webnovel

About Us.

Kumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

During Pregnant

Wanita berambut hitam sepunggung itu menatap pantulannya di depan cermin yang ada di kamarnya. Pantulan seorang wanita cantik dengan pipi yang agak tembam, mengenakan baju daster berwarna merah muda. Dan yang paling menarik perhatian si wanita ini adalah perutnya yang membesar.

Disentuhnya perutnya yang membucit itu tatkala ia merasakan suatu pergerakan di dalam sana. "Anak ibu sangat aktif," ucapnya pada si cabang bayi yang masih ada di dalam kandungannya. "Tinggal satu bulan lagi kita akan bertemu, Sayang," tambahnya sambil mengusap perutnya penuh sayang.

"Ah!" wanita bernama Thalia itu tersentak saat ada sepasang tangan yang memeluknya dari belakang. Tangan itu dengan kasih sayang mengusap perutnya. "Daniel! Jangan mengejutkanku," gurau si wanita sambil melihat wajah si pria melalui cermin di depannya yang merupakan suaminya.

"Thalia, kau cantik," goda Daniel pada sang istri.

Thalia mencubit kecil pinggang sang suami. "Jangan mengejekku!" Thalia memasang wajah cemberut tapi tiba-tiba Thalia mendesah, "Ahh..."

Ternyata tangan Daniel dengan nakal meremas kedua payudara Thalia dari belakang. "Sekarang semakin besar saja,"

"Da-ni... el... ahh... ja-ahh... ngaannn..." Thalia berusaha keras berbicara tapi tetap tidak terdengar dengan jelas karena desahannya. Bukan karena tangan Daniel yang sejak tadi meremas dan memijat payudaranya. Tapi juga karena bibir Daniel bergerilya di sekitar leher Thalia bahkan tak jarang menjajah cuping telinganya juga.

"Teruslah mendesah, Thalia. Kau tahu, sudah delapan bulan aku merindukan suara itu," ujar Daniel lalu meneruskan kegiatannya lagi. Tangan Daniel pun semakin nakal, kedua tangan itu menurunkan daster Thalia dan membuat Thalia hanya ditutupi bra dan celana dalam.

Thalia yang wajahnya sudah semerah tomat tak dapat melakukan hal lain selain mendesah dan memejamkan matanya. Jujur saja, dia juga sangat merindukan sentuhan sang suami. Karena kehadiran sang bayi di perut Thalia, mereka sudah tidak pernah melakukan hal yang dulu sering mereka lakukan. Tapi sekarang hasrat terpendam itu memuncak di dalam diri keduanya. Tidak ada yang bisa mengendalikan diri lagi.

"Kau tambah seksi, Sayang," Daniel melepas bra Thalia dan melemparnya ke sembarang arah. Sekarang tangan Daniel lebih leluasa meremas payudara Thalia yang sangat kenyal. "Susumu pasti banyak," Daniel meremasnya dengan sedikit keras dan membuat ASI mengalir dari payudara Thalia.

"Ahhh... Dani-el..." Thalia berusaha berkata di sela desahannya. Dia berusaha membuka matanya dan betapa kagetnya dirinya saat melihat pantulan dirinya di cermin. Tidak ada pakaian, hanya ada celana dalam putih di tubuhnya. Sejak kapan? "Daniel, kau mau apa?" tanya Thalia saat Daniel membalik tubuhnya dan sekarang mereka berdua berdiri berhadap-hadapan.

"Melakukan ini!" sahut Daniel lalu sedikit membungkukan tubuhnya dan menjilat payudara Thalia. Kedua tangan Daniel memegang kedua bahu Thalia agar tubuh Thalia tidak bergerak. Lidah Daniel mulai bergerilya di dua gundukan yang kian membesar itu sejak Thalia hamil.

"Ahh..." selesai menjilat, mulut Daniel melahap salah satu gundukan di depannya. Dihisapnya pelan gundukan itu layaknya bayi yang sedang menyusu. "Ja-jangan Da-Daniel, i-itu mi-ahh... lik bayi ki-taaahhh..." Thalia mendesah lagi saat air susunya keluar dan semuanya dihisap oleh Daniel.

"Enak, Thalia," ucap Daniel. "Sebelum bayi kita yang meminumnya," Daniel menyentuhkan satu tangannya di perut Thalia. "Aku harus lebih dulu mencobanya," lanjut Daniel dan kembali melahap gundukan yang satu lagi. Daniel menyesap semua susu putih yang keluar dari payudara Thalia, tapi kali ini Daniel tidak menelannya. Ia menahan susu itu di mulutnya lalu Daniel menegakkan tubuhnya.

