustaz Fitroh.

"Eh pak ustaz Fitroh", seru Rivan.

"Hemm, kalian kok di sini, gak masuk ke kelas?", tanya pak ustaz Fitroh.

"Iya pak ustaz, nanti dulu itu loh pak", kata Frensky lagi yang menunjuk ke arah Kamil.

"Itu apa?", tanya pak ustaz Fitroh lagi.

"Itu si Kamil, pak kok senyam senyum di depan kelasnya dik Titah, pasti sedang berkhayal mesum", jawab Frensky lagi.

"Astaghfirullahalazim janganlah kamu berburuk sangka pada temanmu tidak baik Frensky", kata pak ustaz Fitroh menasihati Frensky.

"Tau..", sorak Rivan.

"Oh iya, astaghfirullahalazim ya gusti Allah ampunilah aku", kata Frensky lagi.

"Ya sudah masuk yuk cepat", pinta Fitroh.

"Iya pak ustaz", seru Rivan dan Frensky.

Di taman pesantren darussalam..

"Cah ayu"

(Anak cantik)

"Nggih"

(Ya)

"Kita ngapain sih di sini, di taman dekat hutan kan seram cah ayu?", tanya Paijo.

"Ya sudah tunggu sebentar saja insyaallah tidak akan terjadi apa-apa", jawab Titah.

"Inggih cah ayu"

(Iya anak cantik), seru Paijo dan Purnomo.

"Itu kan..", kata preman satu yang melihat Titah bersama dengan Paijo dan Purnomo di taman pesantren darussalam dekat hutan.

"Kenapa?", tanya preman dua.

"Keponakan nya pak kyai Abdullah", jawab preman satu.

"Keponakan nya pak kyai yang punya pesantren itu dan pesantren yang akan di beli oleh juragan Samsul tapi di tolak kan?", tanya preman dua.

"Iya, bagaimana kita culik saja dia dan kita kabari bos kalau keponakan kesayangan dari pak kyai ada di tangan kita, lalu kita minta tebusan sama pak kyai berupa menjual pesantren itu", jawab preman satu.

"Bagus juga itu idenya", kata preman dua yang setuju dengan ide preman satu. 

"Yuk bergerak..", ajak preman satu .

"Eeh tunggu", preman dua menghentikan langkah dari preman satu. 

"Kenapa?", tanya preman satu. 

"Itu..", jawab preman dua yang melihat Kamil datang.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah, Paijo, dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam", Titah, Paijo, dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.

"Den mas Kamil"

"Iya..", jawab Kamil.

"Ada yang mau saya omongin dengan cah ayu kalian boleh?", tanya Kamil.

"Oh ya silahkan", jawab Paijo dan Purnomo. 

"Kok sendiri, katanya sama mas Rivan, mas Rivan mana?", tanya Titah. 

"Jalan sama Frensky", jawab Kamil lagi. 

"Oh..", seru Titah. 

"Ya sudah yuk kita ke sana, mas pinjam dulu ya" 

"Inggih den jene Kamil.." 

(Iya den mas Kamil..), seru Paijo dan Purnomo. 

Dan aku mengutarakan perasaan ku padanya dan sekalian juga aku ingin melamarnya. 

Masih di taman pesantren darussalam..

"Titah.."

"Iya mil", jawab Titah.

"Ada yang ingin ku ungkapkan ke kamu, ini soal perasaan ku ke kamu", kata Kamil.

"Iya ungkapkan saja", sambung Titah.

"سوف تكون زوجتي؟"

(Maukah anda menjadi istriku?), tanya Kamil.

"Haa..", Titah kaget mendengar perkataan Kamil saat Kamil melamarnya menggunakan bahasa Arab. 

"Kenapa, aku salah ya?", tanya Kamil lagi.

"Enggak kok, coba ulangi", jawab Titah yang meminta Kamil untuk mengatakan cinta pada Titah sekali lagi.

"سوف تتزوجني وسوف تكون زوجتي؟"

(Maukah anda menikah denganku dan maukah anda menjadi istriku?), tanya Kamil lagi yang mengulangi perkataan nya lagi.

