webnovel

About Us.

Kumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

At the Pool

Ruangan gudang peralatan olahraga yang biasa bernuansa gelap ditambah dengan bau apek itu, sekarang sedikit terasa berbeda karena dua remaja yang sedang melakukan sesuatu di sana. Nuansa di sana terasa sedikit panas dan erotis apalagi sejak tadi ada suara desahan yang menggema.

"Asha, kau basah," ujar seorang pemuda yang sedang asyik mengocok vagina Asha dengan jari tengahnya. Jari telunjuk dan jempolnya setia memainkan klitoris yang terus membuat Asha mendesah kenikmatan. Wajah Asha yang seputih porselen itu mulai berwarna kemerahan seperti kepiting rebus.

"Nat... Nathann... ahh..." desahan erotis Asha semakian menggoda saat Nathan lagi-lagi mengulum payudaranya yang terbuka karena baju seragamnya disingkap ke atas oleh Nathan.

Nathan dengan jahil memperlambat gerakan tangannya. Asha mulai protes tapi tetap tidak bisa mengeluarkan suaranya dengan jelas. Nathan mengangkat wajahnya dari dada Asha lalu mengulum bibir kemerahan Asha. Lidah Nathan memasuki lorong penuh lendir itu. Menyatukan dua rasa saliva berbeda di dalamnya. Asha berusaha membalas tapi selalu kalah oleh Nathan.

"Nnhh..." Asha mulai kehabisan napas tapi Nathan tetap mengulum bibir Asha bahkan kulumannya terasa semakin keras saat Nathan mendorong Asha ke arah dinding. Tangan kanan Nathan memijat payudara kenyal Asha yang sangat menggoda.

Melihat Asha yang sudah sulit bernapas, Nathan melepas kulumannya. "Cantik," gumam Nathan lalu menawan bibir Asha lagi. Tangan kiri Nathan tetap mengocok vagina Asha dengan gerakan yang sangat keras. Tiga jari sudah masuk ke dalam lorong hangat itu.

"Ahhhnnn... Nathann..." Asha mendesah sangat panjang. Cairannya membasahi jari-jemari tangan kiri Nathan.

"Cepat sekali, Asha," Nathan menghisap jari-jarinya yang berisi cairan Asha. "Manis seperti dirimu."

Asha tersenyum menggoda mendengar ucapan Nathan sambil mengatur napasnya karena ia baru saja selesai orgasme. Nathan mendekatkan kepalanya ke leher Asha. Menciumnya di beberapa sisi diukuti dengan hisapan keras dan satu gigitan. "Ah!" Asha mengerang sekaligus mendesah.

Nathan menyeringai melihat penampilan kekasihnya itu. Baju seragam dan bra terangkat ke atas. Roknya berada di lantai, celana dalamnya tertahan di lutut. "Nah, Asha," ucapan Nathan menggantung. Nathan menggerakkan tangannya guna menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan kejantannya yang sudah tegak berdiri. "Sekarang giliranmu," lanjut Nathan.

Asha yang mengerti akan ucapan Nathan lalu bersimpuh di hadapan Nathan. Membuat kejantanan Nathan tepat berada di hadapan Asha. "Kau menegang, Nathan," ucap Asha sembali memegang kejantanan Nathan.

"Cepatlah Asha," perintah Nathan. Asha lalu menjilat ujung kejantanan Nathan dengan gerakan memutar, membuat saliva menutupi kejantanan Nathan. Asha menurunkan lidahnya lalu naik lagi, terus seperti itu. Kedua tangan Asha tak tinggal diam, tangannya mengelus-ngelus kedua testis Nathan. Indra peraba Asha dapat merasakan betapa kasar dan berkerutnya skrotum Nathan. "Bagus As-Asha," gumam Nathan saat Asha mulai mengulum penisnya dengan gerakan cepat.

"Kau menyukainya?" tanya Asha lalu kembali mengulum penis Nathan.

"Nhnn..." Nathan menahan desahannya. Wajahnya sedikit memerah karena ulah Asha di bawah. "Cu-cukup," ucap Nathan dan menarik Asha berdiri. "Sekarang giliranmu, Asha," Nathan lagi-lagi memojokkan Asha ke dinding. Tangan Nathan menaikkan kaki kiri Asha ke pundak kanannya. Jari tangan kirinya membuka labium minora dan mayora Asha sedangkan tangan kanannya mempersiapkan kejantanannya di depan lubang vagina Asha. "Kau siap?"