Thalia yang merasakan Daniel berhenti menyusu padanya pun bertanya, "Ada apa?" Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Thalia. Menyatukan kedua bibir berbeda itu. Daniel dengan nakal memindahkan susu di mulutnya ke dalam mulut Thalia. "Nhnn!" Thalia dapat merasakan cairan putih berasa hambar itu melewati indra perasanya tapi sayangnya ada beberapa yang keluar dari mulutnya hingga menetes ke lantai.

Setelah selesai memindahkan semua cairan putih bernama ASI itu, Daniel kali ini melumat habis mulut Thalia. Bibir kemerahan Thalia itu tenggelam dalam mulut hangat milik Daniel. Lidah Daniel menjelajahi setiap inchi mulut Thalia. Mulai dari gigi, lidah, hingga langit-langit yang membuat Thalia kegelian. "Ah!" Thalia memekik sambil memegangi perutnya.

Daniel melepaskan kulumannya lalu menatap mata istrinya. "Kenapa?"

Thalia mengambil tangan Daniel, meletakannya di atas perutnya. "Dia tadi menendang, kurasa dia marah karena kau mengambil susunya," sahut Thalia.

"Benarkah?" Daniel berlutut di depan Thalia. Mensejajarkan wajahnya dengan perut Thalia. Tangan Daniel meraba perut besar Thalia. "Kau tidak boleh marah, Sayang," Daniel mengecup perut Thalia. "Karena malam ini, ibumu adalah milik ayah seorang. Kau setuju, kan?" tanya Daniel.

"Ah!" Thalia memekik pelan saat sang bayi menendang perutnya lagi.

Daniel menyeringai menatap Thalia, "Kurasa dia setuju," detik itu juga Daniel segera mengangkat Thalia ala bridal style dan merebahkannya di kasur secara perlahan.

Thalia memandang Daniel khawatir. "Kau harus pelan-pelan ya? Jangan sampai menyakitinya," Thalia memegang perutnya.

"Tenang saja, Thalia," sahut Daniel sambil melepaskan kaus dan celana panjang yang ia kenakan.

.

.

.

"Apa ini tidak apa-apa, Daniel?" tanya Thalia khawatir. Dia sekarang duduk di atas perut Daniel, saling berhadapan. Sedangkan Daniel dalam posisi tidur dengan kedua tangan yang dia gunakan sebagai bantalan kepalanya.

"Tidak apa-apa. Ini tidak akan menyakitinya, aku ini dokter, Thalia," terang Daniel sambil menyeringai memandang wajah memerah Thalia. "Kau juga menginginkannya, bukan?"

Thalia menelan ludahnya. Oke, dia memang sangat menginginkan hal ini. Baiklah, Thalia pun memposisikan lubang vaginanya tepat di atas kejantanan Daniel yang sudah berdiri tegak sedari tadi. Thalia pelan-pelan menurunkan tubuhnya. "Ahh..." lenguh Thalia saat ujung kejantanan Daniel memasuki tubuhnya. Sedikit demi sedikit, akhirnya kejantanan Daniel tenggelam sepenuhnya di dalam lubang hangat milik Thalia.

"Mulailah, Thalia," perintah Daniel sambil berusaha menahan desahannya.

"Hm," Thalia mengangguk dan mulai menggerakkan tubuhnya pelan. Tangan kanan Thalia memegang perut bagian bawahnya. Sedangkan tangan kirinya memijat payudaranya. "Ahh! Ahh! Ahh!" setiap penis Daniel masuk sepenuhnya ke dalam vagina Thalia, Thalia pasti mendesah dan hal ini membuat birahi Daniel meningkat.

Thalia sedikit mempercepat gerakannya. "Th-Thalia, kau sempit," geram Daniel. Kedua tangannya yang tadi menjadi bantalan kepalanya, sekarang berpindah ke pantat Thalia. Berusaha mempercepat gerakan Thalia. "Seperti i-ini, Thalia. Nhh..." Daniel merasa kejantanannya semakin dijepit oleh dinding vagina Thalia. Sepertinya Thalia sebentar lagi akan klimaks.

"Da-Daniel ahh... ak-u kli-maahhhh..." ucapan Thalia terpotong saat sesuatu berwarna putih keluar dari vaginanya dan membasahi penis Daniel. Tubuh Thalia lunglai, hampir saja jatuh di atas Daniel. Untung saja dia ingat kalau di dalam perutnya ada anaknya, Thalia pun menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya yang ia letakkan di atas dada Daniel agar perutnya tidak tertindih tubuhnya. Napas Thalia naik turun karena dia baru saja mengalami orgasme pertamanya. Mata sayu Thalia memandang Daniel di bawahnya. "A-apa?" tanya Thalia yang melihat seringaian di wajah Daniel.