"نعم أريد أن أكون زوجتك وتريد أن يتزوجك"

(Ya saya mau menjadi istrimu dan mau menikah denganmu), Titah menjawab bersedia  menjadi istrinya atau menerima Kamil menjadi suaminya. 

"حقا تقبلني أن يكون زوجك حقا كنت تريد الزواج مني؟"

(Benarkah anda menerimaku menjadi suamimu dan benarkah anda mau menikah denganku?), tanya Kamil lagi.

"نعم كامل"

(Ya Kamil), jawab Titah lagi.

"Alhamdulillah..", Kamil mengucapkan syukur.

"Mil.."

"Iya tah", jawab Kamil.

"Pulang yuk", ajak Titah.

"Yuk..", sambung Kamil.

Aku dan Titah pulang ke pesantren darussalam dan di tengah-tengah perjalanan pulang ke pesantren darussalam aku dan Titah di hadang oleh dua orang preman.

Aku mencoba melawannya tapi sayang aku gagal melawan mereka karena kedua preman itu mengancam ku jika aku masih melawan mereka Titah akan celaka.

Aku pun menyerah untuk Titah karena aku ingin melindunginya dari bahaya apapun yang mengancamnya.

Aku dan Titah di sekap di suatu tempat, sedangkan Paijo dan Purnomo tidak ikut di sekap untuk melaporkan pada pak kyai Abdullah kalau aku dan Titah di sekap dan kedua preman itu pun berpesan pada Paijo dan Purnomo agar pak kyai Abdullah menjual tanah pesantren darussalam kepada juragan Samsul.

Masih di taman pesantren darussalam.. 

"Kita beraksi sekarang saja yuk", ajak preman satu.

"Yuk..", sambung preman dua.

"Hai kalian..", preman satu dan preman dua menghadang Kamil dan Titah.

"Mil, preman..", kata Titah.

"Kamu tenang saja ya, saya akan melawan mereka berdua", sambung Kamil.

"Iya tapi hati-hati ya", kata Titah lagi.

"Iya, lik, saya titip Titah ya", sambung Kamil.

"Inggih den jene Kamil"

(Iya den mas Kamil), seru Paijo dan Purnomo.

"Sini kalian kalau berani lawan gua", Kamil menantang kedua preman yang menghadang mereka saat akan pulang ke pesantren darussalam. 

"Oke, lawan dulu nih anak buah saya", preman satu menerima tantangan dari Kamil yang mencoba menghadang mereka saat akan pulang ke pesantren darussalam. 

"Ya Allah lik Jo preman nya tambah sepuluh menjadi dua belas saya takut Kamil kenapa-kenapa", Titah mencemaskan Kamil saat melawan kedua preman.

"Cah ayu berdoa wae supaya den jene Kamil baik-baik wae"

(Anak cantik berdoa saja supaya den mas Kamil baik-baik saja), sambung Purnomo.

Lima belas menit kemudian..

"Hentikan.., lihat siapa yang saya bawa sekarang?", tanya preman satu mencoba menghentikan Kamil dengan cara menyandra Titah. 

"Titah, kalian", jawab Kamil dan Kamil pun ingin melawan kembali dan berhasil di hentikan oleh preman satu. 

"Hentikan.., atau perempuan ini akan celaka", preman dua mengancam Kamil. 

"Apa yang kalian inginkan?", tanya Kamil.

"Menyerah lah kamu", jawab preman dua.

"Baik saya akan menyerah tapi jangan kalian apa-apakan dia", sambung Kamil.

"Baiklah..", kata preman satu lagi.

"Dan sekarang kamu dan dia ikut saya ke dalam mobil", sambung preman dua.

"Baik..", seru Kamil dan Titah.

"Kalian berdua pulang saja dan beritahu pak kyai Abdullah kalau ingin mereka berdua selamat tolong jual tanah pesantren darussalam kepada juragan Samsul", kata preman dua lagi.

Di pesantren darussalam,

Di rumah pak kyai Abdullah..

"Haduh Titah kemana lagi jam segini belum balik ke pesantren", kata pak ustaz Fitri dengan cemas.

"Assalamu'alaikum", Purnomo dan Paijo memberikan salam pada pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.