Asha mengangguk lalu menumpukkan kedua tangannya di pundak Nathan. Nathan memasukkan ujung kejantanannya.

TEETT! TEETT!

Tapi suara bel masuk pelajaran kelima membuat tangan Nathan berhenti memasukkan penisnya. Asha terkesiap lalu cepat-cepat menurunkan kakinya dari pundak Nathan. "Kita harus ke kelas, Nathan."

"Cih! Dasar bel sialan!" sumpah Nathan, dia bahkan belum klimaks sama sekali. Dan mereka berdua lalu merapikan penampilan mereka seperti semula.

"Ayo, Nathan. Jangan memasang wajah seperti itu," ajak Asha dan berjalan mendahului Nathan. Tapi Nathan menarik lengan Asha, mendekat ke arahnya.

Nathan mendekatkan mulutnya ke telinga Asha. "Bagaimana kalau kita lanjutkan di rumahku. Hari ini rumahku kosong, lagipula besok Minggu. Kau mau, Sayang?" Nathan mengakhiri kalimatnya dengan menjilat cuping telinga Asha hingga membuat Asha merinding sebentar.

Asha menatap Nathan. "Tentu, Sayang," balas Asha lalu mencium bibir Nathan sekilas dan pergi mendahului Nathan. Pergi meninggalkan ruang gudang olahraga yang selalu menjadi saksi bisu ulah mereka di setiap jam istirahat sekolah.

.

.

.

TING! TONG!

Bel rumah Nathan berbunyi. Sang pemilik rumah yang berambut hitam itu melangkahkan kakinya ke arah pintu rumahnya. Tanpa diberitahu pun, Nathan sudah tahu siapa yang ada di balik pintu, kekasihnya, Asha Dewari.

Pintu berwarna cokelat keemasan itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita dengan bajunya yang bisa dibilang sangat seksi. Baju tang top berwarna putih yang sangat ketat ditambah celana pendek berwarna cokelat. "Hai, Sayang," sapa Asha lalu memeluk Nathan.

"Hn," Nathan melepas pelukan Asha lalu menutup pintu rumahnya. "Kau mau menginap, Sayang?" Nathan mendekati Asha dan mencium bibir wanitanya sekilas.

"Boleh, tapi apa benar tidak ada orang di rumahmu?" mata Asha terlihat menjelajahi rumah Nathan yang terbilang cukup luas.

Nathan duduk di sofa dengan Asha yang mengikutinya. "Tentu saja," Asha terlihat bersandar di dada Nathan. "Ayah dan ibu pergi berlibur ke luar kota. Sebulan lagi baru pulang," Nathan memainkan rambut sebahu Asha yang tergerai lembut. "Kakakku sibuk membuat tugas di rumah temannya," lanjut Nathan.

Asha memandang wajah tampan kekasihnya dengan senyum menggoda. "Kita bisa berduaan hari ini, kan Sayang?"

"Tentu," sahut Nathan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Asha. Dikecupnya bibir merah Asha yang berlapis lip gloss rasa jeruk. Hanya ciuman biasa. "Jeruk, enak juga," komentar Nathan.

"Benarkah?" Asha mengerling dan kali ini balas mencium Nathan terlebih dahulu. Asha dengan berani memasukkan lidahnya ke dalam mulut Nathan. Nathan hanya diam saja, ini pertama kalinya Asha yang menyerangnya terlebih dahulu.

Asha berusaha keras untuk menekan bibir Nathan guna mendapati kenikmatan yang selama ini membuat dia kecanduan. Setelah dia kehabisan napas, Asha menjauhkan wajahnya. Nathan menyeringai melihat wajah kemerahan Asha. "Kau nakal, Nona Dewari," ejek Nathan. "Lalu, sekarang kau ingin kita melanjutkan yang tadi?" goda Nathan sambil memijat dada Asha yang masih terbalut baju.

"Ah!" Asha memegang tangan Nathan yang berada di atas dadanya. "Nanti, sekarang belikan dulu aku makanan. Aku lapar, Sayang," pinta Asha memelas.

Nathan menghembuskan napasnya. "Baiklah, kau mau apa?"