"Kau curang," ucap Daniel. Daniel menggerakan kedua tangannya untuk memegang kedua bahu Thalia. Lalu mendorong Thalia pelan agar posisi Thalia kembali tegak. Dalam keadaan masih menyatu, Daniel memutar tubuh Thalia sehingga Thalia sekarang duduk membelakanginya. Daniel pun bangun dari posisi tidurnya. "Aku belum klimaks, Thalia," lanjutnya di dekat telinga Thalia. Sedangkan Thalia hanya pasrah.

Bibir basah Daniel mulai mengambil hak jajahnya lagi yaitu leher mulus nan putih Thalia. Kedua tangan Daniel memegang kedua bahu Thalia, menggerakan tubuh Thalia naik turun lagi. Suara desahan Thalia lagi-lagi menggema di kamar pasangan suami istri itu. Selagi bagian intim mereka bergerak-gerak. Thalia hanya bisa mendesah menikmati semua ini apalagi Daniel juga bermain di bagian lehernya dan tentu saja hal ini membuat Thalia semakin merasakan nikmat duniawi.

"Akh!" Thalia memekik tatkala bagian bawahnya merasakan penis Daniel yang mengeras. Kedua tangan Thalia memegangi perutnya agar perutnya tidak mengalami guncangan yang keras tatkala tangan Daniel menggerakkan tubuhnya semakin cepat. Dan entah mengapa, lagi-lagi Thalia merasa dirinya akan klimaks sekali lagi. "A-akh... mau kli-makssahh..."

Daniel mengerti akan keadaan Thalia. Dengan inisiatifnya sendiri, Daniel menggerakkan tubuh Thalia semakin cepat. "Aku ju-ga," geram Daniel. Dan detik itu juga, cairan hangat Daniel menyebar ke dalam tubuh Thalia bersamaan dengan cairan Thalia. Kedua cairan berwarna putih itu bercambur bahkan sampai meluber keluar dan membasahi seprai. "Nhhnn..." Daniel berusaha meredam desahannya dengan menggigit leher Thalia.

"Ahhh... ahhhkk..." sedangkan Thalia mendesah dengan sangat panjang. Berikutnya kedua tubuh yang masih dalam keadaan menyatu itu ambruk ke belakang dengan Daniel yang berada di bawah. "Aku lelah, Daniel," aku Thalia.

"Hn, benarkah?" Daniel membangunkan tubuh Thalia. Lalu dia memisahkan diri dari Thalia dan hal ini membuat Thalia mendesah lagi. Dengan lembut, Daniel meletakkan tubuh Thalia di atas kasur dan menidurkan kepalanya di atas bantal. "Tidurlah," suruh Daniel lalu mengecup dahi Thalia.

Thalia tersenyum, "Terima kasih," gumamnya lalu Thalia menutup matanya bersiap untuk tidur karena tubuhnya sudah sangat kelelahan. Baru saja dia akan menuju alam mimpi, tapi dia terpaksa membuka matanya saat merasakan ada sesuatu yang basah dan hangat sedang memasuki lorong vaginanya. "Ahhh..." desah Thalia. Saat melihat ke bawah, dia dapat melihat kepala Daniel berada di depan alat intimnya dengan kedua tangannya yang menahan kedua paha Thalia. "Kau se-dang apaahhh..." tanya Thalia diikuti desahan.

"Sedang menikmatimu, Thalia," sahut Daniel. Lidah Daniel bergerak zigzag di dalam lubang Thalia. Membuat Thalia kegelian, bahkan bibir Thalia lagi-lagi melantunkan lagu desahan kesukaan Daniel. Bosan dengan pergerakannya, Daniel mengeluarkan lidahnya dari lubang Thalia dan menggerakkan naik turun di alat intim Thalia. Lidah hangat dan berlendir itu menjilat dengan gerakan naik turun. Bahkan sesekali mulut Daniel menghisap klitoris Thalia.

"Das-ar jahhh... hat!" geram Thalia masih dengan desahan. Merasa kegiatan Daniel berhenti, Thalia pun membuka matanya yang sejak tadi terpejam karena ulah Daniel. Thalia bernapas lega, akhirnya berakhir juga. Tapi perkiraan Thalia salah. Mata Thalia dapat menangkap siluet Daniel yang sedang menggerakan kaki kanan Thalia dan meletakkannya tepat di atas bahu kiri Daniel.

Kejantanan Daniel sudah tepat berada di depan vagina Thalia. "Bersiaplah, Sayang," gumam Daniel dan mulai memasukkan penisnya ke dalam Thalia.

"Ja-jangan..." tapi tentu saja Daniel menolak permintaan Thalia. Dan akhirnya ronde berikutnya pun dimulai. Suara desahan dan rintihan yang sempat berhenti tadi akhirnya dimulai lagi.

.

.

.

FIN