"Wa'alaikumussalam", pak ustaz Fitri dan pak ustaz Fitroh menjawab salam dari Paijo dan Purnomo.

"Gawat, gawat mas Fitroh, mas Fitri", kata Paijo yang panik.

"Gawat, gawat kenapa?", tanya pak ustaz Fitri.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam pada pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, Paijo dan Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Bagaimana Titah, oh kalian berdua sudah sampai di rumah berarti Titah sudah ada di kamarnya", kata pak kyai Abdullah.

"Belum pak kyai", sambung Purnomo.

"Haa kok belum sih mas?", tanya pak ustaz Fitroh.

"Jadi seperti ini ceritanya pak kyai..", Purnomo menceritakan semuanya pada pak kyai Abdullah dan ke dua anaknya.

Keesokan harinya aku dan Titah berhasil melarikan diri dan berhasil juga mencegah pak kyai Abdullah menjual tanah pesantren darussalam.

Keesokan harinya..

Di rumah kosong..

"Haha.., saya tau pakde mu, pak kyai Abdullah itu sayang sekali sama kamu jadi apapun akan pak kyai Abdullah lakukan untuk menyelamatkan kamu dan juga temanmu ini, ya contohnya menjual tanah pesantren darussalam itu padaku", kata juragan Samsul.

"Bos sudah siap mobilnya", sambung anak buah juragan Samsul yang akan pergi ke pesantren darussalam.

"Oke, yang lainnya jaga di sini dan jangan sampai mereka kabur", pinta juragan Samsul.

"Siap juragan Samsul", anak buah juragan Samsul melaksanakan perintah dari juragan Samsul.

"Ya sudah yuk kita berangkat", kata juragan Samsul lagi.

Di pesantren darussalam,

Di rumah pak kyai Abdullah lagi..

"Haduh abi bagaimana ini pasti sebentar lagi juragan Samsul akan ke sini", kata pak ustaz Fitroh dengan cemas.

"Sebenarnya abi juga tidak mau menjual tanah pesantren darussalam ini kepada juragan Samsul, tapi apa boleh buat, ini semua abi lakukan agar Titah dan juga Kamil selamat", sambung pak kyai Abdullah.

Di rumah kosong lagi..

"Haduh gawat kalau tanah itu berhasil di jual oleh pak kyai Abdullah ke juragan Samsul kasihan para santri dan Titah juga yang tinggal di pesantren darussalam itu, itu ada paku aku coba saja melepaskan diri baru setelah itu ku bebaskan ikatan Titah, bismillah", kata Kamil dalam hati.

Lima belas menit kemudian..

Masih di rumah kosong..

"Alhamdulillah akhirnya lepas juga talinya, sekarang giliran Titah", kata Kamil.

"Terimakasih ya mil sudah melepaskan tali ini", sambung Titah.

"Iya tah, kamu tidak apa-apa kan, ada yang luka atau tidak?", tanya Kamil.

"Tidak ada kok mil, ya sudah yuk sekarang kita keluar dari rumah kosong ini", jawab Titah.

"Ya kita keluar dari rumah kosong ini, kamu tetap di belakang ku ya", kata Kamil lagi.

"Iya mil..", sambung Titah.

Di pesantren darussalam,

Di rumah pak kyai Abdullah lagi..

"Sekarang silahkan bapak tanda tangani surat ini dan berikan surat tanah pesantren darussalam kepada saya", juragan Samsul yang meminta pak kyai Abdullah menandatangani surat pembelian tanah pesantren darussalam. 

"Baik juragan Samsul", pak kyai Abdullah akan menandatangani surat pembelian tanah pesantren darussalam.

"Tunggu pakde, jangan pakde tanda tangan surat itu", Titah menghentikan pak kyai Abdullah untuk menanda tangani surat pembelian tanah pesantren darussalam.

"Itu dia, pak polisi bos dari penjahatnya yaitu juragan Samsul", sambung Kamil yang membawa polisi untuk menangkap juragan Samsul.

Juragan Samsul pun di tangkap oleh polisi begitu juga dengan anak buahnya dan pesantren darussalam tidak jadi di jual oleh pak kyai Abdullah.