"Apa saja boleh," sahut Asha. Beberapa menit kemudian, Nathan masuk ke kamarnya. Mengambil jaket dan kunci motor. Lalu melangkahkah kakinya ke luar rumah. "Daa..." Asha melambaikan tangannya dan menghentikan lambaiannya saat punggung Nathan sudah menghilang.

Asha yang tidak harus melakukan apa sembari menunggu kepulangan Nathan hanya terdiam di ruang tamu. "Ahh... membosankan. Ah! Hampir saja lupa," Asha terlihat mengambil tas yang ia bawa ke rumah Nathan. "Aku kan bawa ini." Asha mengambil baju renang dari dalamnya. Daripada hanya berdiam diri, lebih menyenangkan jika berenang di kolam renang milik Nathan.

Asha pergi ke kamar mandi guna mengganti bajunya. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, dia sudah keluar dengan mengenakan baju renang yang biasa digunakan perenang. Berwarna ungu muda dengan bagian depan berbentuk V yang memperlihatkan belahan dadanya. Bagian belakang juga sedikit terbuka, apalagi bawahnya sangat seksi. "Kau cantik, Asha," pujinya saat melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi.

Setelah sampai di halaman belakang rumah Nathan tepatnya di depan kolam renang. Asha segera menyeburkan dirinya ke tempat penuh air tawar itu. Lalu mulai bermain-main dan berenang dengan berbagai gaya melupakan perutnya yang awalnya terasa lapar.

.

.

.

Nathan sampai di depan rumahnya. Hanya membeli makanan saja, membuatnya menghabiskan waktu selama tiga puluh menit lebih. Andai saja yang mengantri tidak banyak, mungkin Nathan hanya memerlukan waktu lima belas menit saja. Nathan memasuki rumahnya, mencari-cari sosok kekasihnya di rumahnya sendiri.

"Kemana dia?" gumam Nathan lalu meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja makan.

Indra pendengaran Nathan lalu mendengar suara cipratan air dari arah kolam renang membuat Nathan berpikir bahwa kekasihnya itu sedang berenang di belakang. Nathan melihat dari jendela ruang makan yang kebetulan langsung terhubung ke halaman belakang. Dari sana, penglihatan Nathan menangkap sosok kekasihnya sedang bermain air dengan gembira. Tentu saja Nathan tidak tinggal diam melihat hal ini.

Nathan berjalan ke arah halaman belakang rumahnya. Berdiri di pinggir kolam renang tanpa Asha sadari. Ia segera melepaskan baju atasnya sehingga memperlihatkan dadanya yang sangat seksi. Celana panjangnya menyusul dengan menyisakan boxer hitam melekat di tubuhya. Detik berikutnya, Nathan sudah berada di dalam air, membuat Asha tersadar akan kehadiran kekasihnya itu. "Nathan!" kaget Asha.

Nathan mendekati Asha lalu memeluknya dari belakang. "Kau curang sekali, Asha. Bermain-main sendirian."

"Itu karena kau lama sekali, Nathan." Asha berniat membalik tubuhnya tapi gagal karena Nathan tiba-tiba saja meremas kedua dadanya dengan cukup keras. "Ah..." desah Asha memejamkan mata.

"Ini hukuman buatmu, Sayang," suara Nathan terdengar sangat menggoda. Nathan lalu membawa Asha ke sisi kolam renang. Memposisikan Asha dalam sisi menungging. Kedua tangan Asha menumpu pada pinggir kolam renang.

"Kau mau melakukan apa, Nathan? Ahh..." kalimat Asha terhenti saat Nathan memasukkan tiga jari tangannya ke vaginanya melalu belakang. Hanya dengan menyingkirkan baju renang Asha di bagian alat kelaminnya sedikit ke samping, Nathan dapat melihat dengan jelas kemaluan Asha yang merah menggoda.

"Kau pasti menikmati ini, Asha," Nathan semakin cepat memompa jari-jarinya di lorong Asha yang basah. Sedangkan Asha hanya dapat mendesah kenikmatan, ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini di dalam kolam renang. Bukan hanya tangan Nathan yang masuk ke dalamnya, tapi air kolam renang juga ada yang ikut masuk.

"Nat... than... ah..." desah seksi Asha membuat Nathan semakin cepat memaju mundurkan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sejak tadi meremas dada kanan Asha dengan sesekali memelintir putingnya yang sudah mengeras. "Akh... Ahh..." akhirnya Asha mengalami orgasme pertamanya. Punggungnya terlihat semakin melengkung saat menikmati orgasmenya. Nathan melepaskan tangannya dari lorong Asha. Ia mengeluarkan kejantanannya dari celana boxer. Penis Nathan yang besar itu sudah menegang.

"Ahh..." Asha masih menikmati sisa orgasmenya. Dan tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang keras di bagian vaginanya. Asha melihat ke belakang. "Nathan, jang-aahhh..." bantahan Asha berakhir dengan desahan saat Nathan berhasil memasukkan kejantanannya ke dalam lorong sempit Asha.

"Jangan membantah, anak nakal," Nathan menyentil pantat Asha membuat Asha memekik. "Aku mulai," yang diikuti oleh anggukan Asha. Nathan memegang pinggul Asha lalu mulai bergerak dengan tempo pelan. Suara pertemuan kedua tubuh itu menimbulkan suara tepukan apalagi dengan adanya air di sekitar mereka.

Kejantanan Nathan yang besar dan panjang itu menerobos vagina Asha lalu keluar dan masuk dalam tempo yang tidak tetap membuat si wanita mendesah keenakan sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya pada pinggir kolam renang semakin mengeras tatkala ia merasa penis Nathan semakin menegang di dalamnya.

"Nhh..." Nathan mendesah saat kejantanannya mulai dijepit kuat oleh dinding lorong Asha. Membuat Nathan semakin mempercepat gerakannya.

Kedua remaja itu terus saja asyik bercumbu di dalam air kolam renang itu. Nathan merasakan dirinya sebentar lagi akan klimaks. Dia semakin mempercepat gerakannya dan detik berikutnya dia sudah menghujamkan jutaan spermanya memenuhi rahim Asha. "Nhhnn..." desah Nathan dan Asha bersamaan.

"Haahh... haahh..." napas Asha pendek-pendek karena ia kelelahan tapi Nathan sama sekali belum kelelahan. Asha pun dapat merasakan Nathan belum kelelahan karena penis Nathan masih menegang di dalamnya.

Nathan lalu memutar tubuh Asha setelah melepaskan penyatuan tubuh mereka. Laki-laki itu meletakkan kedua lengan Asha pada lehernya sedangkan dua kaki Asha diposisikan melingkar di pinggang Nathan. "Kau siap untuk ronde kedua, Sayang?" tanya Nathan lalu mencium bibir Asha mesra sambil memasukkan kejantannya pada lubang vagina kekasihnya.

Asha hanya dapat memeluk leher Nathan dengan kedua kakinya yang memeluk pinggang Nathan. Sembari berciuman, Nathan menaikkan turunkan tubuh Asha di pelukannya. Asha memejamkan matanya saat mendapatkan sensasi aneh ini.

Dengan masih menggerakan tubuh Asha, Nathan menjauhkan wajahnya dari wajah Asha. "Wajahmu me-merah... nhnn..." gumam Nathan mendesah lalu mencium leher putih Asha. Meninggalkan banyak kissmark di sekitar sana.

Asha hanya dapat memejamkan mata dengan mulutnya yang melantunkan lagu desahan kesukaan Nathan yang dapat membangkitkan hasrat birahi Nathan. "Ah! Ah! Ahh..." Asha mengalami orgasme lagi.

Belum sempat orgasmenya keluar, Nathan menekan tubuh Asha ke bawah membuat penis Nathan tenggelam sepenuhnya di lorong Asha. Penis itu lagi-lagi mengeluarkan berjuta-juta benih di dalam rahim Asha bahkan ada sebagian yang keluar dan bercampur dengan air kolam. "Aaannhhh..." desah Asha panjang.

Mata hitam Nathan lalu menatap mata Asha. "Kau menikmatinya, Sayang?" Nathan membelai wajah Asha lalu menciumnya lagi penuh nafsu. Asha mengangguk dalam ciumannya. Tangan Nathan meremas dada Asha sekali membuat Asha memekik dan tanpa sengaja membuat ciuman mereka berdua berhenti. "Kita lanjutkan di dalam?"

"I-iya," sahut Asha.

Mereka berdua lalu melanjutkan kegiatan mereka di dalam kamar Nathan. Membuat rumah keluarga Ganendra itu dipenuhi dengan suara desahan mesra keduanya.

.

.

.

FIN