Satu bulan kemudian aku dan Titah pun menikah di pesantren darussalam, banyak keluarga yang datang di hari pernikahan ku, kecuali kakak laki-laki ku yang sedang mengurus perusahaan ayah di arab tidak bisa datang ke Indonesia.

Satu bulan kemudian..

Di masjid pesantren darussalam..

"Bagaimana apakah anda saudara Kamil sudah siap untuk menikah?", tanya penghulu.

"Siap pak", jawab Kamil.

"Baik kalau begitu langsung saja kita mulai ijab kabul nya", kata penghulu lagi.

"Saya nikahkan engkau ananda Muhammad Kamil Mukhtar bin Ubaidillah dengan Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Bagaimana saksi sah?", tanya penghulu.

"Sah..", jawab para saksi.

"Alhamdulillah, dengan ini saya umumkan kalian resmi menjadi suami istri, silahkan jemput istrimu", penghulu mendoakan Kamil dan Titah setelah sah menjadi suami dan istri.

"Dik Titah sekarang telah menikah dengan Kamil alias si unta arab, lah aku sama siapa?", tanya Frensky dengan berbisik-bisik.

"Kan masih ada mbak Anissa, mas", jawab Rivan.

"Anissa kamu bilang Van..", kata Frensky.

"Inggih jene Frensky, punapa?"

(Iya mas Frensky, kenapa?), tanya Rivan.

"Ih emoh.."

(Ih enggak mau), jawab Frensky.

Di rumah pak kyai Abdullah,

Di kamar Titah dan Kamil..

"Titah, istriku, bidadari surgaku"

"Iya mas Kamil, suamiku, arjuna ku"

"Hari ini adalah malam pertama kita sebagai suami dan istri, apakah?", tanya Kamil.

"Iya mas, saya sudah siap", jawab Titah.

Seminggu kemudian barulah Frensky dan Anissa menikah karena di jodohkan oleh ke dua orang tua mereka.

Seminggu kemudian..

Di masjid pesantren darussalam lagi.. 

"Bagaimana apakah ananda Frensky sudah siap untuk melaksanakan ijab kabul?", tanya penghulu.

"Siap pak..", jawab Frensky.

"Baik kalau begitu kita mulai saja ijab kabul nya", kata penghulu.

"Saya nikahkan engkau ananda Frensky bin Parjo dengan Anissa binti Aryo Wahab dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Anissa binti Aryo Wahab dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Bagaimana saksi sah?", tanya penghulu.

"Sah..", jawab para saksi.

"Alhamdulillah, dengan ini saya umumkan kalian resmi menjadi suami istri", penghulu mendoakan Frensky dan Anissa setelah sah menjadi suami dan istri.

Ternyata ayah Frensky sudah membeli rumah yang ada di sekitar pesantren darussalam sebagai hadiah pernikahan Frensky dan Anissa.

Begitu juga dengan aku dan Titah yang mendapatkan hadiah dari ibu mertuaku yang sekarang tinggal bersama dengan suami barunya di London.

Di rumah Frensky,

Di kamar Frensky dan istri..

"Mas.."

"Maaf ya dik Nissa jangan peluk saya atau sentuh saya"

"Tapi kan mas kita sudah.."

"Iya saya tau kita sudah menikah tapi.."

"Nanging menapa, nanging manah sampeyan taksih enten mbak Titah nggih ta?"

(Tapi apa, tapi hatimu masih ada mbak Titah ya kan?), tanya Anissa.

"Nah punika sampeyan tau" 

(Nah itu kamu tau), jawab Frensky.

"Apa!!, mas Frensky jahat.."

Di rumah pak kyai Abdullah,

Di kamar Titah dan Kamil..

"Mas.."

"Iya.."

"Kamu besok peresmian pemegang pesantren darussalam yang baru kan?", tanya Titah.

"Iya.., tapi untuk sementara ini aku serahkan kepada Frensky saja dulu", jawab Kamil.

"Terus peresmian mu kapan mas?", tanya Titah lagi.

"Setelah kita pulang dari Jakarta", jawab Kamil.

"Oh gitu, ya sudah yuk mas tidur", ajak Titah.

"Yuk sayang", sambung Kamil.